NovelToon NovelToon
Cinta Kita Belum Usai

Cinta Kita Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Lari Saat Hamil / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:36.1k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Yune

Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.

"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.

Akankah mereka bersatu kembali?

NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Bila Raka mengecewakanmu lagi, aku ingin kamu membuka hati untukku."

Darah Raka mendidih dalam sekejap. Dengan hati-hati, dia mengambil ponselku dan membuka pesan itu. Nomornya memang tidak tercatat dalam kontakku, tetapi riwayat pesan sebelumnya menunjukkan siapa pengirimnya. Itu Fajar.

Genggaman Raka mengencang di sekitar ponsel. Matanya menatap ke arahku yang sedang tertidur, wajahku terlihat begitu damai, seolah tidak ada yang terjadi. Namun, pesan dari Fajar ini menjadi duri yang menusuk hatinya.

Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, cemburu yang membara dan rasa posesif yang selalu ada di dalam dirinya membuatnya tak bisa diam. Dia mendekat, duduk di tepi ranjang, dan menatap wajahku yang masih tertidur lelap.

“Gendhis…” panggilnya lembut, tetapi tidak ada respons dariku.

Raka membungkuk, memelukku dengan erat hingga tubuhku bergerak sedikit. Aku membuka mata perlahan, masih setengah sadar.

“Raka? Ada apa?” tanyaku lemah.

Namun, Raka tidak menjawab. Dia hanya menatapku dengan sorot mata yang sulit kuartikan. Sebelum aku sempat bertanya lagi, dia menciumku, lembut tapi penuh dengan keinginan yang tak tertahankan.

“Raka, tunggu…” bisikku mencoba menghentikannya, tetapi dia tidak memberiku kesempatan untuk berkata lebih banyak.

“Gendhis, aku tidak bisa lagi. Aku tidak bisa melihatmu jauh dariku. Kamu harus tahu kalau kamu milikku. Hanya milikku.” Suaranya terdengar serak, penuh dengan emosi yang terpendam.

Aku mencoba melawan, memukul dadanya pelan, tetapi tenagaku yang lemah tidak mampu menghentikannya. Raka terlalu mendominasi, menunjukkan betapa ia tidak ingin kehilangan aku lagi.

“Raka… aku…” Aku mencoba berbicara, tetapi bibirnya kembali menutup bibirku, membuatku tidak mampu berkata apa-apa lagi.

Pada akhirnya, aku menyerah. Tubuhku pasrah di bawah kendalinya. Aku membiarkannya menunjukkan betapa ia menginginkanku, betapa ia mencintaiku dengan cara yang hanya bisa ia tunjukkan.

Aku membuka mata dengan tubuh terasa lelah. Matahari sudah tinggi, tetapi aku tidak ingin bangun dari ranjang. Aku menoleh, melihat Raka yang masih tidur di sampingku. Wajahnya terlihat tenang, seperti tidak ada yang mengganggunya.

Namun, saat aku hendak memejamkan mata lagi, Raka bergerak, membuka matanya dan tersenyum tipis padaku.

“Pagi,” sapanya lembut.

Aku hanya mengangguk kecil, merasa sedikit canggung mengingat apa yang terjadi semalam. Ingin bangkit dari tempat tidur, tetapi tubuhku rasanya sangat lelah.

"Ah..."

"Ada apa? Ada yang sakit Dhis?" tanya Raka tanpa rasa bersalah.

"Semua ini karena kamu! Tentu saja sakit, sepanjang malam kamu melakukannya, bukan hari ini saja. Kemarin juga!" jawabku membuatnya merasa terdiam.

Raka menarikku ke dalam pelukannya. “Maafkan aku, Sayang. Aku terlalu cemburu padamu, semalam dia mengirimkan pesan yang membuatku kesal."

Ucapan Raka membuat dahiku berkerut, tetapi hal itu segera teralihkan karena pria itu meminta perhatianku.

"Gendhis, aku ingin kamu berjanji.” ucapnya.

“Janji apa?” tanyaku pelan, menatap wajahnya.

“Jangan pernah meninggalkan aku lagi. Apa pun yang terjadi, aku ingin kita selalu bersama,” katanya dengan nada serius.

Aku terdiam sejenak. Aku tahu ini bukan janji yang bisa diucapkan dengan mudah, tetapi melihat kesungguhan di matanya, aku akhirnya mengangguk. “Aku akan mencoba, Raka. Tapi kamu juga harus berjanji untuk tidak menyakiti aku lagi.”

Raka mengangguk tanpa ragu. “Aku berjanji.”

Beberapa jam kemudian, suara bel pintu mengalihkan perhatian kami. Aku yang sedang menyusun pakaian ke dalam lemari menoleh ke arah Raka.

“Kamu tunggu saja di sini. Biar aku yang lihat siapa itu,” katanya sambil berjalan keluar kamar.

Ketika Raka membuka pintu, wajahnya langsung berubah saat melihat siapa yang berdiri di sana.

“Ibu?” tanyanya, sedikit terkejut.

Yeni, ibunya, berdiri di depan pintu dengan senyuman hangat. “Aku mendengar Gendhis sudah kembali. Jadi, aku ingin memastikan sendiri. Apa aku boleh masuk?”

Raka mengangguk dan membiarkannya masuk. Aku keluar dari kamar, dan Yeni langsung menghampiriku dengan pelukan hangat.

“Gendhis, aku senang sekali kamu mau memberikan kesempatan lagi untuk Raka. Terima kasih, Nak,” katanya dengan tulus.

Aku hanya tersenyum kecil, merasa sedikit canggung. Namun, kehadiran Yeni membuat suasana menjadi lebih ringan.

“Kalian harus benar-benar menjaga hubungan kalian kali ini,” tambah Yeni sambil menatap kami berdua. “Pernikahan itu tidak mudah, tapi aku yakin kalian bisa melewati semuanya bersama.”

Aku dan Raka hanya saling pandang, merasa tersentuh dengan dukungan dari Yeni.

Namun, kehangatan itu tidak berlangsung lama. Ketika Yeni sedang berbicara dengan Gendhis di ruang tamu, ponsel Raka yang tergeletak di meja bergetar. Dia melihat nama yang tertera di layar, Fajar.

Tanpa ragu, Raka menjawab panggilan itu.

“Ada apa?” tanyanya dengan nada dingin.

Di seberang sana, suara Fajar terdengar tenang, tetapi ada nada provokatif di dalamnya. “Aku hanya ingin memastikan Gendhis baik-baik saja.”

Raka mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi. “Dia istriku. Tentu saja dia baik-baik saja bersamaku.”

“Aku hanya ingin mengingatkanmu, Raka. Jika kamu mengecewakannya lagi, aku akan ada di sana untuknya,” kata Fajar sebelum memutuskan panggilan.

Raka menatap layar ponselnya dengan rahang mengeras. Dia tahu Fajar tidak akan menyerah begitu saja, tetapi dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Gendhis darinya. Tidak habis pikir kalau ada seorang pria yang ingin merebut istrinya.

Ketika dia kembali ke ruang tamu, Yeni menatapnya dengan alis terangkat. “Ada apa, Raka? Kamu terlihat tegang.”

“Tidak ada apa-apa, Bu,” jawabnya singkat.

Namun, Bu Yeni tahu sesuatu sedang mengganggunya. Dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh, tetapi dia berharap Raka bisa mengatasi apa pun yang sedang dia hadapi.

Setelah Bu Yeni pulang, aku duduk di ruang tamu bersama Raka. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

“Raka, ada apa?” tanyaku akhirnya.

Dia menoleh padaku, matanya menatapku dalam. “Gendhis, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun merebutmu dariku. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungi kamu.”

Aku hanya mengangguk, meskipun aku tidak sepenuhnya mengerti apa yang dia maksud. Namun, melihat kesungguhan di matanya, aku tahu bahwa dia benar-benar serius.

Di dalam hatiku, aku berharap kali ini kami benar-benar bisa memulai kembali, tanpa ada lagi keraguan atau gangguan dari siapa pun.

Raka duduk di sampingku, tangannya menggenggam tanganku erat. Suasana mulai tenang setelah pagi yang penuh dengan kejutan. Namun, keheningan itu tak berlangsung lama saat ponselnya tiba-tiba berdering.

Raka melirik layar ponsel dan menghela napas ketika melihat nama yang tertera. “Ini dari kantor. Tunggu sebentar,” katanya padaku sebelum mengangkat panggilan itu.

“Ya, Clara. Ada apa?” Nada suaranya terdengar datar, tetapi cukup tegas. Aku langsung mengingat nama itu, Clara—asisten Raka yang pernah membuatku cemburu karena sikapnya yang terlalu akrab dengan suamiku.

“Pak Raka, maaf mengganggu, tapi ada dokumen penting yang harus Bapak tandatangani segera. Klien kita meminta perubahan terakhir sebelum proyek ini dipresentasikan besok,” suara Clara terdengar di seberang, terdengar profesional tetapi tetap dengan nada lembut yang dulu membuatku merasa was-was.

Raka menoleh ke arahku sejenak, mungkin mencoba membaca reaksiku. Aku hanya pura-pura sibuk mengatur bantal di sofa, meski sebenarnya aku menyimak setiap kata. Sepertinya, Raka telah memberitahukan kepulangan kami karena wanita itu dengan lantang mengatakan agar Raka segera menandatangani berkas.

“Baiklah, saya akan ke kantor. Siapkan semua dokumen yang diperlukan. Aku datang dalam waktu satu jam,” jawabnya singkat.

Setelah menutup telepon, Raka menatapku sambil tersenyum tipis. “Aku harus ke kantor sebentar, Gendhis. Ada dokumen penting yang harus aku urus.”

Aku mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan perasaan yang sedikit terusik. “Clara, ya?” tanyaku datar, meski sebenarnya aku hanya ingin memastikan.

Raka mendekat dan menggenggam kedua tanganku. “Dengar, Gendhis. Clara hanya asisten, tidak lebih. Aku tahu dia pernah membuatmu cemburu, tapi aku sudah menegaskan batasan sejak dulu. Kamu adalah satu-satunya yang penting untukku, jadi jangan khawatir.”

Meski hatiku masih sedikit gelisah, aku memilih untuk percaya padanya. “Baiklah. Tapi, aku titip mangga ya kalau kamu pulang nanti.”

Raka tersenyum dan mengecup keningku lembut. “Mangga muda?"

Aku mengangguk dengan antusias. Masih pagi, tetapi aku sangat ingin makan mangga.

"Baiklah, nanti akan aku cari," ucap Raka membuatku tersenyum senang.

Setelah itu, dia bersiap dengan cepat dan meninggalkan rumah. Aku menatap pintu yang baru saja ditutupnya, mencoba menepis pikiran-pikiran negatif yang mulai menghampiri. Meski aku percaya pada Raka, nama Clara masih menjadi bayangan kecil yang menggangguku.

Sambil berusaha mengalihkan pikiranku, aku merapikan ruang tamu. Namun, jauh di dalam hati, aku tahu hubungan kami masih membutuhkan banyak kepercayaan dan kesabaran. Dan itu termasuk kepercayaanku terhadap Raka—dan juga keyakinan bahwa Clara tidak akan mencoba melampaui batas.

"Semoga saja keputusanku tepat dengan memberikan kesempatan untuk pernikahan kami," gumamku.

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca.... ❤️

1
Dewi @@@♥️♥️
salut juga dengan Clara,,pantang menyerah, dah dia yg salah , gak profesional, mempermalukan diri sendiri ,masih aja gak sadar dan tetap pantang mundur jadi pelakor,,🤦🏽‍♀️🤦🏽‍♀️
Rohmi Yatun
ceritanya bagus👍
Sleepyhead
Clara tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak. Orang yang mengalami gangguan Delusi sering kali akan menganggap apa yang dialami, dilihat, atau didengarnya benar-benar terjadi dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta atau tidak. Clara harus rutin berobat Clozapine atau Zyprexa, Seroquel psikokis berkelanjutan
yumna
terimakash ka author akhrinya up juga....semoga sehat selalu ka author
yumna: ya allah mudah"cpet.sembuh ka
Miss Yune: aamiin. makasih kak. kmrn aku sakit mata, jadi ga bs natap layar lama. 😭
total 2 replies
yumna
clara ulet bulu yang pantng mnyerah dy ingin mendapatkan raka apapun caranya.....kya g ada laki laki laen aja heeee ulet.....
yumna
aduin aja sana....yg ada james akn membela gendis dan raka kamu g tau siapa james
yumna
ulet pgnn d pites pake batuuuuu
Dwi ratna
haduh Clara...Clara situ mo cari mati yh, Gendhis kn temen istri CEO mu,ya gk bakal d denger ocehanmu
millie ❣
dasar perempuan gatal lbh tegas lagi lah raka biar kapok dia 😏😏
Dewi @@@♥️♥️
Clara tidak menyerah juga,,,
Sukhana Ana lestari
Udah sih depak aja Raka.. ja*lang murahan kayak gitu gk pantes kerja kantoran kok masih di pertahankan sih.. jngn sampe dia tambah nekat Raka..
Sukhana Ana lestari
Dasar gemblung...
Sukhana Ana lestari
Najong tralala gatel ya Clara..?? sini gosok pake sikat wc..
Sukhana Ana lestari
Sekretaris kok songong gitu.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Ambisinya bikin otaknya jd gk waras.. mending jd ja* lang aja sekalian..
yumna
clara ulet bulu yang g tau diri udah d tolak berkali kali masih aja ya slonong slonong aja.....kaya ga laku aja kamu clara bisa"nya godain suami orang....sadr clara d pcat baru tau rasa kamu
yumna
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣.......
yumna
nah gitu tegas raka....tlfnn ja james skrg
Sleepyhead
Uletbulu pasti tidak tinggal diam, dia semakin beringas ketika tahu dia dipindahkan Dvc nya..
Sleepyhead
🥰 sama²
Dewi @@@♥️♥️
syukurin Clara di pindah ke divisi lain jadi gak bisa menggoda Raka lagi ,,untung gak langsung di pecat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!