VARSHA
...🌦️...
...🌦️...
...🌦️...
“Apa mah menikah dengan anak orang kaya itu? Apa Rania tidak salah dengar?”
Suara seorang wanita muda terdengar nyaring. Ia beranjak dari duduk kala mendengar penuturan sang ibu. Ketidakpercayaan menjadi boomerang dalam dirinya.
“Tidak. Ini sudah menjadi keputusan Mamah, Sayang. Kamu tahukan kalau Mamah bekerja di rumah nyonya Park? Lagi pula nyonya sudah banyak membantu keluarga kita. Tidak ada salahnya sekarang kita yang membantunya.”
Penjelasan sang ibu membuatnya menunduk dalam. Rania, nama wanita tadi. Seorang wanita keturunan Asia Tenggara itu terdiam merasakan tertimpa batu berton-ton beratnya.
Ia tidak menyangka kepulangan sang ibu setelah berminggu-minggu mencari nafkah membawa berita yang mencengangkan. Tidak mungkin di usianya yang baru menginjak dewasa ia harus menikah. Bahkan ia tidak tahu siapa pria itu hanya mengetahuinya anak orang kaya.
Bak anak bangsawan konglomerat hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Keluarga Park yang ia dengar dari ibunya begitu kaya. Perusahaan tambangnya dibangun diberbagai daerah. Tidak hanya itu bahkan mereka pun meluncurkan parfum, pewangi pakaian dan lain sebagainya. Sudah jelas jika mereka bukanlah keluarga main-main.
Namun, seperti petir menyambar di siang bolong Rania harus menerima kenyataan jika dirinya dipaksa menikahi seorang pewaris tunggal itu.
Ia tidak senang, sungguh. Rania merasakan dunianya runtuh seketika. Masa depan yang ingin dicapai harus berhenti di tengah jalan.
Awan mendung muncul di kedua matanya. Perlahan bulir demi bulir kristal menetes membasahi pipi. Seperti tanah kering diguyur air hujan, bukan kesejukan yang ia dapatkan melainkan kesesakan. Apalah artinya harta jika itu harus membuatnya menangis?
“Besok kamu akan bertemu dengan tuan muda," jelas sang ibu seraya meninggalkan putri semata wayangnya di ruang keluarga.
Rania menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tidak bisa menolak perkataan sang ibu. Ia sadar selama hidupnya sudah menyusahkan orang tua tunggalnya. Jadi balasan untuk satu-satunya orang tua yang masih hidup adalah berbakti dan salah satunya menerima permintaan tersebut.
Rania Varsha Hafizha, seorang wanita berusia dua puluh satu tahun ini berasal dari Indonesia. Ia dibawa oleh ibunya pergi jauh dari tanah kelahiran. Alasannya, sebab sang ibu menginginkan kehidupan yang layak untuknya, sedangkan sang ayah sudah meninggal ketika ia berusia lima tahun. Ia hidup hanya bersama sang ibu, Basimah Hafizha sudah membesarkannya seorang diri dengan bantuan keluarga Park, tentunya.
Ia tumbuh besar di negara orang, negara Ginseng yang minoritas muslim.
Sebagai seorang muslim mereka harus tahan banting. Beruntung Basimah bisa bekerja ditempat sesama umat Islam. Keluarga Park memang seorang muslim, sang ibu sangat bersyukur ada orang terkaya satu iman dengannya.
Begitu pula Rania yang sudah banyak dibantu oleh mereka. Terutama dalam hal pendidikan. Saat ini ia tengah menempuh jenjang pendidikan S1 disalah satu Universitas terkenal di Seoul. Ia mengambil jurusan keperawatan di sana. Namun, sepertinya mimpi itu hanyalah tinggal mimpi. Beasiswa yang ia terima dari keluarga Park mengharuskannya untuk menerima permintaan sang ibu tadi. Ia sadar sangat sadar akan kenyataan yang menimpa.
...🌦️🌦️🌦️...
Keesokan harinya, seperti yang sudah dibicarakan tadi malam kini Rania dan Basimah berada dalam taksi menuju Utara Kota Seoul, di sanalah tempat tinggal keluarga Park. Sedari tadi Rania terus diam mencoba membasuh kekecewaan dalam dada.
Sang ibu yang duduk di sebelah mengerti dengan perasaan putrinya. Ia pun menggenggam tangannya erat membuat Rania menoleh mendapati ibunya tersenyum tulus.
“Mamah tahu kamu pasti tidak mau menerimanya, tapi kita bisa apa? Nyonya besar menginginkan ini semua. Beliau berharap putranya bisa menemukan kebahagiaan. Beliau juga tahu tentangmu, Rania. Mamah selalu menceritakannya. Tenang saja nyonya Park sangat baik. Kamu tahu sendiri beliau juga yang sudah memberimu beasiswa untuk kuliah di sana.”
Penjelasannya semakin membuat Rania tidak bisa berkutik. Fakta mengatakan jika uang sangat berkuasa.
Rania menarik napas panjang merasakan sesak dalam dada. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya sedih. Lagi-lagi awan mendung itu datang, sekuat tenaga ia tahan agar tidak terlihat lemah dihadapan ibunya dan tidak mau membebaninya lagi.
“Rania tahu, Mah.” Hanya itu yang bisa ia katakan.
Tidak lama berselang taksi pun berhenti tepat di depan kediaman keluarga Park. Mereka pun turun bergegas masuk ke dalam. Netra besar Rania semakin melebar tidak percaya melihat bangunan mewah di depannya, bak istana megah yang ditinggali seorang pangeran.
Basimah segera membawanya yang tengah berdecak kagum. Rania pun terkejut lalu mengikutinya.
Sang pemilik rumah sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi. Pintu yang terbuka membuatnya bangkit dari sofa. Wanita berkepala empat itu tersenyum senang. Rambut kecoklatan nya yang disanggul ke atas memperlihatkan aura wibawa. Bak ratu di dunia dongeng, Rania segan melihatnya. Baru kali ini ia bisa bertatapan langsung dengan nyonya besar itu.
Perlahan Basimah pun mendekati sang majikan. “Ini anak saya, Nyonya,” jelasnya.
Langkah demi langkah kaki ber heels itu menggema dalam pendengaran Rania.
Ia yang tengah menunduk terkejut saat sebuah tangan mengangkat dagunya untuk mendongak. Kini mata mereka saling bertubrukan. Bibir merah meronanya kembali melebarkan senyum.
“Senang bertemu denganmu. Perkenalkan saya Park Gyeong. Kamu tahu arti dari nama itu?” Rania menggeleng cepat, “Yang dihormati. Jadi kamu harus menerima apapun yang saya katakan. Arraso? Besok kamu akan menikah dengan putra saya. Bukankah itu kabar yang menggembirakan?”
Rania merasakan tatapan matanya begitu menusuk.
Namun, ia sadar ada kekosongan yang tersembunyi di sana. Ia tidak kuasa untuk mengatakan sepatah kata. Seolah perkataan itu tercekat di tenggorokan, yang bisa ia lakukan hanyalah mengangguk dan menggeleng.
“Bagus ternyata kamu anak yang patuh. Saya suka.”
Senyumnya kali ini membuat Rania merinding. Entah kenapa sosok wanita di hadapannya seperti ibu tiri yang siap menerkamnya kapan saja.
Setelah pertemuan singkat dengan nyonya besar itu Rania pun dikurung disalah satu kamar besar di sana. Ia kembali berdecak kagum dengan kemewahannya.
Ruangan yang hampir menyerupai tempat tinggalnya itu membuat ia tidak bisa berhenti menggelengkan kepala.
Park Gyeong memutuskan untuk menyuruhnya tinggal di sana sebelum pesta pernikahan yang akan digelar esok hari. Secepat itukah? Rania berpikir jika rencananya sudah disusun jauh-jauh hari.
Di dalam ruangan, Rania menelusuri setiap barang-barang yang ada di sana. Begitu banyak boneka dan juga make up yang tersusun rapih. Bahkan selama dua puluh satu tahun ia hidup, Rania tidak pernah menyentuh barang-barang kecantikan itu. Namun, tetap saja kemewahan tidak bisa membeli kebahagiaannya.
Rania duduk mematung di sofa sebelah tempat tidur. Lagi-lagi air mata menetes membasahi hijabnya. Kini hidupnya sudah di atur tanpa bisa bebas lagi.
“Ya Allah jika ini memang yang terbaik kuatkan hamba menerimanya," gumamnya lirih.
...🌦️🌦️🌦️...
Jam yang masih menunjukan pukul lima dini hari itu sudah membuat Rania benar-benar terjaga. Selesai salat subuh ia terkejut melihat kedatangan lima pelayan perempuan ke kamar. Mereka pun merubah seluruh dirinya dengan baik.
Rania yang tidak terbiasa merasa risih dibuatnya. Gaun mewah putih menjuntai menutupi tubuh rampingnya. Wajah ayu yang tidak pernah tersentuh make up pun kini terlihat berbeda.
Rania sangat cantik dalam balutan hijabnya. Ia tahu, hari ini menjadi hari pernikahannya. Tidak pernah ia memikirkan bisa menikah secepat itu.
"*T*unggu, aku beneran menikah sekarang? Bukankah dari kemarin aku belum melihat siapa calon suamiku?’" benaknya tersadarkan.
“Em, maaf sebelumnya apakah saya benar akan menikah dengan tuan muda? Dari kemarin saya tidak melihat beliau?” tanyanya pada salah pelayan yang masih mendandaninya.
Kedua wanita itu saling pandang dibuatnya, “Sebentar lagi nona akan bertemu dengan tuan muda.”
Hanya itu jawaban yang diberikan. Rania semakin bertanya-tanya dalam diam.
Satu setengah jam berlalu. Rania masih menunggu waktunya untuk keluar kamar. Ia tahu akad tengah berlangsung. Tanpa kehadirannya sang calon suami mengucapkan ijab kabul.
Perasaan Rania semakin tidak karuan, hanya dalam hitungan detik ia bukan menjadi milik ibunya lagi.
Tidak lama kemudian ia pun disuruh keluar. Para pelayan wanita berjalan beriringan membantunya mengangkat gaun.
Satu demi satu anak tangga ditapakinya. Ia tahu kini semua perhatian tengah mengarah padanya. Rania tidak kuasa untuk melihat kemewahan itu dan terus menunduk.
Namun, rasa penasaran akan suaminya semakin besar. Ia pun memberanikan diri mengangkat kepala lalu melihat sosok itu.
Dahi lebarnya seketika mengerut dalam. Di sana, di hadapan sang penghulu Rania melihat seorang pria berjas hitam tengah duduk membelakanginya. Namun, bukan itu yang membuatnya heran, melainkan,
"Kenapa dia menggunakan kursi roda? Tunggu, jadi maksud pernikahan ini?"
Di hari pertama pernikahannya, awan mendung lagi-lagi datang membuat air itu mengalir tak tertahankan.
...🌦️PERNIKAHAN🌦️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Mia Ijaya
aku mampir thor.critay bgus, bhsy jelas mudah d fahami.sukses sll thor
2022-02-03
2
Erni Fitriana
sangat terkesan...terlihat penulis cerdas...penyambungan huruf perhuruf menjadi kalimat sangat rapih...bagus..berkwalitas..sehingga jadi satu rangkaian cerita yg menarik...suka alur cerita varsha....👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2021-11-14
4
reii.ptra
😌😌😌kota Seoul Korea
2021-10-23
2