Varsha memiliki arti hujan menghiasi hidup seseorang dengan derai air mata.
Seorang wanita muslimah berdarah Indonesia harus dijodohkan dengan pria asing tidak dikenalnya. Pria kejam memakai kursi roda meluluh lantahkah perasaan seorang Varsha, seolah ia barang yang bisa dipermainkan seenaknya.
Rania Varsha Hafizha, harus hidup dengan Tuan Muda kejam bernama Park Jim-in, asal Negara Ginseng.
Kesabaran yang dimilikinya mengharuskan ia berurusan dengan pria dingin seperti Jim-in. Balas budi yang harus dilakukan untuk keluarga Park tersebut membuat Rania terkurung dalam sangkar emas bernama kemewahan. Ditambah dengan kehadiran orang ketiga membuat rumah tangga mereka semakin berantakan.
“Aku tidak mencintaimu, hanya Yuuna... wanita yang kucintai.”
“Aku tidak bisa mengubah mu menjadi baik, tetapi, aku akan ada di sampingmu sampai Tuan jatuh cinta padaku. Aku siap terluka jika untuk membuatmu berubah lebih baik.”
Bisakah Rania keluar dari masalah pelik tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 26
...🌦️...
...🌦️...
...🌦️...
Entah sudah keberapa kali, Rania menyibak gorden di ruang depan. Malam semakin larut, tapi sang suami belum juga pulang. Ia cemas dan terus berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
Para pelayan sudah kembali meninggalkan mansion, karena tugas mereka sudah selesai. Kini hanya ada keheningan menemani kesendirian Rania.
Kekhawatiran nampak di wajah ayunya, Rania terus menatap pintu masuk yang tak kunjung terbuka. Jantungnya berdegup kencang, ia takut terjadi sesuatu pada suaminya.
Dihari pertama kerja, apakah memang banyak sekali tugas yang harus dikerjakan? Pikir Rania sedari tadi.
"Oppa? Ya Allah lindungilah suami hamba," gumamnya.
Restoran Eropa yang terletak di tengah-tengah Kota Seoul menampilkan fanorama malam menyejukan jiwa. Siapa saja yang datang ke sana pasti bisa langsung merasakan rileks selepas seharian bersama dengan setumpuk pekerjaan. Lampu gold menggantung di sepanjang sudut ruangan. Nuansa klasik begitu kental dengan suara musik mengalun merdu.
Bak di dunia dongeng setiap pengunjung yang datang mengenakan gaun beraneka ragam. Konsep yang dimiliki restoran tersebut dikhususkan untuk pasangan. Entah itu pasangan menikah, tunangan, ataupun masih dalam tahap pendekatan.
Lilin-lilin kecil menguar memberikan aorma terapi menenangkan. Di setiap jalan menuju tempat duduk bertabur bunga mawar merah sebagai lambang cinta. Jim-in tertekuk di tempat, tidak menyangka Yunna mengajaknya makan malam di restoran romantis seperti itu.
Ketegasan hadir dalam mimik muka Park Jim-in. Ia terus memperhatikan gerak-gerik sang tunangan. Ia ingin sekali pergi dari sana tidak nyaman dengan suasananya.
Bagaimana bisa ia duduk dengan wanita lain sedangkan di rumah sang istri tengah menunggunya? Rasa bersalah seketika menyeruak dalam dada.
"Yuuna, aku harus pulang. Rania-"
"Menunggumu?"
Tanpa ada rasa bersalah Yuuna semakin melebarkan senyuman.
"Aku tidak akan melepaskan Oppa. Malam ini Oppa milikku. Bukankah kita sudah bertunangan? Hubungan kita tidak main-main lagi *C*hagiya," lanjutnya memperjelas.
Jim-in terhenyak sadar jika ternyata wanita yang saat ini duduk di hadapannya adalah rubah berbulu serigala. Entahlah apa namanya, tapi yang jelas ia terlihat berbeda dari Yuuna di masa lalu. Manis diawal, tetapi mengandung kejahatan di dalamnya. Itulah yang saat ini Jim-in lihat dari sosok sang tunangan.
"Aku ingin pulang."
Dinginnya lalu beranjak dari duduk.
Kedua kaki jenjangnya melangkah hendak mencapai pintu keluar. Namun, sebelum sampai sepasang tangan lentik merengkuhnya dari belakang menguncinya erat dengan kata-kata manis yang keluar dari bibir ranumnya.
"Jangan tinggalkan aku. Aku mohon!! Kemarin, aku mendapatkan kabar jika appa koma. Saat dalam perjalanan pulang dari Jepang, appa mengalami kecelakaan. Aku takut, aku sungguh takut. Oppa, tahukan jika appa satu-satunya orang tua yang masih kumiliki? Aku tidak mau kehilangan mereka lagi."
Dengan suara serak Yunna menumpahkan ketakutannya di sana.
Jas donger milik Jim-in basah oleh air mata, Yuuna tidak peduli dengan hal itu. Baginya sekarang ia bisa bersama orang yang dicintainya. Ia ingin Jim-in berada di sampingnya untuk menghiburnya.
Tenggang rasa yang dimiliki Park Jim-in membuatnya iba dengan keadaan wanita itu. Ia pun melepaskan kedua tangan Yuuna lalu berbalik menghadapnya. Ia melihat jika kini tubuh yang terbalut gaun hitam itu bergetar hebat. Tidak kuasa melihat seorang wanita menangis, Jim-in pun merengkuhnya.
Setiap pengunjung mengarahkan pandangan ke arah kedua sejoli tersebut. Keharuan bisa mereka rasakan betapa bertanggungjawabnya seorang Park Jim-in dalam menjaga seorang wanita.
"Mian."
Hanya satu kata yang keluar dari mulut tebalnya. Yuuna terdiam merasakan kehangatan yang berasal dari tubuh sang tunangan. Ia pun tersenyum di balik dada bidang itu lalu membalas pelukannya tak kalah erat. Untuk saat ini saja ia ingin bersama kekasih hatinya.
"Mian, Rania," benaknya.
...🌦️🌦️🌦️...
Jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam. Hujan turun mengguyur Kota Seoul. Udara dingin semakin menusuk kulit tat kala sepasang sepatu pantofel berhenti tepat di depan pintu kediamannya. Beberapa saat ia bisa merasakan air hujan menghantamnya kuat. Sikapnya yang sudah ia lakukan tadi memberikan rasa bersalah. Rasa itu menyeruak semakin kuat tat kala kebaikan sang istri terbayang.
Sudah hampir lima jam dirinya bersama Yuuna. Ia melupakan kedudukannya sebagai seorang muslim dan suami. Seharusnya ia di rumah bersama sang istri menikmati makan malam. Namun, ia melakukannya bersama wanita lain.
Jim-in menghela napas berat.
Setelah memasukan kata sandi, pintu pun terbuka. Jim-in terkejut saat melihat Rania tengah berdiri di hadapannya. Seketika kedua kakinya terasa lemas. Ia pun ambruk ke dalam pelukan sang istri. Rania dengan sigap menangkapnya dan mendekapnya erat.
"Ada apa? Kenapa Oppa pulang selarut ini? Oh tidak, pakaianmu basah. Oppa harus segera mandi dan berganti pakaian." Cerocos Rania hendak melepaskan pelukan, tapi Jim-in tidak mengizinkan dan malah semakin mengeratkannya.
"Aku mohon seperti ini dulu sebentar saja."
Pintanya dengan suara serak.
Rania tidak kuasa membantah dan kembali melingkarkan tangannya di pinggang sang suami. Perlahan dengan gerakan lembut ia mengusap punggung Jim-in yang terlihat rapuh. Rania tidak tahu apa yang tengah terjadi. Namun, ia mengerti jika saat ini Jim-in membutuhkannya.
Beberapa saat kemudian, Jim-in melepaskan pelukan mereka. Saat ini ia tengah membersihkan diri di kamar mandi dan Rania tengah menyiapkan baju ganti. Jas yang dipakainya tadi pagi tergeletak begitu saja di tempat tidur.
Rania menggeleng dengan tersenyum sekilas lalu mengambilnya hendak ditaruh ke tempat cucian kotor. Sebelum tangannya benar-benar meletakan pakaian itu, indera penciumannya tiba-tiab saja menajam. Ia mengendus jas itu dengan dahi lebar mengerut dalam.
"Parfum siapa ini? Kenapa aku baru menciumnya? Ahh, sepertinya aku terlalu terbuai dalam pelukannya. Lalu, bau ini? Sepertinya Oppa tidak memiliki parfum dengan aroma seperti ini. Lantas milik siapa?"
Kecurigaan semakin merambat dalam wajah Rania.
Ia terus memikirkan bau yang menempel di jas kerja suaminya. Sebelum berangkat tadi pagi ia sempat menghirup aroma sang suami dan bukan seperti itu baunya.
"A-apa ini milik Yuuna?" cicitnya kemudian.
Seketika bola matanya melebar sempurna. Entah kenapa pikirannya tiba-tiba saja terpaut pada wanita itu. Bukankah firasat seorang wanita selalu benar? Pikirnya.
Rania masuk ke dalam lamunan. Hingga, "ahh mungkin dari karyawan yang lain. Bukankah banyak orang di sana? Astaghfirullah, jangan berpikir yang tidak-tidak Rania. Kamu harus fokus pada hubungan barumu," lanjutnya lagi mencoba berpikir positif.
Tiga puluh menit kemudian Jim-in selesai dengan ritualnya. Ia melihat Rania yang tengah duduk di tepi tempat tidur. Melihat kedatangan suaminya, Rania mendongak memperlihatkan senyum ceria.
"Oh yah, Oppa sudah makan?"
Hanya anggukan lemah diberikan Jim-in.
"Ahh kalau begitu Oppa berbaring dulu aku buatkan air madu hangat. Aku takut Oppa terkena flu, bukankah tadi kehujanan? Tunggu sebentar," celotehnya.
Tanpa mendengar jawaban sang suami Rania melengos pergi dari kamar.
Jim-in hanya memandangi tubuh kecilnya hingga menghilang.
Di lantai bawah Rania termenung melihat meja makan dengan berbagai hidangan tersaji di sana. Perasaannya campur aduk, ia tidak bisa mendeskripsikan seperti apa hatinya sekarang. Ia tersenyum lemah lalu membuat air hangat dicampur madu untuk sang suami.
"Sayang sekali, oppa tidak bisa memakan makanan kesuakaannya. Karena oppa baru bekerja mungkin rekan-rekan kerjanya mengajak makan malam bersama. Yah, mungkin seperti itu."
Kembali Rania berpikir positif untuk tidak membuat hatinya terluka lagi.
Ia ingin memulai kehidupan baru bersama suami yang dicintainya. Pernikahan yang terjadi karena perjodohan ia harus menjaga selamanya. Jangan sampai ada tangan-tangan lain yang mengusik ketenangan mereka. Rania akan menjaga tali pernikahannya dengan erat.
...🌦️TENGGANG RASA🌦️...
GAK ETIS LANJUTIN NOVEL YANG SEHARUSNYA UDAH TAMAT, TAMAT YAH TAMAT JANGAN DI LANJUTIN. JADI KELUAR DARI ALUR.
makasih buat karyanya thor ,bunga sekebon buat thor 💜😍
rania itu jgn2 thor ya ,gpp thor semangat 😘