Di puncak Gunung Kunlun yang sakral, tersimpan rahasia kuno yang telah terlupakan selama ribuan tahun. Seorang pemuda bernama Wei Xialong (魏霞龙), seorang mahasiswa biasa dari dunia modern, secara misterius terlempar ke tubuh seorang pangeran muda yang dikutuk di Kekaisaran Tianchao. Pangeran ini, yang dulunya dipandang rendah karena tidak memiliki kemampuan mengendalikan Qi surgawi, menyimpan sebuah rahasia besar: dalam tubuhnya mengalir darah para Dewa Pedang Kuno yang telah punah.
Melalui sebuah pertemuan takdir dengan sebilah pedang kuno bernama "天剑" (Tian Jian - Pedang Surgawi), Wei Xialong menemukan bahwa kutukan yang dianggap sebagai kelemahannya justru adalah pemberian terakhir dari para Dewa Pedang. Dengan kebangkitan kekuatannya, Wei Xialong memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalunya, melindungi kekaisarannya dari ancaman iblis kuno, dan mencari jawaban atas pertanyaan terbesarnya: mengapa ia dipilih untuk mewarisi teknik pedang legendaris ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Mulia Cermin Takdir 尊贵的命运之镜
Sosok itu melayang dengan anggun di udara, seolah gravitasi hanyalah konsep yang bisa ia abaikan sesuka hati. Tubuhnya diselimuti kabut keemasan yang berpendar, menciptakan ilusi seolah ia adalah gabungan dari ribuan bintang yang memadat menjadi satu bentuk. Yang paling mengejutkan adalah wajahnya—atau lebih tepatnya, ketiadaan wajah itu sendiri. Di tempat di mana seharusnya ada fitur wajah, hanya ada cermin yang memantulkan wajah setiap orang yang menatapnya.
"Ah," sosok itu berkata, suaranya terdengar seperti paduan dari ribuan suara yang berbicara bersamaan. "Akhirnya... seseorang berhasil mencapai titik ini."
Sang Peramal, masih berlutut, gemetar hebat. "Yang Mulia Cermin Takdir... bagaimana mungkin?"
"Cermin Takdir?" Tianfeng berbisik, pedangnya terasa berat di tangannya. "Bukankah itu hanya legenda?"
"Bukan legenda," Yingmu menjawab, suara-suara dalam dirinya kini berbisik dalam ketakutan. "Tapi sesuatu yang bahkan para dewa coba lupakan."
Wei Xialong, masih dalam bentuk transparannya, menatap sosok itu dengan campuran pemahaman dan kesedihan. Ribuan jiwa dalam dirinya beresonansi dengan kehadiran makhluk ini—seolah mereka telah menunggunya sejak lama.
"Kau tahu siapa aku," Cermin Takdir berkata kepada Xialong, bukan sebuah pertanyaan.
"Ya," Xialong menjawab tenang. "Kau adalah yang pertama... yang pertama mencoba melampaui batasan."
Tawa Cermin Takdir bergema, membuat realitas di sekitar mereka bergetar. "Pintarnya... pintarnya... Tidak heran kau bisa sampai sejauh ini."
"PERINGATAN," Para Penghapus yang telah berubah berbicara serempak. "ANOMALI LEVEL OMEGA TERDETEKSI."
"Diam," Cermin Takdir mengayunkan tangannya dengan santai, dan Para Penghapus langsung membeku di tempat. "Kalian sudah cukup mengacaukan rencanaku selama ini."
Pencipta Kultivasi melangkah maju, tubuhnya diselimuti energi defensif. "Rencana apa? Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini?"
"Ah, para Pencipta yang naif," Cermin Takdir menggeleng. "Kalian pikir kalian menciptakan sistem kultivasi? Kalian hanya menemukan serpihan-serpihannya... serpihan dari sistem yang jauh lebih besar dan lebih tua."
Ia berpaling ke arah Wei Xialong. "Tapi kau... kau berbeda. Kau tidak hanya menemukan serpihan-serpihan itu. Kau mulai memahami gambar besarnya."
"Gambar besar apa?" Tetua Liu bertanya, tato-tato di tubuhnya kini bergerak lebih liar dari sebelumnya.
"Bahwa realitas ini," Xialong menjawab pelan, "bukanlah yang pertama."
Kata-kata itu membuat semua yang hadir terdiam. Bahkan suara-suara dalam diri Yingmu mendadak sunyi.
"Tepat sekali," Cermin Takdir mengangguk. "Dan sistem kultivasi... adalah sisa-sisa dari usaha realitas sebelumnya untuk bertahan hidup."
Mendadak, dari tubuh Cermin Takdir, proyeksi-proyeksi mulai bermunculan—menampilkan adegan-adegan yang membuat semua yang melihatnya merasa pusing:
Sebuah realitas yang hancur... Para kultivator pertama yang mencoba menyelamatkan apa yang tersisa... Perpecahan dimensi yang menciptakan realitas baru... Dan di tengah semua itu, sosok Cermin Takdir, mengawasi dalam diam.
"Tapi kenapa?" Tianfeng bertanya, mencoba memahami. "Kenapa menciptakan sistem yang membatasi?"
"Karena ketakutan," Xialong menjawab, pemahaman mulai membanjiri dirinya. "Ketakutan bahwa jika terlalu banyak yang memahami kebenaran ini... realitas akan hancur sekali lagi."
"Pintar... sangat pintar," Cermin Takdir bertepuk tangan. "Tapi ada satu hal yang belum kau pahami sepenuhnya."
Ia mengulurkan tangannya ke arah Xialong. "Kemarilah, anak muda. Biar kutunjukkan padamu... kebenaran yang sebenarnya."
Namun, sebelum Xialong bisa bergerak, Tianfeng melompat ke depan. "Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu membahayakan adikku!"
"Kakak," Xialong mencoba menenangkan. "Ini bukan—"
Kata-katanya terpotong oleh kilatan cahaya yang membutakan. Ketika cahaya itu memudar, mereka melihat Tianfeng tergeletak di lantai, tidak bergerak.
"TIANFENG!" Xialong berteriak, untuk pertama kalinya kehilangan ketenangan.
"Jangan khawatir," Cermin Takdir berkata santai. "Dia hanya tidur. Tapi... ini adalah pelajaran penting. Bahkan cinta terbesar pun bisa menjadi penghalang untuk mencapai kebenaran."
Yingmu melangkah maju, ribuan suara dalam dirinya kini bernyanyi dalam harmoni perang. "Cukup dengan teka-teki ini! Katakan yang sebenarnya!"
"Kebenaran?" Cermin Takdir tertawa. "Baiklah... Bagaimana dengan kebenaran ini: Kalian semua adalah eksperimen."
"Apa maksudmu?" Pencipta Kultivasi bertanya, wajahnya memucat.
"Realitas ini... sistem kultivasi... bahkan Para Penghapus... semuanya adalah eksperimen untuk mencari jawaban atas satu pertanyaan: Bisakah kesadaran berkembang tanpa menghancurkan realitas yang melingkupinya?"
Ia berpaling ke arah Wei Xialong. "Dan kau, anak muda... kau adalah variabel yang tidak terduga. Sesuatu yang bahkan aku tidak perhitungkan."
"Karena ribuan jiwa dalam diriku?" Xialong bertanya.
"Bukan," Cermin Takdir menggeleng. "Karena kau adalah yang pertama yang memahami bahwa jawabannya bukan 'ya' atau 'tidak'... tapi 'mengapa tidak?'"
Tepat saat itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Dari tubuh Wei Xialong yang transparan, cahaya keperakan mulai mengalir ke segala arah. Tapi kali ini, cahaya itu membawa sesuatu yang berbeda—bukan hanya pemahaman atau kekuatan, tapi pertanyaan.
"Lihat?" Cermin Takdir tertawa. "Bahkan sekarang... kau masih terus bertanya. Dan itulah yang membuat eksperimen ini... menjadi sangat menarik."
Namun, sebelum percakapan bisa berlanjut, retakan baru muncul di Ruang Kebenaran—retakan yang bahkan membuat Cermin Takdir terdiam.
"Tidak mungkin..." Sang Peramal berbisik. "Itu adalah..."
Dari retakan itu, sosok familiar muncul—sosok yang membuat Wei Xialong merasa seolah jantungnya berhenti berdetak.
"Ibu...?" ia berbisik tidak percaya.
Selir Yang berdiri di sana, tapi ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Matanya kini sepenuhnya hitam, dan di sekitar tubuhnya, simbol-simbol kuno berputar dengan kecepatan tinggi.
"Maafkan aku, anakku," ia berkata, suaranya membawa kesedihan ribuan tahun. "Tapi sudah waktunya kau tahu... peran sebenarnya yang harus kau mainkan."
Selir Yang mengangkat tangannya, dan seketika itu juga, simbol-simbol kuno di sekitar tubuhnya berpendar lebih terang. "Kau tahu, Xialong... ada alasan mengapa kau bisa menampung ribuan jiwa dalam tubuhmu. Ada alasan mengapa tubuhmu tidak hancur seperti yang seharusnya terjadi."
"Karena kau telah mempersiapkannya sejak awal," Xialong menjawab, pemahaman mulai membanjiri dirinya. "Sejak aku masih dalam kandungan..."
"Ya," Selir Yang mengangguk, air mata hitam mengalir di pipinya. "Tapi bukan hanya itu. Kau adalah hasil dari ritual kuno yang bahkan Para Dewa tidak berani mencoba—ritual untuk menciptakan wadah yang sempurna."
Cermin Takdir mendadak tertawa, tawanya membuat realitas bergetar. "Ah... jadi ini rencanamu selama ini, Yang'er? Menggunakan darahku untuk menciptakan jembatan antara dua realitas?"
Kata-kata itu membuat semua yang hadir terkesiap. Yingmu, dengan ribuan suara dalam dirinya, berbisik tidak percaya, "Darahmu? Jadi... Wei Xialong adalah..."
"Bukan," Selir Yang memotong cepat. "Dia bukan anak Cermin Takdir. Dia adalah sesuatu yang jauh lebih kompleks—dia adalah titik temu antara realitas lama dan realitas baru."
Pencipta Kultivasi melangkah maju, energi di sekitarnya berfluktuasi liar. "Tunggu... jika apa yang kau katakan benar, maka itu artinya..."
"Ya," Selir Yang mengangguk sedih. "Wei Xialong tidak pernah ditakdirkan untuk menjadi kultivator biasa. Dia adalah kunci untuk membuka segel terakhir—segel yang memisahkan realitas ini dengan realitas sebelumnya."
Namun, sebelum siapapun bisa mencerna informasi ini, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari dalam tubuh Wei Xialong yang transparan, ribuan jiwa yang ia tampung mulai beresonansi dengan cara yang berbeda. Alih-alih bergema dalam harmoni seperti biasanya, mereka mulai membentuk pola baru—pola yang membuat bahkan Cermin Takdir mundur selangkah.
"Mustahil..." Cermin Takdir berbisik. "Mereka bukan hanya jiwa-jiwa dari realitas ini... mereka adalah..."
"Serpihan kesadaran dari realitas sebelumnya," Selir Yang menyelesaikan kalimatnya. "Setiap jiwa yang Xialong selamatkan... setiap kehidupan yang ia lindungi... secara tidak sadar, ia telah mengumpulkan kembali pecahan-pecahan realitas yang hilang."