NovelToon NovelToon
My Suspicious Neighbour

My Suspicious Neighbour

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Mata-mata/Agen / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Difar

Mbak Bian itu cantik.

Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.

Ah, mbak Bian benar-benar cantik.

Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata

"Menikahlah denganku Cha!"

Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.

Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Pertanyaan Cancan

Aku menghernyitkan alis sembari memandang secara bergantian antara Cancan dan kulit ayam yang sudah memanggil-manggil untuk kulahap. Sedangkan Cancan sudah menghabiskan porsi ayamnya selagi aku kebingungan dengan pertanyaan dadakan yang dia lontarkan.

 

"Iya, aneh tau! Maaf cakap ya-"

Cancan mencondongkan tubuhnya ke arahku, setengah berbisik dia berkata,

"Kayaknya Mbak Bian itu suka sama lo deh.”

 

Kulit ayam yang saat ini hampir masuk ke dalam mulutku seketika kembali jatuh ke wadahnya. Aku menatap Cancan dengan ekspresi kaget.

"Oh? Suka sebagai adek kandung sih emang iya."

Jawabku setelah melogikakan maksud Cancan. Hampir saja aku jantungan karena sempat salah paham dengan pertanyaannya. Aku lalu meraih kembali kulit ayamku.

 

"Bukannnn.. Suka.. dalam artian cinta gitu."

Bantahnya.

 

Lagi-lagi kulit ayam merosot dari tanganku. Mataku membelalak, menatap Cancan yang dengan ekspresi serius dan masih melihatku lekat-lekat, meraih potongan ayam lain.

"Heleh, kebiasaan ya lo Can. Yang iya lo sengaja ngomong gini kan? Biar lo makan ayam jadi 3, gue cuma kebagian remahan doang gara-gara fokus mikiri pertanyaan abstrak lo!"

Gerutuku kesal saat memikirkan kemungkinan Cancan yang sedang menjahiliku.

 

Cancan langsung menggeleng dengan ekspresi tak terima sekaligus terpukul, seolah aku baru saja memfitnah dia. Tapi apa gunanya? Dengan ayam kedua yang tinggal tulang di tangannya, bagaimana mungkin dia mengelak tuduhanku?.

 

"Astaga, se-enggak ada akhlaknya gue, nggak mungkin lah gue embat semua ayam ini-“

Dia lalu memasang ekspresi nyengir kuda

"Kecuali elo ijinin."

Ucapnya berpura-pura polos, membuatku mengerlingkan bola mata sebal.

 

"Tapi gue serius Cha, lo nggak ngerasa kejanggalan mbak Bian gitu?"

 

Aku menggelengkan kepala, kali ini fokus memakan ayam dan tak terlalu memikirkan ucapan Cancan.

"Nggak tuh."

 

Cancan membelalakkan matanya lebar-lebar. Saking lebarnya sampai aku takut bola mata Cancan lepas.

"What? Lo nggak sadar? Eh buset dah!”

Teriaknya histeris.

Dia lalu mencengkram bahuku dengan tangannya yang masih dipenuhi minyak dan sambal ayam.

"Mulai dari merhatii pola makan lo, ngantar jemput lo. Bahkan mbak Bian pernah kan nyusulin lo ke kampus malam-malam cuma buat ngantarin selimut tebal karena takut lo kedinginan? Kakak kandung gue aja nggak pernah gitu lho!"

"Hey manusia geblek hingga tingkat RNA, sadarlah!"

Ucap Cancan sambil mengguncang-guncang tubuhku.

 

Aku langsung menyingkirkan tangan Cancan, dengan sebal memandang pakaianku yang terkena imbas noda sambal dan minyak ayam.

"Apaan sih! Mbak Bian kayak gitu karena nganggap aku adeknya. Wajarkan kalau kakak seperhatian itu sama adek?"

Tanyaku tak kalah histeris dengan Cancan. Aku benar-benar tak terima karena dia mencurigai mbak Bian kesayanganku.

 

Cancan lagi-lagi tak mau kalah, dia mulai menunjuk-nunjukku dengan sisa tulang ayam yang sudah gundul.

"Masalahnya modus mba Bian itu kayak modus kakak adeknya cowok ke cewek. Sadar dong lo pocong mumun!”

 

"Lagian mbak Bian itu cewek, masak lo curiga juga, keong spongebob!"

 

"Justru dia cewek makanya gue curiga, kantong doraemon!”

 

Aku dan Cancan ngos-ngosan setelah berteriak satu sama lain. Kami sama-sama mengatur nafas, mencegah melibatkan emosi dalam pembicaraan kami.

"Ya gak usah ngegas sih."

Protesku.

Cancan membelalakkan matanya lagi

"Lah, elu yang mancing gue ngegas, Jaenab! Gue cuma nyampei teori aja, kegoblokan lo yang mancing gue buat ngegas!”

 

Aku hanya mendengus, mempersilahkan Cancan melanjutkan teorinya atau lebih tepat tuduhannya. Cancan bilang sebenarnya Tia dan Siska juga curiga kepada mbak Bian, terutama karena perhatian berlebihan yang selalu mbak Bian berikan padaku, padahal baru beberapa bulan kami saling mengenal. Mereka bilang sedikit tak masuk akal jika sesama wanita bertindak seperhatian dan selembut itu. Bahkan kakak kandung Cancan saja tak bertindak seperti yang mbak Bian lakukan.

 

Cancan terlihat terdiam sebentar, terlihat ragu ingin melanjutkan kalimatnya. Alisku menghernyit saat melihat keraguan dalam dirinya.

"Ngomong aja, Can!"

Desakku penasaran.

 

Cancan melirik ke kiri dan kanan sebentar, mencoba memastikan tak ada siapapun yang mendengar pembicaraan kami, sebelum akhirnya mencondongkan tubuhnya semakin dekat dan berbisik sepelan mungkin di telingaku.

"Gue sama Siska pernah ngeliat mbak Bian nyium pipi lo pas dia dateng ke lab minggu lalu!"

 

Aku membelalakkan mataku yang mulai berair akibat tersedak saus begitu mendengar ucapan Cancan. Memang minggu lalu aku meminta mbak Bian untuk menemaniku di kampus sebentar sebelum Cancan dan Siska datang. Karena kebetulan mbak Bian mengantarku, sekalian saja aku tahan dia sebentar, begitulah pemikiranku. Mbak Bian langsung menyetujui permintaanku dan menemaniku menunggu Cancan dan Siska yang berjanji akan sampai ke kampus satu setengah jam lagi.

 

Karena malam sebelumnya aku begadang mengerjakan bagan penelitian sekaligus memperbaiki skripsiku, tak butuh waktu lama, disela-sela mengobrol dengan mbak Bian aku tak sengaja tertidur. Tentu saja aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu. Aku terbangun saat tepukan berkekuatan layaknya Thanos milik Cancan mendarat di bahuku. Mbak Bian saja sampai memandang Cancan dengan tatapan dingin karena tak suka dengan apa yang Cancan lakukan.

 

Setelah kedua temanku datang, aku lalu menyuruh mbak Bian untuk pulang, berjanji akan segera menyusulnya ke cafe begitu kegiatanku di kampus selesai. Bahkan sebelum benar-benar meninggalkanku, mbak Bian masih memberikan tatapan tajam ke arah Cancan, yang kata Cancan membuatnya langsung merinding disko.

"Bohong lo!"

Cancan mengangkat tangannya, membentuk tanda v seolah dia sedang bersumpah.

"Demi tuhan! Disambar jodoh dah gua kalo bohong. Lo bisa tanya Siska kalau nggak percaya!"

Ucapnya berusaha meyakinkanku.

 

Aku menggelengkan kepala, masih tak percaya dengan apa yang Cancan katakan. Otakku masih dipenuhi dengan skenario-skenario positif. Mungkin saja mbak Bian memang tipe orang yang suka skinship. Jadi ketika kondisi tertentu, seperti saat sedang gemas misalnya, dia bisa dengan santai mencium siapapun. Ah iya, aku yakin itulah alasannya!

Aku menyampaikan pemikiran positifku kepada Cancan yang langsung ditanggapi dengan tatapan tak percaya darinya.

Dia lalu menghela nafas sambil menggelengkan kepala prihatin.

"Ya tuhan, salah apa deh aku sampai punya teman segoblok ini."

Gumamnya frustasi.

 

Cancan terlihat bersiap untuk memberikan penjelasan yang lebih meyakinkan, hanya saja sebuah deheman yang berasal dari pintu depan laboratorium membuat dia terdiam dan menelan ludah. Aku mengikuti arah pandangan Cancan dan melihat mbak Bian yang sudah berdiri di depan pintu dengan senyuman khasnya

"Udah selesai?"

Tanya mbak Bian dengan suara sedikit keras.

 

Aku dan Cancan memang makan di meja depan, yaitu dibagian luar ruang penelitian yang digunakan untuk tempat istirahat dan terletak tak jauh dari pintu masuk laboratorium. Mbak Bian sepertinya tak berniat untuk masuk ke dalam lab, tangannya terlipat di depan dada dengan mata memandangiku lekat-lekat. Eh, lebih tepatnya memandang Cancan lekat-lekat. Sementara Cancan hanya membuang pandangannya ke sembarang arah bak orang gugup, walaupun ujung-ujungnya Cancan tetap mengulurkan tangan untuk meraih potongan ayam yang ketiga.

 

"Belum."

Jawabku kepada mbak Bian.

Aku memiringkan kepala, memandang bingung ke arah mbak Bian. Seingatku mbak Bian biasanya akan menjemput jika sudah kuhubungi terlebih dahulu karena memang jadwal pulangku sedikit tak menentu semenjak penelitian di mulai. Kapan pekerjaan bisa dijeda, barulah aku pulang dan melanjutkan keesokan harinya.

"Kok mbak Bian ada disini?"

Tanyaku bingung.

Mbak Bian tersenyum, melepaskan ekspresi galak di wajahnya yang entah kenapa membuatku merasa sedikit lega.

"Mau ngajak lo makan gelato. Kan semalam katanya pengen."

Jawabnya lembut.

 

Aku teringat lagi dengan omongan asal-asalanku semalam saat di cafe. Dalam hati aku bersorak karena mbak Bian yang sangat pengertian.

"Bentar ya mbak, tinggal beres-beres ruangan kok"

Baru saja aku aku ingin beranjak, Cancan langsung mencengkram tanganku dan tersenyum aneh

"Udah, biar gue aja. Lo pergi aja sama mbak Bian sana!"

Ucapnya buru-buru sambil berjalan meninggalkanku dan masuk ke dalam. Tak lama Cancan keluar dengan membawa tasku yang sebelumnya kusimpan di dalam ruang penelitian.

"Udah sana, cepat cuci tangan!"

Cancan mengibas-ibaskan tangannya, sesekali matanya terlihat melirik mbak Bian sebelum akhirnya dia menundukkan kepala lagi.

 

Aku hanya menuruti perintah Cancan yang terlihat aneh dan entah kenapa terkesan sedikit ketakutan. Hanya saja aku menyadari alasan Cancan segera mengusirku keluar, apalagi kalau bukan karena ayam yang masih tersisa satu potong lagi? Dasar, kawan nggak ada akhlak!

1
3d
iringan musik, thor🙏
emi_sunflower_skr
Kekuatan kata yang memukau, gratz author atas cerita hebat ini!
☯THAILY YANIRETH✿
Karakternya begitu kompleks, aku beneran merasa dekat sama tokoh-tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!