"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20. Aku atau Kamu
Sesaat Dania tiba di kantor pengacara almarhum Yoga, tanpa ragu ia meminta pengacara tersebut untuk mengalihkan kepemilikan seluruh aset yang dulunya atas nama Kimberly menjadi atas namanya sendiri.
Dania sangat tidak sabar. Begitu pengacara itu datang ke kantor, Dania segera berjalan menghampirinya dan mengatakan apa tujuannya datang ke tempat itu.
Pengacara Yoga terlihat melihat-lihat aset-aset milik Yoga. Matanya terlihat fokus pada map-map itu, sampailah ketika ia menyadari jika ia sudah terlalu lama mengecek segera memalingkan wajahnya kearah Dania.
"Maaf Bu, tapi untuk peralihan nama itu tidak bisa saya putuskan sendiri. Perlu ada perbincangan dengan mbak Kimberly dan tanda tangannya. Itupun juga harus ada tangan tangan dan persetujuan dari pak Yoga, tapi berhubung pak Yoga sudah meninggal, kekuasaan itu jatuh kepada mbak Kimberly.
Apakah ibu sudah membicarakannya dengan mbak Kimberly?" tanya pengacara itu.
Dania terlihat sedikit bingung, setelah merenung sejenak, akhirnya dia memberikan jawabannya. "Tidak. Saya niatnya tidak ingin memberitahu Kimberly jika saya ingin mengalihkan semua aset ini kedalam nama saya. Saya hanya ingin ... menjaganya saja, iya ...,"
"Jadi saya merubah nama kepemilikan itu. Apakah benar-benar tidak bisa bapak lakukan sendiri saja tanpa melibatkan Kimberly atau memberitahunya?" balas Dania penuh harap.
Pengacara almarhum Yoga kembali terlihat berpikir, lalu menjawab dengan ragu. "Tidak bisa Bu. Ini perlu tanda tangan mbak Kimberly. Jika kita tidak memberitahunya, bagaimana proses peralihan nama ini akan berjalan sempurna.
Kita perlu memberitahunya Bu. Setidaknya tanda tangan mbak Kimberly lah yang kita butuhkan ...,"
"Ibu bicarakan dulu saja dengan mbak Kimberly. Jika sudah bicara dan oke, datang saja lagi kesini bersama dengan mbak Kimberly. Kita bisa lanjut mengubah nama kepemilikan aset."
Pengacara itu akhirnya menolak. Dia tidak menuruti keinginan Dania untuk mengubah nama kepemilikan aset, karena selain perlu tanda tangan dari pemilik sebelumnya, semua ini perlu dibicarakan baik-baik, agar tidak salah jalan.
Dania tanpa berkata sepatah katapun segera pergi dari kantor itu dan pulang ke rumahnya. Di sepanjang jalan Dania menggerutu, menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
Dia kira semua peralihan nama itu akan mudah dan dapat selesai dengan cepat. Tapi rupanya tidak. Prosesnya sulit. Perlu adanya tanda tangan Kimberly agar semuanya berjalan lancar.
"Si4lan! kenapa seribet ini sih?! aku kan cuma pengen ngerubah nama kepemilikan aset aja, kok ya pake tanda tangan Kimberly segala!
Jadi gagal kan rencanaku kalo gini. Nggak mungkin aku minta Kimberly tanda tangan saat aku aja mencoba menutupi darinya." gumam Dania dalam hati sambil kesal menatap keluar jendela taksi yang ia naiki untuk pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, Dania segera turun dari taksi dan berjalan masuk. Ketika hendak meraih handle pintu, Dania mendengar dari dalam rumah, ada beberapa suara dari William yang sudah pulang.
Dengan semangat Dania segera membuka pintu itu dan melihat William hanya seorang diri duduk di sofa. Tidak ada Kimberly saat itu. Dania segera berjalan menghampiri William dan duduk di sampingnya.
"Hay Sayang. Kamu udah pulang dari tadi?" tanya Dania manja sembari melingkarkan tangannya di pinggang William.
William awalnya tidak menyadari kedatangan Dania, dia terkejut melihat Dania tiba-tiba ada di sebelahnya. William tidak memalingkan wajahnya dari ponselnya. Dengan gugup, William segera membalas. "Iya." balasnya singkat.
Dania segera cemberut melihat balasan singkat William dan sikap cueknya. Dengan sejuta rencana yang mengalir di kepalanya, segera Dania merebahkan kepalanya dengan manja di bahu William.
"Aku kangen tau sama kamu. Kamu kok cuek banget sama aku akhir-akhir ini? kamu nggak kangen sama aku? udah lebih dari seminggu loh kita nggak main. Mumpung Kimberly masih kerja kita main yuk, di kamarku. Aku kangen Sayang. Dari seminggu ini aku nggak bisa tidur nyenyak gara-gara kangen sama kamu," pinta Dania manja.
William sebenarnya juga menginginkannya, namun takut jika apa yang di lakukannya ini akan ketahuan oleh Kimberly. Akhir-akhir ini William sedikit menjaga jarak dengan Dania karena takut Kimberly mengetahui hubungan mereka.
Namun, saat Kimberly kerja seperti ini dan hanya tersisa dirinya dan Dania saja di rumah, William takut. Takut dia tidak bisa menahan nafsvnya.
William segera menyingkirkan kepala Dania dari bahunya. Dengan terpaksa Dania menegakkan tubuhnya, menatap tajam kearah William. "Kok gitu sih?! Sayang, aku kangen!" ucap Dania dengan nada kesal, meminta penjelasan dari William mengenai sikap cueknya padanya.
William tetap tak bersuara, kembali fokus pada ponselnya, ketika tiba-tiba terdengar suara mobil dari depan, diikuti dengan pintu yang terbuka. Dengan langkah lelah, Kimberly memasuki rumah.
Ketika sampai di ruang tamu, dia melihat Dania duduk dengan William. Kimberly sudah dapat menebak apa yang akan mereka lakukan. Dengan muka santai dan senyum di bibirnya, segera Kimberly berjalan menuju mereka dan duduk di sisi lain di sebelah William.
"Lagi ngobrolin apa sih kok asik banget kayaknya?" tanya Kimberly sembari menatap bergantian kearah Dania dan William.
William tidak menjawab saat itu, dia fokus pada ponselnya, sementara Dania sebisa mungkin tersenyum dan membalas cepat pertanyaan Kimberly. "Ah, nggak kok. Cuma ngobrol biasa aja. Kamu kok baru pulang Kim? pembeli banyak tadi?" tanya Dania basa-basi.
Kimberly segera menganggukkan kepalanya dan memberikan balasan. "Iya, tadi pembeli ada banyak dan ada masalah juga di properti yang aku jual. Tapi sekarang semuanya udah beres. Udah selesai dan aku bisa pulang.
Ehm, kamu udah dari tadi mas pulangnya?" tanya Kimberly pada William.
William segera memalingkan wajahnya kearah Kimberly, tersenyum manis kearahnya dan memberikan balasan. "Udah lumayan. Tadi nggak ada apa-apa di kantor makanya aku pulang cepet." balas William.
Kimberly segera manggut-manggut dan bangkit dari duduknya. Dia meraih tangan William dan menariknya ke kamar mereka dilantai atas. William hanya menurut, dia mengikuti Kimberly di belakangnya. Meninggalkan Dania yang masih duduk di tempatnya, menatap nanar kearah Kimberly dan William.
"Bener-bener udah berubah. Kayaknya Kimberly sudah tau hubunganku dengan Wiliam makanya dia ngelakuin ini. Dulu sebelum ini Kimberly fokus pada pekerjaannya, tidak memperdulikan William sama sekali.
Tapi sekarang tumben banget dia jadi seromantis ini. Hmm, kalau begitu dia mau mengajakku berperang ya?!
"Baiklah, akan aku turuti kemauannya itu. Akan aku jerat William hingga dia benar-benar menjadi milikku. Kita lihat saja Kimberly. Siapa yang akan memiliki William suatu saat nanti. Aku atau kamu." gumam Dania di dalam hati, menatap kearah punggung Kimberly dan William yang sudah menghilang dari pandangan.
...................................
Di dalam kamar mereka, Kimberly dan William kembali melakukan penyatuan. Sebenarnya Kimberly lelah, ingin istirahat, tapi dia tidak bisa membiarkan Dania dan William bersama. Jadi dia sebisa mungkin menahan rasa lelahnya dan melayani William.
Kini dengan melakukan pelepasan pertama kali, William terjatuh keatas tubuh Kimberly. Napas mereka saling memburu. Menunjukkan betapa mereka sama-sama lelahnya saat itu.
"Kalau capek mending istirahat saja Sayang. Nggak usah melayaniku nggak papa. Kita bisa melakukannya nanti malam. Aku juga cukup lelah hari ini.
Meski nggak banyak pekerjaan di kantor, tapi aku cukup lelah. Jalanan tadi cukup ramai, panas. Kita sudahi sampai sini aja ya, kita istirahat, aku mau mandi juga." pinta William dengan napas masih memburu.
Kimberly menganggukkan kepalanya lemah. "Iya, kita sudahi saja. Aku sebenarnya ingin bermain, tapi rasanya cukup lelah. Kita istirahat saja ya, kamu mandi, nanti aku menyusul setelah kamu." balas Kimberly.
William segera turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi di kamar mereka. Dia berniat untuk mandi dan mengambil pakaian dari lemari sebelum memasuki bilik mandi.
Sepeninggal William, Kimberly segera bangun dari tidurnya dan meraih ponsel William dari atas nakas. Dia ingin melihat apakah William masih berkomunikasi dengan Dania atau tidak.
Tapi setelah dia melihat rupanya keduanya sudah tidak pernah berkomunikasi seminggu ini. Bahkan pesan yang Dania kirimkan saja sudah tidak pernah William baca.
Kimberly merasa senang dan segera mematikan ponsel William, meletakkannya kembali di atas nakas.
"Bagus. Rupanya mereka sudah tidak pernah komunikasi lagi. Mas William benar-benar mencintaiku dan tidak akan menggubris mama setelah aku romantis padanya dan melayani nafsvnya ...,"
"Hmm, setelah ini mungkin aku harus lebih mengurangi waktuku. Mas William harus benar-benar melupakan mama dan fokus sepenuhnya padaku. Dia harus melakukan itu, atau saham papa yang di berikan padanya akan aku ambil kembali!" ucap Kimberly pelan, hampir seperti bisikan.
Kimberly merasa yakin dengan keputusannya untuk memastikan hubungan antara William dan Dania terputus. Dia merasa lega karena sekarang William sepenuhnya fokus padanya. Namun, di balik senyumnya yang puas, ada rasa takut yang menghantui hatinya.
Saat William keluar dari kamar mandi, Kimberly berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Dengan tergesa-gesa, ia meloncat dari ranjang dan bergantian masuk ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Kimberly melangkah keluar dari kamar mandi. Di sudut kamar, dia melihat William duduk tenang di pinggir ranjang, pandangannya kosong terpaku pada jendela.
Entah apa yang sedang dipikirkannya, tatapan matanya begitu dalam. Apa yang sebenarnya terjadi?
Kimberly melangkah mendekati William, duduk di sebelahnya. "Ada apa, Sayang, kok kamu natapnya gitu banget?" tanya Kimberly dengan rasa penasaran.
William dengan cepat menoleh ke arah Kimberly, menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Nggak kok, nggak papa. Lagi mikirin kerjaan tadi. Ada banyak tugas yang bentar lagi deadline. Jadi aku bingung, mau nyelesain yang mana dulu. Semuanya mepet waktunya, bikin aku pusing." jelas William bohong.
Kimberly merasa lega mendengar alasan William. Dia tahu bahwa sebenarnya William sedang berbohong, tapi dia memilih untuk tidak mempermasalahkannya.
Yang penting baginya adalah bahwa sekarang William sepenuhnya fokus padanya.
"Mungkin kamu butuh bantuan, Sayang? Aku bisa membantumu menyelesaikan tugas-tugas itu," tawar Kimberly dengan senyum manisnya.
William terkejut saat mendengar tawaran dari Kimberly. "Benarkah? terima kasih, Sayang. Tapi tidak usah, aku bisa kok menyelesaikannya sendiri." jawab William dengan gugup dan rasa cemas yang terlihat jelas.
Kimberly merasa sedikit kecewa dengan penolakan William, tapi dia memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Yang penting baginya adalah bahwa dia bisa terus menjerat William dan membuatnya semakin jatuh cinta padanya.
Mereka pun melanjutkan hari mereka seperti biasa, dengan Kimberly terus berusaha menarik perhatian William dengan segala cara. Dia memasak makanan favorit William, memberikan kejutan-kejutan manis, dan selalu ada di sampingnya saat dia membutuhkan.
Namun, semakin hari, Kimberly merasa ada yang berbeda dengan William. Dia terlihat semakin tertutup dan jarang berkomunikasi lagi dengannya. Kimberly mulai merasa cemas dan khawatir bahwa mungkin William masih memikirkan Dania.
Suatu malam, saat William sedang tertidur pulas, Kimberly memutuskan untuk mengambil ponselnya lagi.
Dia ingin melihat apakah William masih berkomunikasi dengan Dania atau tidak. Dan kali ini, Kimberly menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut.
Ternyata, William kembali berkomunikasi dengan Dania. Mereka saling bertukar pesan dan bahkan membuat rencana untuk bertemu di tempat yang sama sekali tidak diketahui oleh Kimberly.
Bersambung ...