Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10 : Perkenalkan Saya Calon Suaminya
Hidup seorang diri memang sudah menjadi kebiasaan Dira sejak beberapa tahun terakhir. Tak ada yang perlu ia khawatirkan, ia selalu berusaha menopang dirinya sendiri dan selalu menunjukkan jika dirinya kuat. Namun, salah satu temannya pelan-pelan bisa memahaminya karena sering bersama.
''Istirahat dulu Dira, besok sehat seratus persen.'' gumam Dira memberikan semangat kepada dirinya sendiri setelah meminum obat.
Lampu-lampu di ruangan lainnya sudah ia padamkan, kemudian Dira masuk ke dalam kamarnya.
''Kenapa aku tidak tenang? dan perempuan itu? kenapa lagi-lagi wajah dia yang muncul? perasaanku benar-benar tidak enak.'' gumam Edgar. Ia masih berada di ruang kerjanya yang dulu milik tuan Erick.
Edgar menatap jam di pergelangan tangannya, sudah jam delapan malam lebih. Namun, ia segera menutup laptopnya dan meninggalkan ruang kerja.
''Pak, saya akan keluar membawa motor, kalau mau istirahat silahkan tidak perlu menunggu saya.'' ujar Edgar.
''Anda mau kemana, Tuan? Anda sedang tidak ada masalah kan?'' tanya kepala para pekerja rumah bernama pak Darsono itu, atau yang kerap disapa Pak Dar.
''Tidak Pak, tidak perlu cemas.'' jawab Edgar.
''Baik Tuan.''
Edgar segera mengenakan jaketnya dan helm besar miliknya. Badannya yang tinggi tentu sangat cocok menunggangi motor besar yang berwarna hitam tersebut.
Perjalanan ke rumah Dira tidak sampai satu jam, tetapi sudah dipastikan ia akan tiba dirumah wanita itu semakin malam. Perasaan tidak tenangnya membawa Edgar untuk terus memaksa harus mendatangi rumah tersebut.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu dirumah Dira membangunkannya.
Pengaruh obat yang ia konsumsi sebelum tidur membuat kantuknya sangat tinggi. Namun, suara ketukan pintu yang berulang-ulang itu membuat Dira membuka mata dan sedikit tidak fokus berjalan kedepan. Ntah apa yang ada didalam pikirannya.
Tidak seperti biasanya yang harus mengintip terlebih dulu siapa yang datang. Dira hanya menyalakan lampu ruang tamu dan langsung membukakan pintu.
''Halo Dira sayang, apa kabar? kenapa lama sekali membuka pintu?'' tatapan menggoda dari pria perut buncit itu kembali hadir.
Mendengar suara dengan nada yang menjijikkan itu membuat Dira tersadar dan langsung membulatkan matanya.
''Anda mau apa? hutang saya sudah lunas!'' seru Dira.
''Owwhh Dira, ssstttt..'' pria itu terus maju sembari mengacungkan telunjuknya, sedangkan Dira terus bergerak mundur.
Baru kali ini ia benar-benar mengalami ketakutan, hanya bisa berteriak minta tolong, tetapi suaranya seperti tercekat.
''Tolong!'' seru Dira yang disambut suara tawa dari pria itu.
''Teriaklah sesukamu cantik, tidak ada yang peduli haha.''
''PERGI! BUG!'' Dira menendang pria tersebut.
Namun, pria itu hanya tertawa sinis dan semakin maju membuat Dira jatuh pada sofa.
''LEPASKAN DIA!!''
Pria berperut buncit itu langsung melepaskan tangannya dari dagu Dira.
''Siapa kau?!'' seru pria itu.
BUG
Pukulan keras itu tepat mengenai perutnya yang buncit.
''KURANG AJAR!!''
Pria buncit itu ternyata tidak sendiri, dari arah luar muncul dua pria hendak menyerang ikut menyerang.
''Tuan awas!'' teriak Dira.
Dengan langkahnya yang sedikit sempoyongan, Dira yang sudah terlepas dari pria buncit itu langsung melipir ke dalam mengambil sebuah pentungan dikamarnya.
BUG
BUG
Dira memukul bagian bahu salah satu pria yang tengah bertarung dengan Edgar.
Kedatangan Edgar membuat Dira tenang, pria itu berhasil mengalahkan begundal-begundal yang mengganggunya.
''AYO MAJU KALIAN!!'' seru Edgar dengan suara keras.
Pria buncit itu langsung menghimbau dua anak buahnya untuk segera pergi meninggalkan rumah Dira.
Dira bernafas lega, namun, airmatanya tidak bisa berbohong jika ia sangat takut.
''Terimakasih Tuan.'' ucap Dira.
''Siapa pria itu?!'' seru Edgar.
''Pria itu yang uangnya saya pinjam dan sudah saya kembalikan dengan meminjam pada kantor.'' jawab Dira lirih.
''Kenapa dia masih kesini? kau berhutang lagi?!''
''Tidak Tuan, saya tidak berhutang lagi, bahkan saya sudah sangat lama tidak bertemu dengan dia semenjak saya membayar hutang-hutang itu, saya juga tidak tau kenapa dia datang lagi.'' tegas Dira.
''Kenapa malam seperti ini bisa-bisanya kau membukakan pintu untuknya?!''
''Anda tidak tau kondisi saya Tuan! jika anda hanya ingin menyalahkan saya, pergilah!''
Melihat Dira seemosi ini membuat Edgar merasa ikut bersalah, tapi, kenapa dia sangat tidak terima atas hal yang dialami oleh Dira.
''Maaf..'' ucap Edgar.
Maaf?
Sejak kapan Edgar mengucapkan kata maaf untuk perempuan lagi? sepertinya sudah sangat lama kata itu tidak keluar dari mulutnya.
''Kau tidak apa-apa kan? tidak ada yang terluka kan?'' Edgar mencoba mengalihkan topik.
Dira hanya menggeleng cepat dan mundur dari hadapan bosnya itu.
''Oke, aku tidak bermaksud aneh-aneh, jadi kau jangan kepedean. Dan sebelum kau bertanya dan curiga padaku kenapa aku berada disini? aku tidak sengaja dan hanya akan memastikan bahwa kau masih hidup sehingga anggaran perusahaan tidak berkurang untuk biaya kematianmu.''
''KAU!!'' teriak Dira geram.
Edgar pun juga langsung terdiam kenapa membuat alasan seperti itu.
''Wow wow ternyata diam-diam kau memasukkan pria dirumahmu!'' seru pria dari arah pintu.
''Kita pikir selama ini kau itu perempuan baik-baik Dira, ternyata sama saja, MURAHAN!'' sahut pria disebelahnya.
''Tidak Pak, saya tidak pernah memasukkan pria ini.'' seru Dira takut.
''Halaahhh alasan! basi Dir!''
Geram dengan hal itu, Edgar langsung mendekati pria tersebut dan mencengkeram kerah baju.
''Apa yang barusan kau katakan? murahan? siapa kau berani-beraninya menghina?!'' seru Edgar dengan sorot matanya yang tajam.
''Sss-saya ketua RT disini, dan ini sudah jam sepuluh lebih, Dira seorang diri menerima tamu laki-laki, jadi bukankah itu sebuah bukti?'' pria yang mengaku ketua RT tersebut meskipun ketakutan tetap saja tidak menyerah.
''Benarkah dia ketua RT disini?'' tatapan Edgar beralih kepada Dira yang langsung mengangguk.
Edgar menarik nafasnya dan melepaskan tangannya dari kerah baju pria itu.
''Anda seharusnya bisa mengayomi rakyat, bagaimana bisa dia perempuan seorang diri dan sedang sakit tanpa dibantu dengan keamanan lingkungan! anda tau tidak jika tadi ada tiga pria mau menyerang dia?! kemana anda sebagai ketua RT? dimana petugas keamanan lingkungan!'' seru Edgar.
''Sudah Tuan, sudah.. lebih baik anda pergi.'' bisik Dira.
Edgar hanya menoleh sekilas.
''Lalu anda siapanya Dira? dan kenapa anda juga berada disini?'' tanya pria yang berdiri di sebelah ketua RT tersebut.
''Ohh saya? perkenalkan saya calon suaminya, kami berencana menikah bulan depan, tapi, karena saya merasa lingkungan ini sudah tidak aman bagi calon istri saya, maka, saya akan segera membawanya pergi dari manusia-manusia tidak becus macam kalian!'' tunjuk Edgar.
Dira membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna mendengar apa yang diucapkan oleh Edgar, sungguh karangan cerita yang luar biasa.
''Tuan, jangan ngada-ngada..'' bisik Dira. Namun, lagi-lagi Edgar hanya menoleh sekilas tanpa menjawab.
''Ohh ya satu lagi, kenapa saya berada disini juga? tentu saja saya mengkhawatirkan keadaan dia yang sedang sakit, dan ternyata saya harus dihadapkan dengan pemandangan calon istri saya hampir diserang oleh para begundal!''
Oknum ketua RT dan pria disampingnya langsung saling melempar pandangan.
''Sekarang kalian pergilah dan bawa petugas untuk menikahkan kami sekarang juga!'' seru Edgar dan langsung membuat Dira mendelik tak percaya.
''Tuan!''
''Tidak Pak, tidak..'' cegah Dira.
''Cepat lakukan sebelum ku patahkan kaki-kaki kalian!'' seru Edgar tanpa mempedulikan cegahan Dira.
Kedua pria itu sangat panik, sorot mata tajam dari Edgar membuat keduanya menciut.
''Baik, akan saya panggilkan petugasnya.'' jawab ketua RT tersebut yang langsung menarik pria di sebelahnya.
"Pak, jangan Pak, dia hanya becanda!" cegah Dira dengan berteriak semampunya.
Namun, sayangnya kedua pria itu tidak mengindahkannya.
Melihat kedua pria itu pergi dengan cepat, Edgar langsung menarik nafasnya dalam-dalam.
''Tuan! apa-apaan ini! saya tidak mau menikah dengan anda! pasti anda juga tidak mau kan?! menikah itu bukan untuk main-main!''
''Kau diam saja! telingaku panas mendengar suaramu!'' sahut Edgar.
''TUAN!! saya tidak becanda!''
Sepuluh menit menunggu, kedua pria itu benar-benar membawa seseorang lagi.
''Kau terima saja, aku tidak akan berbuat macam-macam padamu.'' bisik Edgar.
Dira terdiam mempertimbangkan itu, rasa kantuk pengaruh obat yang dikonsumsinya sudah menghilang sedari tadi, sekarang beralih ke rasa pening di kepalanya.
''Baiklah, anda harus berjanji!'' ujar Dira.
Edgar mengangguk.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,