Sinopsis
Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.
Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.
Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 INGIN MENGAKHIRI PERMAINAN
Aku menelan ludah ini. Aku tidak menyangka mbak Dina bisa begitu cepat mengetahui apa yang sedang terjadi. Meskipun aku berusaha terlihat tenang, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Mbak. Aku hanya mencoba berbuat baik kepada keluargaku, dan itu tidak ada hubungannya denganmu.”
Mbak Dina tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai senyum penuh ancaman daripada kebahagiaan.
“Oh, jangan bodoh, Caca. Aku sudah mendengar cukup banyak. Aku tahu kau sedang berusaha mendekati Mas Bayu supaya kakakmu bisa dekat dengan temanmu, kan, mencoba menggoda suamiku. Tapi ingat, ada batasan. Aku akan selalu melindungi apa yang menjadi hakku.”
Aku berusaha untuk tidak terpancing, namun rasa takut semakin menggerogoti dirinya.
C“Aku tidak berbuat apa-apa. Mas Bayu dan Laras hanya berteman. Jangan buat masalah yang tidak ada.”
Mbak Dina mendekat, kini hanya beberapa inci dari wajahku, dan suaranya berubah menjadi lebih dalam, lebih mengancam.
“Kau benar-benar ingin mencoba keberuntunganmu, Caca? Kau tahu kan, apa yang bisa terjadi jika aku berbicara kepada orang-orang tentang masa lalumu? Tentang apa yang telah kau lakukan?”
Aku merasa tubuhku kaku, seolah seluruh kekuatannya hilang dalam sekejap. Mbak Dina sudah tahu lebih banyak daripada yang aku pikirkan.
“Kamu tidak bisa...” suaraku mulai pecah, seakan terjebak antara ketakutan dan kemarahan
Mbak Dina memotong perkataanku dengan suara tajam.
“Jangan beri aku alasan untuk merusak hidupmu, Caca. Kau pikir aku tidak tahu tentang segala hal yang kau sembunyikan? Aku bisa membuat semua orang tahu apa yang kau coba tutupi. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu jika aku mulai berbicara.”
Aku merasakan keringat dingin di dahiku, seolah dunia tiba-tiba terasa sangat sempit. Mbak Dina benar-benar menggenggam kendali, dan aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
“Apa yang kamu inginkan? Aku sudah berhenti, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi.”
Mbak Dina mengangkat alis, senyum sinis mengembang di bibirnya.
"Begitu mudah kau menyerah, Caca? Kau harus tahu, ini belum berakhir. Kau masih bisa mengubah segalanya, tapi jangan coba-coba mengganggu keluarga kami lagi. Jika kau melakukannya, aku akan membuat semuanya menjadi sangat buruk untukmu.”
Aku merasa terpojok, terjebak dalam situasi yang semakin sulit. Setiap kata mbak Dina seperti mengikatnya lebih erat.
"Aku tidak ingin masalah. Aku hanya ingin hidup dengan tenang.”
Mbak Dina menatapku untuk beberapa detik, senyumnya semakin lebar, namun ada ketajaman dalam tatapan itu.
“Tenang? Kau tidak akan pernah bisa tenang, Caca. Tidak selama aku ada di sini. Ingat itu.”
Dengan satu tatapan terakhir yang penuh ancaman, mbak Dina berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, meninggalkanku dengan ketegangan yang menyesakkan. Aku masih terdiam, mencoba menyatukan pikirannya yang berantakan. Dalam hatiku, aku tahu, mbak Dina bukan lawan yang bisa dianggap remeh.
Sebelum terlambat, aku akan menghentikan semuanya, aku akan menjauhkan kakakku dengan Laras. Mereka tidak boleh ada hubungan lagi, sudah cukup permainan ini. Aku taku...
Ketika aku mencoba mengakhirinya. Aku merasa semakin tertekan saat melihat Mas Bayu, kakakku yang seharusnya bisa aku kendalikan, malah semakin terjerat dalam pesona Laras.
Meskipun aku sudah menyuruh Laras untuk mundur sejenak, tampaknya Laras malah semakin membuat kakakku terpesona. Aku tahu aku harus berhati-hati dengan langkah berikutnya, karena jika ini terus berlanjut, semua rencanaku bisa berbalik menimpa diriku.
Hari itu, aku mendapat kabar yang membuat darahku mendidih. Mas Bayu mengajak Laras pergi ke hotel. Aku bisa merasakan kekalahan yang sangat pahit, meskipun sebelumnya aku sempat berpikir aku bisa mengendalikan situasi ini. Tapi ternyata, tidak ada yang bisa kuatur seperti yang aku inginkan.
Aku memutar otak, berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Aku harus segera melakukan sesuatu agar Mas Bayu tidak semakin terjerumus dalam hubungan terlarang ini. Jika aku membiarkan semuanya terus berlanjut, tak hanya keluarga akan hancur, tapi aku juga akan kehilangan segalanya.
Dengan perasaan kesal dan cemas, aku menelpon Laras. Suara Laras terdengar ceria di seberang, tapi aku tidak bisa menahan kemarahan yang menggelegak.
"Laras, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan kan?" tanyaku dengan suara tajam. "Aku sudah bilang untuk menjauh dulu dari Mas Bayu! Apa kamu tidak bisa mengerti?"
Laras terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara yang terdengar tenang. "Caca, aku hanya mengikuti apa yang kamu inginkan. Tapi aku juga bukan boneka yang bisa kau atur sesukamu. Mas Bayu memang tertarik padaku, dan aku juga tertarik padanya."
Aku merasakan amarah yang memuncak. "Jangan berpikir kamu bisa main-main dengan keluargaku, Laras! Jika kamu terus begini, kamu akan menyesal!"
Namun, aku tahu, kata-kata ancaman ini mungkin tak cukup lagi untuk menghentikannya. Laras sudah terlalu jauh terlibat dengan Mas Bayu, dan itu berarti aku harus bertindak lebih ekstrem jika ingin menghentikan hubungan yang semakin mendalam ini.
Aku memutuskan untuk mendatangi Mas Bayu dan memberinya peringatan langsung. Tidak ada lagi kata-kata manis atau tipu daya. Ini adalah pertarungan terakhirku. Aku harus menghadapinya secara langsung dan menghentikan semuanya sebelum terlambat.
Mas Bayu membuka pintu rumahnya saat aku mengetuk dengan tergesa-gesa. Wajahnya terlihat bingung, dan aku bisa merasakan bahwa dia tidak tahu apa yang akan datang.
"Mas Bayu," kataku dengan suara keras, "Kamu benar-benar ingin hancurkan keluargamu? Jangan biarkan dirimu terbawa arus! Ini bukan hanya tentang kamu dan Laras, ini tentang kami semua. Kamu harus berhenti sekarang!"
Mas Bayu terdiam, tak tahu harus berkata apa. Aku bisa melihat kebingungan di matanya, tetapi aku tahu dia juga sudah terjebak dalam perasaan yang semakin sulit untuk dikendalikan.
"Jangan dengarkan Laras, Mas. Dia hanya ingin memanfaatkanmu. Kamu tahu itu kan?" Aku menatapnya penuh emosi, berharap kata-kataku bisa menyentuh hati kakakku.
Namun, yang keluar dari mulut Mas Bayu justru kalimat yang membuatku terkejut. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Caca. Aku sudah terlalu lama terjebak dalam pernikahan yang membosankan dengan Dina. Laras memberikan aku perasaan yang sudah lama aku cari."
Aku merasa seperti dipukul telak. Rencanaku hampir hancur hanya karena kebingungannya. Tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku harus membuatnya sadar, sebelum semuanya benar-benar terlambat.
Aku merasa seperti dunia ini runtuh seketika. Semua rencanaku yang sudah kususun dengan hati-hati, dengan penuh kalkulasi, sekarang malah berbalik melawan diriku. Laras, yang seharusnya aku kendalikan, malah semakin dekat dengan Mas Bayu. Setiap langkah yang kuambil, semakin terasa seperti sebuah kesalahan besar. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
...****************...
Saat aku tiba di rumah Mas Bayu, suasana sangat tegang. Aku bisa merasakan bahwa perasaan antara mereka sudah semakin kuat. Mas Bayu membuka pintu, dan tatapan kami langsung bertemu. Ada sesuatu yang berbeda di matanya, seolah-olah dia sudah semakin terjebak dalam perasaan yang tak bisa dia kendalikan.
"Caca, kenapa kamu datang?" Mas Bayu bertanya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya, tapi aku bisa melihat kebingungannya. Namun, dalam hati, aku tahu dia sudah mulai tergoda oleh Laras.
Aku menatapnya tajam, berusaha menahan amarah yang hampir tak tertahankan. "Kamu benar-benar bodoh, Mas Bayu! Kamu pikir ini semua hanya permainan? Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi di belakangku?"
Mas Bayu terdiam. Wajahnya cemas, tapi sepertinya dia masih belum bisa keluar dari keterikatannya dengan Laras. "Aku tidak tahu harus berkata apa, Caca," jawabnya, suara penuh penyesalan. "Aku… aku merasa terjebak dalam rumah tangga ini. Laras membuat aku merasa hidup lagi."
Aku hampir tidak bisa mendengarnya. "Jadi ini semua karena perasaanmu yang terpendam? Kamu tidak peduli lagi dengan apa yang aku lakukan untukmu? Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keluargaku, dan kamu malah memilih untuk mengejar wanita lain!"
I
tambah dongkol aja Ama mereka.
bantu ngga.
mudah2an mereka bertiga dpt balesanya
blm sadar jga y,ngga minta maaf Ama Dina.
tuh mantan suami Dina kpn dapet karmanya.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya