NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kayla

Setelah kejadian di pantai, hidup Arga yang selama ini terasa hampa mulai berubah. Kehadirannya di pantai bersama Kayla meninggalkan kesan mendalam yang tak bisa diabaikan. Dia tak pernah menyangka seorang wanita sederhana, ceroboh, namun penuh keceriaan seperti Kayla mampu membuatnya merasa nyaman.

Setiap kali mengingat tingkah laku Kayla yang kocak dan spontan, Arga tak bisa menahan senyum. Wanita itu seperti angin segar yang menyapu kegelisahan dalam hatinya. Biasanya, kehidupannya diwarnai kesibukan kerja, perasaan kesepian, dan bayangan masa lalu yang sulit dihapus. Namun kini, hari-harinya terasa lebih berwarna.

Kayla, dengan segala keterbatasannya, memiliki pesona yang berbeda. Cara dia berbicara, tertawa, bahkan cerobohnya, semua itu membuat Arga merasa hidup kembali. Meski mereka belum mengenal terlalu dekat, Arga mulai merasakan bahwa kehadiran Kayla membawa kebahagiaan kecil yang telah lama ia rindukan.

Dia mulai sering datang ke kafe milik Mentari, tempat Kayla bekerja. Meski alasannya terlihat sepele, seperti "ingin menikmati kopi" atau "mencoba menu baru," sebenarnya ada keinginan lain di hatinya bertemu Kayla. Melihat senyum cerah wanita itu, mendengar suara tawanya, atau sekadar menyaksikan tingkah cerobohnya yang tak pernah gagal menghibur.

Kayla, di sisi lain, tak menyadari bahwa Arga mulai merasa nyaman dengan kehadirannya. Dia menganggap Arga hanya pelanggan biasa yang kebetulan ramah. Tapi Kayla mulai bertanya-tanya, kenapa pria dingin itu sering datang belakangan ini? Apakah hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih?

Arga sadar, perasaannya terhadap Kayla semakin berkembang. Namun, di dalam hatinya, dia masih bertarung dengan kenyataan bahwa Kayla adalah pegawai kafe milik Mentari wanita yang masih menyimpan namanya di hati, meski sudah memiliki keluarga.

Bagi Arga, Kayla adalah kebahagiaan baru yang membuatnya ingin melangkah ke depan, tapi dia tahu bahwa perasaannya mungkin akan membawa komplikasi baru dalam hidupnya.

Mentari tidak bisa menyembunyikan rasa sakit yang menggelayuti hatinya setiap kali melihat Arga di kafe. Namun, yang lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa kehadiran Arga bukan untuknya, melainkan untuk Kayla, pelayannya sendiri. Dia menatap dari kejauhan, menyaksikan obrolan ringan antara Arga dan Kayla. Senyum di wajah Arga begitu berbeda, lebih tulus, dan penuh ketenangan—sesuatu yang dulu sering dia lihat saat mereka masih bersama.

Hatinya terasa perih. Dia tidak mengerti kenapa rasa itu masih ada, meski dia sudah memiliki suami dan anak. Namun, melihat Arga berbicara dengan wanita lain seolah mencabik sisa-sisa perasaan yang selama ini berusaha dia kubur dalam-dalam. Dia tahu seharusnya dia bahagia dengan Wijaya dan anak mereka, tetapi kehadiran Arga selalu berhasil mengguncang hatinya.

Sementara itu, Arga mulai melepaskan dirinya dari bayangan Mentari. Dia tahu, terus memikirkan wanita yang sudah memiliki keluarga hanya akan membuatnya semakin terpuruk. Arga ingin percaya bahwa mentari akan bahagia bersama Wijaya, pria pilihan hidupnya, apalagi mereka telah dikaruniai seorang anak.

Namun, Arga sadar bahwa perasaan tulusnya kepada Mentari dulu tak sepenuhnya hilang. Sebagian kecil dari dirinya tetap berharap Mentari tahu bahwa dia rela melepaskannya demi kebahagiaan. Melihatnya bersama Kayla di kafe bukanlah rencana, tapi perlahan Kayla menjadi titik terang dalam kehidupannya yang kelam.

Di sudut kafe, Mentari hanya bisa menatap nanar ke arah Arga. Hatinya penuh dengan kekacauan. "Apakah dia sudah benar-benar melupakan aku?" gumamnya dalam hati. Namun, dia juga tahu bahwa pertanyaan itu tak seharusnya ada. Dia sudah memiliki kehidupan yang seharusnya menjadi kebahagiaan sempurna, tetapi bayangan Arga selalu menghantui langkahnya.

Kini, semuanya menjadi lebih rumit. Mentari merasakan kecemburuan yang tak seharusnya ada. Arga, di sisi lain, hanya berharap Mentari akan bahagia dengan pria yang dia pilih. Kayla, tanpa menyadari semua ini, tetap menjadi dirinya yang ceria dan sederhana, tanpa tahu bahwa kehadirannya telah mengguncang perasaan dua orang sekaligus.

Wijaya kini benar-benar memahami akar dari perubahan sikap Mentari. Awalnya, dia tidak percaya pada perkataan Alya yang menuduh istrinya bertemu dengan pria lain secara diam-diam. Namun, setelah menyelidiki sendiri dengan hati-hati, Wijaya akhirnya menemukan kebenaran yang pahit. Bukan pertemuan fisik yang menjadi masalah, tetapi kenyataan bahwa hati Mentari masih dipenuhi bayangan masa lalunya bersama Arga.

Arga, pria yang lima tahun menghilang tanpa jejak, kini muncul kembali di kehidupan mereka. Wijaya merasa terluka. Dia telah memberikan segalanya untuk Mentari cinta, kehidupan yang nyaman, bahkan kesetiaan. Namun, yang dia dapatkan hanyalah seorang istri yang terlihat murung, seolah kehadiran dirinya dan anak mereka tidak cukup untuk memenuhi hati Mentari.

Kecewa dan marah, Wijaya menyadari bahwa Arga tidak lagi datang ke kafe untuk Mentari. Pria itu tampaknya telah move on dan menemukan kenyamanan dalam sosok Kayla. Namun, kenyataan bahwa Mentari masih merasakan sesuatu terhadap Arga membuat Wijaya merasa dikhianati secara emosional.

"Kenapa kau begitu egois, Mentari?" gumam Wijaya dalam hati saat mengingat wajah istrinya yang sering melamun dan tersenyum getir setiap kali dia melihat Arga di kafe. "Kau sudah memiliki segalanya, tetapi hatimu masih menginginkan sesuatu yang tidak pernah menjadi milikmu sepenuhnya."

Wijaya tahu bahwa dia harus menghadapi Mentari. Dia tidak bisa terus diam sementara perasaan ini menggerogoti pernikahan mereka. Namun, jauh di dalam hati, Wijaya merasa takut. Takut bahwa kebenaran akan menghancurkan semuanya keluarga yang telah mereka bangun, cinta yang pernah mereka janjikan, dan masa depan anak mereka yang tak berdosa.

Malam itu, saat mereka berdua duduk di ruang tamu, Wijaya akhirnya berbicara. "Mentari, apa kau masih mencintai Arga?" tanyanya dengan suara tenang namun penuh tekanan. Pertanyaan itu seperti petir di tengah malam bagi Mentari. Dia tergagap, tidak tahu harus berkata apa. Namun, tatapan Wijaya yang penuh kekecewaan membuat Mentari tahu bahwa dia tidak bisa lagi mengelak dari kenyataan.

Mentari terdiam. Kata-kata Wijaya seperti pisau tajam yang menusuk hatinya. Dia tahu suaminya kecewa, dan dia tidak bisa menyalahkannya. Namun, dia juga tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya.

"Aku... Aku tidak mengharapkan Arga lagi," ucap Mentari lirih, mencoba mempertahankan pernikahannya. "Aku ingin kita tetap bersama, Wijaya. Aku ingin keluarga kita utuh."

Namun, Wijaya hanya menggeleng pelan. Tatapannya tajam, penuh rasa kecewa yang sulit disembunyikan. "Jangan munafik, Mentari," balasnya dingin. "Kau bisa mengatakan apa saja, tapi aku tahu apa yang ada di hatimu. Aku melihat cara kau memandangnya setiap kali dia di kafe. Kau tidak bisa membohongiku."

Mentari merasakan dadanya sesak. Air matanya mulai menggenang, tapi dia menahan diri untuk tidak menangis. "Aku memang pernah mencintai Arga," katanya, suaranya bergetar. "Tapi itu dulu, sebelum aku mengenalmu, sebelum aku memiliki anak kita. Aku tidak ingin hidup di masa lalu lagi. Aku ingin menatap ke depan, bersama kamu, Wijaya."

Namun, jawaban itu tidak cukup bagi Wijaya. "Kalau memang begitu, kenapa kau selalu murung setiap melihatnya? Kenapa kau cemburu saat dia dekat dengan wanita lain? Aku tahu kau mencoba menutupi perasaanmu, tapi itu hanya membuat semuanya semakin jelas," tuduhnya.

Mentari terisak, akhirnya menyerah pada emosi yang sejak tadi dia tahan. "Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini," katanya dengan suara putus asa. "Mungkin aku butuh waktu. Aku tidak ingin kehilangan kamu atau keluarga kita."

Wijaya menghela napas panjang. Dia mencintai Mentari, tapi luka di hatinya terlalu dalam untuk diabaikan begitu saja. "Waktu saja tidak cukup, Mentari," katanya tegas. "Aku butuh kejujuran. Kalau kau benar-benar ingin mempertahankan pernikahan ini, buktikan. Jangan biarkan bayangan masa lalu menghancurkan apa yang sudah kita bangun."

Malam itu berlalu dalam keheningan. Keduanya merasa terjebak dalam dilema yang tidak mudah dipecahkan. Sementara itu, di hati kecilnya, Mentari tahu bahwa dia harus membuat pilihan tegas melepaskan bayangan Arga sepenuhnya atau kehilangan Wijaya selamanya.

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!