Scandal Hubungan Rahasia
"Alina! Cepat bangun. Kamu bisa kesiangan ke sekolah! Nanti kalau terlambat bagaimana?" seorang wanita sekitar berusia 40 tahunan yang sudah berteriak-teriak dari dapur dengan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.
Sejak tadi mulutnya tidak berhenti meneriaki putrinya yang tidak keluar kamar juga, dengan tangan yang sangat kotor yang mengaduk adonan tepung.
"Alina. Andre!" wanita itu terus saja berteriak.
"Iya-iya. Mah ini sudah bangun!" akhirnya gadis cantik yang memakai seragam SMA itu, dengan rambut di kelabang dua dan juga memakai kaca mata. Walau penampilannya culun. Tetapi dia sangat cantik dan wajahnya terlihat begitu polos.
"Alina bukan hanya bangun saja dan lihatlah. Alina sudah selesai bersiap-siap!" jawab Alina dengan sedikit menekan.
"Mama hanya mengingatkan saja. Siapa tahu kamu masih tidur. Kalau terlambat nanti kamu bisa mendapatkan hukuman," ucap Ratih.
Alina menghela nafas yang menduduki sofa yang terlihat memakai sepatunya.
"Mama dari tadi berisik mulu. Telinga Andre sakit," sahut Andre yang juga baru keluar dari dalam kamar dan terlihat tampak rapi menggunakan kemeja.
"Kalian berdua ini bisanya hanya protes saja. Mama teriak-teriak agar kalian tidak terlambat sekolah dan juga kuliah! Kalau nanti sudah menjadi orang tua baru kalian akan merasakan apa yang Mama rasakan!" tegas Ratih.
"Iya-iya. Kami minta maaf," sahut Alina dan Andre secara serentak.
"Sudah-sudah. Sekarang kalian berdua sarapan dan setelah itu langsung pergi ke sekolah!" tegas Ratih.
Alina dan Andre yang menurut saja dari pada mendengar ocehan Ratih.
***
Seperti biasa adik, kakak itu berangkat untuk menempuh pendidikan mereka menggunakan motor yang sudah tua, tapi syukur-syukur masih bisa digunakan sebagai alat transportasi mereka berdua. Andre harus berkendara di antara mobil-mobil yang berhenti karena menunggu macet. Kota Jakarta memang tidak selesai dengan urusan macet dan apalagi pagi-pagi seperti ini.
Jangan tanya betapa padatnya dan sangat beruntung mereka memakai motor yang pasti bisa menyelinap dengan berjalan di antara mobil-mobil.
"Kak. Alina sepertinya terlambat!" Alina yang duduk menyamping sejak tadi begitu panik yang bolak-balik melihat jam tangannya.
"Ini Kakak sudah paling kencang. Kita bahkan hampir mau terbang," jawab Andre dengan suara kencang agar adiknya yang memakai helm itu dapat mendengarkan.
"Tapi Alina benar-benar takut terlambat," ucapnya lagi dengan gelisah.
"Kamu sabar saja. Ini sebentar lagi kita akan sampai," ucap Andre.
Sampai akhirnya motor itu sampai juga di sekolah Alina yang mana murid-murid berlarian memasuki gerbang sekolah yang dari kejauhan Alina bisa menduga jika memang sudah berbunyi bel masuk.
"Kak Alina masuk dulu. Kakak hati-hati!" Alina mencium punggung tangan Andre dengan buru-buru.
"Helmnya!" teriak Andre saat melihat kebobrokan adiknya itu yang ingin membawa helm di kepalanya.
Untung saja Alina mendengar dan langsung berlari kembali menghampiri Andre dan membuka helm tersebut.
"Kamu ini ada-ada aja!" Andre yang membantu sang adik melihat sangat kesulitan.
"Alina pergi!" ucap Alina yang langsung berlari kembali.
Anak-anak SMA Harapan Bangsa mulai berlarian memasuki gerbang sekolah yang meninggi menjulang ke atas. Dari kejauhan mereka sudah mendengar bel masuk yang berbunyi begitu keras yang membuat mereka harus berlari dan jangan sampai terlambat.
"Ayo cepat masuk!"
"Cepat!" pak satpam yang berdiri di depan gerbang sekolah itu dengan tangannya yang menyuruh murid-murid agar cepat-cepat masuk ke dalam sekolah karena bel 3 menit yang lalu baru saja berbunyi.
Setelah 5 menit maka pintu pagar akan ditutup dan mohon maaf untuk murid-murid yang datang lebih dari 5 menit maka tidak akan bisa masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran di jam pertama.
Para murid-murid berlomba untuk memasuki gerbang sekolah dan sampai akhirnya sudah tidak terlihat ada murid yang berlari lagi dan pak satpam dengan perut sedikit buncit itu langsung menutup pagar sekolah.
"Pak tunggu!" cegah Alina yang merasa begitu jauhnya untuk sampai ke depan gerbang tersebut.
Alina memegang kedua lututnya dengan nafasnya naik turun yang ngos-ngosan.
"Pak tolong buka!" pinta wanita berwajah polos dan sangat lugu itu memohon.
"Sudah terlambat. Tidak ada kata membuka pintu. Makanya kalau bangun pagi jangan lama-lama. Lihat kamu terlambat dan tidak boleh masuk lagi," pak satpam sepertinya tidak akan memberi kesempatan.
"Tapi saya mohon, pak! Saya ada ulangan harian di jam pelajaran pertama. Jadi tolong beri saya kalau kelonggaran, saya janji tidak akan terlambat lagi," wanita itu terus saja meminta pertolongan dengan nafas yang masih naik turun.
"Tidak-tidak! saya sudah bekerja belasan tahun di sekolah ini dan saya akan tetap mengikuti peraturan sekolah tanpa pandang bulu. Jadi kamu sama sekali tidak boleh masuk. Karena sudah terlambat 5 menit dan tidak ada toleransi untuk kamu. Jika sudah tahu akan mengikuti ulangan maka datang ke sekolah lebih awal. Jadi ini resiko kamu!" tegas Pak satpam tersebut yang tetap saja tidak memberikan kesempatan.
Wajah gadis itu terlihat lesu yang putus asa di campur dengan rasa takut yang membuat dia tidak akan bisa mengikuti ulangan harian.
"Baru telat 5 menit. Apa tidak akan memberi kesempatan!" tiba-tiba terdengar suara berat yang membuat wanita dan Pak satpam tersebut melihat ke arah suara tersebut.
Seorang pria tampan berkulit putih dengan tas ransel yang berada di sebelah punggung kirinya. Wajahnya terlihat begitu dingin yang memancarkan aura karismatik yang dapat dipastikan wanita yang melihatnya akan jatuh hati tetapi mungkin tidak untuk Alina. Karena yang dipikirannya saat ini bukan cinta-cintaan atau pandangan pertama, tapi bagaimana cara masuk ke dalam kelas agar bisa mengikuti ulangan.
"Nak, Fathan baru datang juga?" tanya Pak satpam tersebut dengan ramah dan bahkan tidak terdengar suara tegas seperti apa yang dikatakan kepada Alina.
"Bisa di lihat sendiri saya baru sampai," sahut Fathan dengan santai yang satu tangannya berada di saku celananya.
"Oh iya benar," sahut pak satpam yang terlihat cengengesan.
"Lalu apa pintunya tidak akan dibuka?" tanya Fathan dengan wajah datar.
"Oh, iya-iya pasti di buka!" pak satpam yang kembali membuka gerbang sekolah tersebut. Gadis yang sejak tadi memohon itu tampak bingung dengan dahi mengkerut.
"Sangat mengikuti peraturan, Lalu kenapa dia datang pintu langsung dibukakan untuknya, tadi aku tidak?"Alina membatin kebingungan.
"Nak Fathan, nanti bapak minta tanda tangan ya kalau tidak sibuk," ucap pria tersebut yang masih saja senyum-senyum dan Fathan sama sekali tidak menanggapinya.
Fathan menghela nafas dan langsung melangkah memasuki sekolah. Langkahnya terhenti dan kembali dan menoleh ke belakang.
"Apa kau akan tetap berdiri di sana?" tanya Fathan dengan dahi mengkerut.
"Oh. I-iya," sahut Alina yang sedikit kaget dan buru-buru masuk, takut gerbang itu ditutup kembali. Untung ada kesempatan yang membuat dia bisa memasuki sekolah dan Pak satpam tidak melarang hal itu.
Gadis cupu itu juga langsung berlari melewati Fathan.
"Alina!" langkah gadis itu terhenti ketika namanya dipanggil. Gadis itu kembali membalikkan tubuh dengan Fathan yang melangkah menghampiri dia sehingga sudah berada di hadapan Alina.
Mata Fathan terus melihat gadis tersebut yang membuat Alina tampak begitu gugup dan mencari-cari apa kesalahannya.
Bersambung.....
...Aku senang sekali diberi kesempatan untuk membuat karya baru. Saya sangat berharap para pembaca menyukai karya terbaru dari saya. Scandal Hubungan Rahasia. Jangan lupa berikan dukungan, like, koment, subscribe, dan vote yang banyak agar saya bertambah semangat untuk membuat karya-karya berikutnya. ...
...Semoga kalian menikmatinya dan terus baca dari bab 1 sampai selesai, jangan bolong-bolong ya bacanya, soalnya itu bisa berpengaruh pada saya........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments