Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH LIMA
Menyentuh bibir ku, melumat bagian bawah lembut seolah takut itu akan pecah. Aku meremat pelan lengannya, menyalurkan degub jantung yang membuncah.
Bibirnya melepaskan bibir ku, meninggalkan rasa hampa yang baru pertama kali ini ku rasakan. Hingga dengan tak tahu malunya, bibirku menyentuh bibirnya mengulang apa yang bibir Jeffrey lakukan. Membiarkan seluruh ruangan menjadi saksi tangisan di tengah decapan ini.
-
Jam menujukan pukul 7.30 saat aku berada di penyebrangan menuju kantor ku tepat saat dering telfon berbunyi dan aku mendapati nama Jeffery di layar. Aku mengulas senyum, tak ingin mengulur waktu untuk mengangkat panggilan.
“Hallo?”
“Morning baby?”
“Night Jeff!” dia tertawa di seberang sana.
“Kau dimana?”
“Aku sedang jalan menuju kantor, kau lelah?”
“Yah, tapi aku tak bisa menunda untuk menelfon mu. Aku merindukan mu” aku tertawa menimpali ucapannya dengan sedikit menengok ke kanan dan kiri memastikan tak ada pengendara sepeda motor atau mobil yang melintas sebelum menyebrang setelah dirasa keadaan aman.
“Maka cepatlah pul...ahkkkk”
Aku tak lagi bisa melanjutkan kata ku karena entah bagaimana dan dari mana sebuah mobil melaju cepat, mendorong ku dengan keras hingga terjatuh di jalan yang senggang bersama darah yang entah keluar dari bagian mana, juga dengan riuh suara orang-orang yang berteriak tidak terlalu jelas, aku menatap pada handphone ku yang tergeletak tak jauh dari posisi ku dengan suara Jeffery yang samar-samar aku dengar sebelum gelap menabrak ku lebih keras.
-
Aku membuka mata perlahan, sedikit meringis saat merasakan sakit di sekujur tubuh ku di tambah pusing yang menyerang kepala juga dengan ngilu di sekitar tangan yang terdapat jarum infus menusuk disana.
Aku menoleh saat suara Mamah menyapa dengan Papah di samping kiri mengusap kepala ku lembut sebelum beberapa saat kemudian sorang pria setengah baya berjas putih dengan stetoskop yang menggantung di lehernya datang membuka pintu setelahnya Mamah dan Papah sedikit mengambil jarak membiarkan pria setengah baya itu memeriksa keadaan ku.
“Bagaimana keadaan anak saya Dok?”
“Dia mulai stabil. Tolong jangan terlalu di ajak banyak bicara dulu ya pak, Bu. Kami akan kembali memeriksanya sore nanti” Ku lihat mamah, papah mengangguk berterima kasih dan dokter pria tadi beranjak keluar dengan satu wanita yang ku yakini sebagai Suster mengikuti di belakang.
“Gimana perasaan kamu Ka?” aku mengangguk dengan senyum kecil.
“Baik Mah”
“Syukur kalau gitu. Mamah khawatir pas pihak rumah sakit telfon ke rumah dan bilang kamu kecelakaan” aku mengusap tangan mamah yang berusaha menghapus air mata, aku tau dia khawatir, dan aku merasa menyesal karena itu.
“Maafin kakak Mah” Mamah menggeleng, mengusap pipi ku lembut dengan penuh cinta, hingga teriakan dan suara pintu yang terbuka terburu membuat kami menoleh bersamaan.
“Baby!” aku menepuk kening pelan.
“Jeff...” ucapku dengan menggigit bibir pelan kala mendapati tatapan kedua orang tua ku yang terkejut sebelum menyorot penuh tanya. Astaga!
“Kakak?”
Aku menunduk dengan desahan pelan, membiarkan Jeffery mendekat dan menelisik tubuh ku, mengecek apa ada luka serius atau tidak, sebelum aku rasakan pelukannya membungkus hangat tubuh ku di susul kecupan ringan yang mendarat di kening ku. Aku tau Jeffery khawatir tapi mendapatinya di sini dengan kelakuannya saat ini aku yakin kedua orang tua ku pasti bertanya-tanya.