Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 18 - Terdiam Seribu Bahasa
Liam tidak langsung menanggapi ucapan wanita tersebut, dia hanya menatap dengan tatapan yang terlihat jadi semakin dingin.
Membunnuh? tentu saja hal itu tidak akan pernah dia lakukan, karena apa? Karena dia tidak mau membuang-buang waktu lebih lama lagi. Cathlen sudah dia latih sedemikian rupa, jadi sekarang waktunya wanita itu bertugas.
"Kenapa? bukankah jadi jallang selama ini adalah pekerjaanmu?" tanya Liam, pria itu memang bicara dengan suara yang pelan, tapi selalu saja berhasil menusuk tepat di jantung Rilly, sakit sekali. meski berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa sebutan itu untuk Cathlen dan bukan dia, tapi tetap saja, tatapan yang menatap hinna itu membuatnya sesak.
Beginilah jadi wanita, selalu dipandang sebelah mata. Selalu dianggap sebagai pelamppiasan hassrat. Tak bisakah mereka dipandang dengan penuh hormat?
Rilly tidak menjawab, dia hanya diam, dia hanya akan mengatakan satu kali saja keinginannya, dia tidak ingin menjalankan tugas itu dan lebih baik matti.
Diamnya Cathlen itu membuat Liam membuang nafasnya kasar, harusnya ini jadi titahnya, bukan sebuah kesepakatan.
"Kamu tidak ingin tidur dengannya?" tanya Liam.
Sebuah pertanyaan yang membuat Rilly mengepalkan kedua tangan.
Sementara Liam malah tersenyum miring, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Cathlen, sampai berdiri tepat di hadapan wanita itu.
"Berhenti menggunakan perasaan mu dan gunakanlah ottak," ucap Liam, suaranya begitu menekan.
"Kamu bisa menjadi simpanannya tanpa disentuh oleh pria itu, puaskan menggunakan hipnotis," terang Liam lagi. Sebuah penjelasan yang membuat tatapan tajam Rilly berlahan surut.
Dia masih diam saat Liam menjelaskan semua rencananya. Zeon memiliki banyak wanita simpanan, tapi tak ada satupun yang berhasil di bawa masuk ke dalam markas. Cathlen harus bisa merayu pria itu, benar-benar jadi wanita kesayangannya hingga jadi orang kepercayaan.
Gunakan kecantikan, kelembutan, kepolosan, ketulusan dan yang terakhir kelicikan.
Selama bertugas Liam pun tak akan lepas tangan, mereka tetap bisa saling terhubung.
Liam bahkan menunjukkan sebuah parfum hipnotis, aromanya bisa membuat seorang pria terpuaskan meski tanpa adanya hubungan badan. Parfum yang Liam ciptakan sendiri hingga ada satu-satunya di dunia, hanya dia yang memiliki formula itu.
"Sebenarnya ini bukan kesepakatan, ini adalah perintah. Paham kan maksudku?" tanya Liam lagi, dia mengikis jarak hingga diposisinya sangat dekat dengan Cathlen.
Namun Rilly pun dengan segera mundur dan kembali menciptakan jarak.
"Tidak, jangan mundur. Tunjukkan padaku keahlian mu saat jadi wanita penggodda," ucap Liam pula.
Dan Rilly hanya mampu membuang nafasnya dengan kasar mendengar kalimat itu.
Dia menunduk sesaat untuk mengendalikan diri, lalu kembali menatap Liam seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Rilly tersenyum dan maju satu langkah, sampai tepat di hadapan Liam, mungkin jaraknya hanya 1 jengkal.
"Maaf, aku lupa jika kamu telah membeli hidupku, harusnya sejak awal aku tidak boleh menolak perintah mu kan," ucap Rilly, begitu manis ucapannya.
"Kamu sedang menggoda ku?" tanya Liam.
"Bukannya aku harus jadi wanita penggodda?" balas Rilly pula.
Hingga membuat Liam terdiam seribu bahasa, diantara sepinya ruangan itu, mereka berdua saling pandang dengan tatapan yang begitu intens.
Liam mengakui bahwa Cathlen begitu cantik.
Tapi bagi Rilly, bukan ketampanan Liam yang terlihat. Wanita itu justru mengumpat diantara bibirnya yang tersenyum kecil.
Dasar badjingan, pria jahat, pria kejam, dajjaalll! geram Rilly. Tapi tentu saja hanya mampu dia ucapkan di dalam hati.