Sistem Pembalasan Dendam

“Apa kamu suka pizza? Kami menyiapkan pizza ini untukmu, kamu kan kemarin berhasil menang pertandingan.” ucap Hanni, dia mengajak Riki menuju tempat nongkrongnya bersama teman-temannya.

Tentu saja teman yang dimaksud adalah Kartika, Serly dan Lenna.

Ketiga teman Hanni terlihat sangat senang dengan kedatangan Riki.

“Ini pizza daging sapi premium dengan keju mozzarella, menu terbaru dari Pizzeria.” ucap Lenna.

Berhubung Riki lapar, jadi dia pun duduk disana dan mencoba menikmati pizza tersebut.

Sangat enak!

Tentu saja enak karena itu adalah menu dari Pizzeria, tempat yang selalu diandalkan bagi orang-orang yang menginginkan pizza premium dengan cita rasa asli dari Italia.

Meski pemiliknya adalah warga lokal.

“Kamu makin tinggi dan tampan dari terakhir kali aku bertemu denganmu, kau ingat saat kita bertemu di depan penjual crepes?“ Tanya Serly.

Kartika mengangguk, ”ku rasa tinggi mu sudah mencapai 185 cm, Riki…“ ucapnya.

Hanni tersenyum, ”tentu saja, dia sangat tinggi, dia juga memiliki otot yang bagus, itulah kenapa dia bisa menang.“ ucap Hanni, dia bukan siapa-siapa, tapi dia bangga dengan pencapaian Riki.

Riki merasa aneh sekarang, karena Hanni saat ini memiliki tingkat kepercayaan pada Riki sebanyak 70%. Memang belum cukup untuk menjadi pengikutnya, tapi itu adalah angka yang cukup tinggi.

Menunjukkan jika Hanni menyukai Riki, tapi tidak tahu suka dengan niat seperti apa.

”Itu bukan apa-apa, aku hanya sering olahraga di rumah.“ ucap Riki, masih makan pizza karena kelihatannya gadis-gadis itu tidak akan makan.

”Aku bisa merasakan otot lenganmu, bolehkah kami melihatnya? Apa kau juga punya otot perut?“ Tanya Hanni, dia mulai berani memegang lengan Riki dan merasakan otot-otot lengannya dari balik pakaian yang Riki kenakan.

Memang kemeja seragam memiliki lengan yang pendek, tapi Riki juga memakai jaket hitam tipis, jadi tidak kelihatan dari luar.

”Kalian ingin melihatnya?“ Tanya Riki heran, bagaimana mungkin otot sangat penting bagi perempuan?

Adik Riki, Rena, pernah mengatakan, jika tipe lelaki yang dia suka itu tipe yang biasa saja. Tidak harus tinggi dan tampan, yang penting dia sopan santun dan baik.

Tapi mungkin Rena berbohong agar Riki tidak merasa insecure, karena dulu Riki kurus, tidak punya otot. Tapi Riki tidak jelek, lumayan tampan lah untuk ukuran orang Asia Tenggara.

Tapi gadis-gadis seperti Hanni dan teman-temannya pasti lebih suka pria tampan seperti aktor drama Korea atau drama China yang tidak nyata.

Standar ketampanan yang sangat tinggi hingga sulit digapai.

Namun, Riki memilikinya saat ini. Karena keluarga Anggara memiliki keturunan dari berbagai negara seperti China, Eropa dan Rusia dari nenek moyang mereka.

Tentu saja Edward dan Edwin sangat tampan dan memiliki tinggi badan yang bagus.

Keluarga Anggara memiliki gen yang bagus untuk penampilan, tapi Riki rasa, untuk sifatnya sangat buruk.

”Dari tadi kami merekam vidio, Riki, tolong tunjukkan pada penggemar Hanni, kamu kan sepupu dari pacarnya Hanni.“ ucap Kartika.

Hanni menoleh pada Kartika dengan tatapan tidak suka. Padahal Hanni sudah mengatakan pada Kartika agar dia tutup mulut tentang hubungan dia dengan Anton.

Sementara itu, Kartika berkata seperti itu agar dia bisa memiliki Riki juga, dia akan bersaing dengan Hanni.

Riki berdiri, lalu membuka jaketnya. Gadis-gadis itu menjadi sangat heboh, tidak sabar melihat otot lengan Riki.

Namun Hanni menghentikan Riki, ”tidak perlu Riki, kamu tidak perlu menunjukkannya.“

”Kenapa? Bukankah kalian suka?“

Hanni menggeleng pelan lalu berbisik pada Riki, ”aku tidak mau kamu ditonton banyak gadis, aku mau kau hanya menunjukkannya padaku.“

Sekarang Riki paham kenapa dulu dia sangat menyukai Hanni, dia bisa menggoda lelaki dengan pro. Dengan tatapan polos dan manis itu, seolah dia tidak bersalah sama sekali.

Baiklah, Riki akan terima umpan itu, dan buat Hanni benar-benar menyukainya, agar Riki bisa menjatuhkan dia nanti.

Riki tersenyum, lalu dia meraih pinggang Hanni, menatap gadis itu dengan senyuman tampannya.

”Kalau begitu, dimana aku bisa menunjukkannya padamu?“

”Di apartemen mu. Ajak aku kesana.“

Riki menaikkan sebelah alisnya, rupanya gadis yang satu ini ingin berbuat nakal sambil menunjukkan wajah polos itu.

”Kau yakin?“

Hanni mengangguk, ”yakin.“

***

”Ugh… aku sangat lelah secara mental.“ keluh Riki.

Dia sudah berada di kelasnya, duduk di kursi pojok, tempatnya sendiri, sambil menoleh pada jendela di sebelahnya.

Jendela itu menampakkan pemandangan langit dan bagian atas pohon, karena berada di lantai dua.

Menghadapi Hanni dan pura-pura baik membuatnya muak dengan dirinya sendiri.

Haruskah dia mandi kembang tujuh rupa setelah ini— ah, dia harus mengajak Hanni ke apartemennya.

Riki melirik pada Anton, sekarang dia sedang mengajari beberapa gadis dari kelas mereka. Mengajari sambil sesekali menggodanya.

Hanni dan Anton sama saja, ada alasan kenapa mereka bisa cocok sebagai pasangan.

Riki tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Anton, tapi apa yang Anton bahas dengan gadis-gadis itu saat ini bisa dia dengar dengan baik, dan ada namanya yang disangkut-pautkan.

”Bukankah Riki itu kemarin mengalahkan adikmu di pertandingan tinju? Aku melihatnya di yutup, bahkan cuplikan videonya menjadi viral di Internet karena katanya Riki tampan.“ ucap salah satu gadis yang dengan terang-terangan duduk di pangkuan Anton.

Riki jijik melihatnya tapi dia ingin tahu apa yang mereka katakan selanjutnya.

”Itu hanya pertandingan, kalah dan menang itu hal yang biasa… tapi, Andre sekarang di rumah karena sakit, ku rasa Riki memukulnya dengan cukup keras.“

Hah, apa-apaan itu?

Anton berkata seperti dia adalah orang paling bijak sedunia, padahal dia langsung menemui Riki karena tidak terima adiknya dikalahkan Riki.

”Astaga, kenapa sepupu mu seperti itu?“

”Jika aku jadi kamu, aku sudah memukulnya!“

”Anton tidak mungkin melakukannya, karena Anton baik hati.“

Riki memutar bola matanya malas, ”dasar orang-orang yang memuakkan —“

Riki berhenti bicara saat tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

”Angeline?“

Gadis itu menoleh pada Riki.

Riki bisa mencium aroma parfum yang manis dan lembut dari gadis itu.

Angeline tidak bisa dibandingkan dengan Hanni dan teman-temannya, dia jauh diatas mereka semua.

Riki pikir, hanya Liz yang bisa sebanding dengan Angeline.

Ah, apa yang kau pikirkan, Riki? Kenapa pikiran mu kemana-mana?

”Kenapa kamu mengubah namamu, dari Ricky Anggara, menjadi Riki Narendra. Kau tidak pantas menerima nama itu, apa kau bahkan tahu siapa itu Riki Narendra?“

Riki tersenyum, seolah dia orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

”Aku tidak tahu, siapa dia? Apa dia orang penting bagimu?“ Tanya Riki.

”Kau….“

”Dengar Angeline, semua ini hanya kebetulan, jika kamu nggak suka sama aku, aku nggak masalah, kita bisa jalan sendiri-sendiri, aku nggak akan ganggu kamu dan kamu nggak usah ganggu aku. Deal?“

Angeline masih menatap Riki, dengan ekspresi wajah yang menunjukkan jika dia benar-benar tidak menyukai Riki.

Faktanya, tingkat kepercayaan dia pun turun menjadi 3%.

”Entah kenapa, aku merasa semua ini bukan kebetulan. Aku juga merasa kematian Riki dan adiknya ada hubungannya dengan keluarga mu.“

Riki berhenti tersenyum setelah mendengar ucapan gadis itu.

”Jika kau benar, kau mau apa?“ Tanya Riki, dia menatap gadis itu dengan tatapan datarnya.