Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Jejak Bayangan di Kehidupan
Hari-hari setelah ancaman dari musuh David seolah menjadi lebih kelam, meskipun Rachel dan David berusaha keras untuk menjalani kehidupan dengan normal, terutama di depan Leo. Namun, rasa was-was terus mengintai, membuat mereka selalu bersiap menghadapi kejadian yang tak terduga.
Pagi itu, Leo tengah asyik bermain di halaman rumah. Rachel memandang anaknya dari balik jendela dengan perasaan campur aduk—antara bahagia melihat anaknya yang polos, namun sekaligus takut akan ancaman yang mungkin bisa merenggut keceriaan itu kapan saja.
David masuk ke dalam ruangan, lalu mendekat ke jendela tempat Rachel berdiri. Ia mengulurkan secangkir kopi ke arah Rachel.
"Bagaimana semalam? Kamu bisa tidur nyenyak?" tanya David lembut.
Rachel menerima kopi itu sambil tersenyum samar. "Tidak sepenuhnya, aku terus memikirkan ancaman itu. Rasanya… seperti mereka mengawasi kita di setiap langkah."
David menghela napas. "Aku mengerti, Rachel. Tapi kita harus tetap kuat. Untuk Leo. Ancaman itu mungkin masih ada, tapi aku sudah meningkatkan keamanan."
Rachel menatap David dengan penuh harap. "Kau yakin ini akan cukup, David?"
David balas menatapnya, dengan tatapan penuh keyakinan. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh Leo. Aku akan lakukan apa pun."
---
Siang Hari, Saat David di Kantor
Di ruang kerjanya yang luas dan elegan, David tengah sibuk meneliti data proyek besar yang sedang ditangani perusahaannya. Namun, pikirannya terusik saat sekretarisnya mengetuk pintu dengan tergesa-gesa.
"Tuan David, maaf mengganggu, tapi ada seseorang yang mengirimkan ini untuk Anda." Sekretaris itu menyerahkan sebuah amplop hitam, tampak misterius dan tidak biasa.
David membuka amplop tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat foto Rachel dan Leo yang diambil secara diam-diam dari kejauhan. Di bagian bawah foto itu, tertulis pesan singkat: "Ingatlah, aku bisa mengambil mereka kapan saja."
Jantung David berdegup kencang. Ia segera berdiri, menatap foto itu dengan amarah yang membara. Segera, ia meraih telepon dan menghubungi kepala keamanan.
"Aku ingin pengawasan 24 jam diperketat. Jangan ada satu celah pun di sekitar rumahku. Dan selidiki siapa yang bisa mengirimkan ini!" suara David penuh ketegasan, hampir menggertak.
Di balik wajah dingin dan tegasnya, hati David bergolak. Ia sadar, musuhnya semakin dekat dan tidak akan berhenti mengancam keluarganya.
---
Di Rumah
Rachel yang sedang membaca buku, tiba-tiba menerima panggilan dari David. Suara David terdengar tenang, tetapi Rachel bisa merasakan kecemasan di balik nada bicaranya.
"Rachel, aku baru saja mendapat sesuatu yang tidak mengenakkan," ujar David langsung.
Rachel menggenggam telepon lebih erat. "Apa maksudmu? Ada apa?"
"Aku menerima foto kamu dan Leo... yang diambil diam-diam. Mereka tahu keberadaan kita, Rachel. Mereka bahkan tahu rutinitas harian kita," suara David terdengar semakin berat.
Rachel merasa jantungnya berdegup lebih cepat. "David, apa ini artinya kita tidak aman di sini?"
David berusaha menenangkan Rachel. "Aku sudah mengambil langkah keamanan ekstra. Tetapi… mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati. Jangan biarkan Leo sendirian, dan pastikan selalu ada seseorang di dekatnya."
Rachel mengangguk walaupun David tidak bisa melihatnya. "Baiklah, David. Aku akan lakukan apa pun untuk melindungi Leo."
---
Malam Hari, di Sebuah Kafe Tersembunyi
David mengadakan pertemuan rahasia dengan seorang mantan agen keamanan yang pernah bekerja dengannya, Andrew. David tahu, jika ingin melawan musuh yang tak terlihat ini, ia butuh bantuan profesional.
Andrew duduk di hadapan David, dengan tatapan tajam dan penuh perhitungan.
"David, aku mendengar kamu butuh bantuan untuk kasus yang cukup rumit," kata Andrew, memulai pembicaraan.
David mengangguk. "Aku ingin kamu menyelidiki siapa yang ada di balik ancaman ini. Mereka bukan hanya mengancam perusahaanku, tapi juga keluargaku."
Andrew menatap David dengan serius. "Ini bukan masalah kecil, David. Kamu tahu apa risikonya jika mereka sampai menyentuh keluargamu."
"Itulah kenapa aku membutuhkan kamu, Andrew. Aku ingin tahu siapa yang mengintai, dan aku ingin mereka berhenti selamanya," ujar David, suaranya terdengar mantap namun penuh tekanan.
Andrew tersenyum tipis, mengerti sepenuhnya kesungguhan David. "Baik, aku akan segera mulai penyelidikan. Tapi, bersiaplah untuk kemungkinan terburuk. Orang-orang ini mungkin sudah punya rencana jauh sebelum ini."
David mengangguk, wajahnya tampak keras. "Aku sudah siap menghadapi apa pun. Aku hanya tidak akan membiarkan mereka mengancam Leo dan Rachel."
---
Beberapa Hari Kemudian
Rachel, yang berusaha tetap menjalani kehidupan normal, membawa Leo ke taman. Namun, ketenangan sore itu terganggu ketika seorang pria asing mendekati mereka. Pria itu menatap Rachel dengan intens, membuatnya merasa tidak nyaman.
“Rachel, bukan? Istri dari CEO terkenal, David?” tanyanya dengan nada yang sengaja dibuat terdengar akrab.
Rachel mengerutkan kening, mencoba menjaga Leo lebih dekat. “Maaf, saya tidak mengenal Anda.”
Pria itu tersenyum sinis. “Oh, kau pasti mengenalku. Aku hanya sekadar ingin mengingatkanmu, bahwa dunia ini bisa menjadi sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak yang tidak tahu apa-apa.”
Rachel merasa jantungnya hampir berhenti. “Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?” tanyanya, mencoba untuk tetap tenang.
Pria itu mendekat, berbisik pelan di telinganya, “Hanya orang yang sangat tertarik pada keluargamu. Pastikan kamu dan suamimu berhati-hati.”
Seketika, pria itu pergi begitu saja, meninggalkan Rachel dalam ketakutan yang mencekam. Ia segera menggendong Leo dan bergegas pulang, perasaan takut dan cemas bercampur menjadi satu.
---
Di Malam Hari
Rachel menceritakan kejadian itu kepada David dengan nada suara yang bergetar. David, yang mendengar cerita itu, terlihat semakin murka. Ia merasa sudah cukup bermain defensif—sudah saatnya ia bertindak.
“David, aku takut. Mereka semakin berani,” ujar Rachel, matanya berkaca-kaca.
David mengusap bahunya, berusaha menenangkannya. “Aku akan melakukan apa pun untuk melindungi kalian, Rachel. Tapi sekarang… sudah saatnya kita ambil langkah lebih tegas.”
Rachel menatap David dengan penuh harap. “Apa rencanamu?”
David menarik napas dalam-dalam. “Aku sudah meminta Andrew untuk menyelidiki lebih dalam. Aku ingin dia menggali semua informasi tentang siapa pun yang berani mengancam keluarga kita. Aku tidak akan diam saja.”
Rachel mengangguk, meski hatinya tetap gelisah. “Aku hanya ingin Leo aman, David. Itu saja.”
David menggenggam tangannya. “Aku berjanji, Rachel. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sini untuk melindungi kalian.”
---
Di Kantor Andrew, Tengah Malam
Andrew menatap layar laptopnya, mengamati data yang baru saja ia dapatkan. Setelah beberapa hari menggali informasi, ia menemukan jejak yang mengarah pada seseorang dari masa lalu David—seseorang yang memiliki alasan kuat untuk menaruh dendam.
“Jadi, ini alasannya…” gumam Andrew. “Dia kembali untuk menghancurkan David, tidak hanya sebagai CEO, tapi sebagai seorang suami dan ayah.”
Andrew segera menghubungi David, menyampaikan informasi itu. Namun, ia juga memperingatkan, “David, orang ini tidak hanya ingin menghancurkanmu secara profesional. Dia ingin kamu hancur dari segala sisi. Siap-siaplah. Ini baru permulaan dari serangan yang lebih besar.”
David terdiam, mendengarkan dengan tenang namun penuh ketegangan. “Aku sudah siap, Andrew. Jika dia ingin perang, maka dia akan mendapatkannya.”
Bab ini berakhir dengan David yang semakin bersiap untuk menghadapi musuh besar yang ternyata sudah memiliki rencana besar untuk menghancurkan kehidupannya dari segala sisi. Kesiapan David, rasa takut Rachel, dan ancaman misterius yang kian mendekat menciptakan ketegangan yang tak terhindarkan, memberi pembaca rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.