~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Kedatangan Baratha membuat semua mata beralih padanya, apalagi ketika pria yang mereka kenal sebagai orang kedua Wirabumi terlihat menyambutnya di lobi gedung. Ya, Anom menunggu Bara di lobi karena tahu jika putra sulung Whisnu itu belum mengetahui tata letak perusahaan.
"Kita sudah ditunggu di aula, lima menit lagi meeting akan dimulai."
Bara hanya mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Anom, mereka naik ke lantai dua dimana ada ruang aula tak terlalu besar yang biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan.
Semua orang di ruang pertemuan spontan berdiri ketika melihat pemimpin perusahaan datang.
"Selamat pagi, saya akan mulai meeting kali ini dengan mengenalkan pemimpin perusahaan yang baru. Beliau adalah putra pertama Tuan Whisnu...Tuan Baratha Wirabumi! Beliau ada disini untuk melihat bagaimana kinerja kita, dan dimulai dengan mendengarkan laporan dari setiap divisi, silahkan!"
Bara sekilas melihat ke arah Anom, pantas saja jika pria itu menjadi tangan kanan di Wirabumi. Anom mempunyai kharisma yang kuat sebagai pemimpin, terlihat jika Anom sangat profesional dalam bekerja.
Walau kemarin mereka sempat bersitegang karena masalah istrinya tapi nyatanya di dalam perusahaan pria itu bisa menunjukkan rasa hormat padanya.
Meeting kali ini berjalan cukup lama, selama tiga jam penuh mereka ada di aula. Bara menanyakan apapun yang ingin ia ketahui pada setiap pemimpin divisi. Setelah selesai Anom mengantarnya ke ruang kantor milik Krisna, ruang sang Presdir.
"Semua masih tertata ditempatnya, semua masih sama seperti ketika Tuan Muda meninggalkan ruangan untuk terakhir kalinya," ujar Anom, masuk keruangan ini membuatnya teringat pada adik sekaligus sahabat terbaiknya.
"Apa artis itu masih bebas berkeliaran di luar sana? Kau sahabat Krisna, bisa bisanya kau berpangku tangan melihat pembunuh itu hidup tenang!"
"Saya tidak akan bertindak tanpa perintah dari Tuan Besar, nama baik keluarga menjadi taruhannya."
"Cihhh... nama baik, hanya itu yang ada di otak pria tua itu," sinis Bara dengan sorot penuh kecewa.
"Sekarang aku adalah pemimpin tertinggi Wirabumi, apa aku benar?"
"Tentu saja, sebentar lagi ada pengumuman resmi yang akan mengukuhkan anda pada posisi itu."
"Jadi sekarang aku adalah atasanmu, semua perintah dariku adalah mutlak untukmu. Setengah jam ke depan aku minta semua laporan mengenai artis berengsek itu. Keluarga...pekerjaan...semua tanpa terkecuali!"
"Baik," jawab Anom singkat. Setelah itu ia melangkah pergi keluar ruangan karena masih banyak hal yang harus ia selesaikan. Tapi dahinya berkerut ketika mendengar Bara menerima telpon dari seseorang.
"Ya sayang? Aku masih banyak urusan disini..."
*
"Sore ini kita ke mansion Wirabumi, dan kau harus minta maaf pada mereka. Papamu tadi menelponku dan marah marah, katanya kau sulit sekali untuk dihubungi!"
Anindita hanya diam tak menanggapi, siang ini mereka masih ada di lokasi syuting. Walau tak menganggu dirinya tapi kemarin ia sudah mendengar berita jika perusahaan milik papanya sedang bermasalah. Wirabumi mulai menekan keluarganya.
"Kau akan diam sampai kapan hahh? Sampai Anom Wijaya menghancurkan seluruh perusahaan milik keluargamu, sampai dia membuatmu hidup di jalanan? Dari dulu ia tidak menyukaimu!"
"Apa kau bisa menjamin jika aku sudah minta maaf maka mereka akan melepasku? Mereka tak mungkin menyentuh perusahaan Papa karena paman akan melindunginya," sahut Anin yakin karena adik papanya adalah pejabat berpengaruh di negeri ini.
"Come on jangan terlalu naif Anin, kau tahu seberapa kuat pengaruh Wirabumi. Pamanmu bahkan hanya seperti debu untuk mereka. Atau bagaimana jika kita buat rencana baru?"
"Rencana?"
"Kau jerat saja Anom, jika kau bisa menjerat sang eksekutor maka hidupmu akan baik baik saja," jawab Yansen yakin. Sekejam kejamnya seorang Anom Wijaya tapi dia tetaplah seorang laki laki. Dan seorang laki laki pasti akan butuh sentuhan seorang wanita.
"Aku belum gila hingga mau menjerat iblis seperti dia. Aku tak mau mati sia sia ditangannya, aku pernah mendengar rumor waktu kecil dia pernah membunuh seseorang...dia psikopat!"
"Itu hanya rumor..."
"Tak ada asap kalau tak ada api," sahut Anin yang langsung beranjak karena asisten sutradara sudah memanggilnya untuk kembali take syuting.
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪