Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Bioskop
Lily menggerutu kesal menanti anak nya yang belum juga muncul. "Daniel, kenapa bos mu lama sekali sih?!" omel Lily.
"Mungkin sebentar lagi Nyonya". sahut Daniel.
"Aku tidak mau sampai Tuan Maurer dan Nyonya Anna menunggu lama, ini akan sungguh memalukan! Mau ditaruh dimana wajahku nanti" Lily kembali mengumpat.
"Biar saya susul Nyonya". Ucap Mr Lee yang kemudian menaiki anak tangga. Saat akan mengetuk pintu kamar, Glenn muncul dari dalam.
"Nyonya sudah menunggu anda di bawah Tuan".
"Kenapa dia tidak sabaran sama sekali sih".
Mr Lee hanya tersenyum merespons ucapan Glenn, sudah tidak aneh bagi kedua nya saling menggerutu satu sama lain di belakang.
Glenn melewati Mr Lee begitu saja untuk berjalan lebih dulu, dan menuruni anak tangga.
Sesampainya di ruang depan Glenn mendapat tatapan mata yang kurang mengenakkan dari Lily. Namun Glenn tak menghiraukan nya, begitu juga dengan Lily, ia tidak mau mempermasalahkan hal ini karena khawatir akan membuat Glenn berubah pikiran.
Tidak mau membuang waktu lama, Lily bangkit berdiri dan segera masuk ke dalam mobil lebih dulu. kemudian disusul oleh Glenn, Daniel dan Mr Lee yang mengekori nya di belakang.
Seperti biasa para pengawal akan mengikuti nya dari belakang, dan menjaga jarak mereka agar tidak terlalu mencolok.
"Anak itu, kenapa susah sekali dihubungi". Gumam Anna yang sudah berulang kali menghubungi putri nya tapi tidak ada jawaban. Pengawal yang selalu mengintil anaknya juga sama saja, sudah untuk dihubungi. Sepertinya mereka sudah kompak.
Wajah Anna yang tadi nya terlihat kesal kini berubah menjadi senyum bahagia, saat melihat seorang wanita dan pria tampan disebelah nya keluar dari dalam lift.
Anna merentangkan tangan nya menyambut Lily dan Glenn, ia menyalami kedua nya lalu mencium pipi dan kanan. Tradisi yang sudah biasa jika bertemu dengan teman dan kolega, dengan tujuan agar hubungan tersebut semakin erat.
"Wah, siapa ini? Dia tampan sekali" puji Anna.
Glenn memaksakan senyum terbit di bibir nya.
"Ini anak semata wayangku , nama nya Glenn" Karena Glenn tidak mau menjawab terpaksa Lily yang menimpali.
"Salam kenal ya Glenn" ucap Anna, Glenn pun menundukkan sedikit kepalanya. "Ayo, silahkan duduk" lanjut Lily.
Mereka pun membuka obrolan tersebut, dengan menanyakan kabar, lalu beralih topik mengenai masalah bisnis dan kerjasama mereka. Tapi obrolan mereka harus terhenti ketika seorang pelayan datang, dengan membawakan pesanan yang telah dipesan sebelumnya.
Glenn yang mendapat cubitan beberapa kali dari ibunya, karena kedapatan bermain ponsel saat sedang berbincang hanya diam dan pasrah. Ia tidak peduli ibunya akan marah atau mengomel saat dirumah nanti.
"Glenn, silahkan dimakan makanan nya" ujar Maurer agar Lily tidak merasa canggung di depan nya.
"Terimakasih Tuan"
Glenn lekas memasukkan ponsel nya ke dalam saku baju, kemudian meraih sendok dan pisau untuk mengiris steak yang telah disajikan.
Jen keluar dari kamar, tenggorokan nya terasa kering dan ia butuh segelas air putih. Namun saat membuka pintu ia melihat adiknya yang telah rapi, dengan menggunakan dress berwarna dasar putih, dan rambut yang Curly pada bagian bawahnya.
"Jessica, kau mau kemana?" tanya Jen.
"Aku mau pergi bersama teman ku" sahut Jen yang sedikit tergagap saat menjawabnya.
"Teman mu yang mana?" Jen merasa heran karena selama ini Jessica jarang terlihat pergi bersama seorang pria ataupun wanita.
"Pokoknya dia teman ku, yasudah aku pergi dulu ya"
Jessica pamit untuk pergi.
"Eh, kau naik apa kesana?"
"Aku... Aku akan pesan taksi di depan nanti"
Jen mengangguk dengan sedikit curiga, "Uhm, baiklah hati-hati, jangan pulang terlalu larut".
"Pasti".
Jessica bergegas keluar dari dalam rumahnya, orang yang menjemputnya telah menunggu di depan gang. Padahal Pria itu sebelumnya ingin menjemput langsung ke rumah, namun Jessica melarang dan memilih untuk menunggunya saja di depan.
Sesampainya di depan, Jessica sudah.bisa melihat sebuah mobil berwarna silver tengah menunggunya.
"Hai, maaf menunggu lama" kalimat pertama yang di ucapkan Jessica saat ia masuk dan duduk di dalam mobil.
"Tidak apa-apa".
"Ayo jalan" titah Jessica. Namun saat wanita itu menoleh ke sebelahnya, pria itu malah bengong sambil memandangi dirinya. "Jhon!" Jessica menjentikkan jari nya tepat di depan wajah Jhon.
Jhon terkesiap ia pun segera memasang sabuk pengaman nya lalu, menyalakan mesin kendaraanya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, selama di perjalanan mereka pun tidak terlalu banyak bicara. Jessica malah asyik sendiri, memotret dirinya yang sedang merasa cantik malam ini.
Jessica juga terkadang iseng mengambil foto Jhon yang tengah menyetir, atau yang terkenal dengan Candid yaitu mengambil pose seseorang yang pandangan mata nya, tidak sedang fokus ke kamera.
"Kemana kita malam ini" tanya Jhon.
"Ke bioskop lah, memang nya kemana lagi?"
"Oke!"
Jhon sesekali melirik ke arah Jessica, yang seperti nya belum merasa puas dan capek. Padahal jika dihitung-hitung sudah lebih dari 10 kali, Jessica mengambil gambar dirinya dengan pose yang sama. Ya! Tapi Jhon tidak mau berkomentar, ia mengerti akan sifat kaum hawa yang memang pada umumnya seperti itu.
Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah Mall yang berada di pusat kota. Setelah memarkirkan kendaraan nya, Jhon bergegas keluar dan membukakan pintu untuk Jessica. Tentu saja sikap manis Jhon malam ini membuat Jessica salah tingkah, karena setelah sekian lama menjomblo ia baru diperlakukan lagi seperti itu oleh laki-laki.
"Terimakasih" ucap Jessica dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Aku suka dengan senyum mu" . Puji Jhon yang membuat Jessica semakin salah tingkah. Pujian itu bukan rayuan gombal atau sekedar bualan, tapi faktanya wanita dengan kedua lesung pipi itu, akan terlihat lebih cantik saat tersenyum.
Jhon menggandeng tangan Jessica untuk masuk menuju lift. Mereka terlihat seperti orang yang sedang pacaran, meski kedua nya juga sama-sama belum tau arah dari hubungan itu sendiri. Menjalin hubungan asmara atau hanya sebatas berteman.
Tiba di lantai empat mereka keluar dari dalam lift, orang-orang yang juga akan menonton film, dibuat salah fokus akan kecantikan dan ketampanan dari mereka berdua. Bahkan ada yang berani mengambil potret nya secara diam-diam. Dan Jhon menyadari itu.
Jhon berjalan menghampiri orang yang mengambil gambar dirinya dan Jessica diam-diam. "Hei, apa yang kau lakukan?" tegur Jhon pada seorang pria culun berkacamata dan memakai kawat gigi.
"Ti-tidak Tuan". Pria itu terlihat ketakutan, terbukti dari suara yang terbata-bata.
"Coba aku lihat ponsel mu"
"Untuk apa?"
Jhon menarik kerah leher pria tersebut, dan sontak menjadi pusat perhatian orang-orang yang tengah mengantri tiket.
"Jhon, kau ini apa-apaan sih. Malu dilihat oleh orang banyak". Ucap Jessica yang tidak digubris oleh Jhon.
Karena ketakutan Pria itu segera memberikan ponsel nya. Jhon segera merampas benda pipih tersebut, dan membuka galeri nya.
"Kau lihat Jes, dia mengambil gambar kita diam-diam, untuk apa kau melakukan ini hah? Siapa yang menyuruh mu?" Bentak Jhon. Suara keras nya pun mengundang perhatian pihak keamanan yang berjaga di pintu. Pria itu pun lekas berlari ke arah Jhon.
"Maaf Tuan, anda dilarang membuat keributan disini. Jika kau ingin menyelamatkan masalah ini silahkan di luar". Ucap salah seorang petugas keamanan bioskop.
Jhon terdiam saat mendapat teguran , lalu kembali mengotak atik ponsel pria culun itu dan membuka galeri. ini untuk memastikan jika sudah tidak ada lagi fotonya disana. Jari jemari Jhon menggeser ke kiri untuk melihat beberapa fotonya di ponsel pria itu,
Namun Jhon tidak sengaja melihat potret seorang wanita yang tengah menggendong anak bayi. Jhon pun diam tak bergeming memandangi foto wanita itu.
"Hei, sudahkan? Kembalikan ponsel ku". Pria culun tersebut merampas nya kemudian lekas undur diri.
Jessica melirik Jhon yang tiba-tiba berubah jadi pendiam setelah foto wanita tadi. "Jhon, kau baik-baik saja". Jessica membuyarkan lamunan pria itu.
"Tentu, ayo kita pesan tiket nya". Seru Jhon yang kembali menggandeng Jessica. Lalu berjalan lebih dulu ke bagian loket. Jhon juga tidak lupa memesan camilan dan minuman untuk dinikmati sembari menonton film nanti.
Film akan diputar sekitar 10 menit lagi, sambil menunggu pengumuman film akan diputar. Jhon mengajak Jessica untuk menikmati suasana malam di rooftop yang disediakan oleh pihak bioskop.
"Wah indah sekali" Jessica takjub saat menyaksikan bintang yang terasa lebih dekat. Juga penerangan jalan yang membuat nya semakin indah.
Rasanya ada yang kurang jika melihat sesuatu yang indah tidak diabadikan. Jessica mengeluarkan ponsel dalam tas nya dan mengambil beberapa gambar nya dengan latar belakang dari rooftop tersebut.
"Berikan aku ponsel mu, biar aku yang memotret nya" Jhon pun menawarkan jasa nya, ia juga merasa bosan jika harus berdiam, dan menyaksikan Jessica sibuk berfoto sendirian.
"Ambil angle yang keren"
"Oke!"
Jhon mun mendadak menjadi fotografer amatir malam ini, ia tidak hanya mengarahkan ponsel nya pada Jessica namun memberi saran pose yang bagus.
"Coba aku lihat hasil nya" . Jessica meminta kembali ponsel nya.
"Wah keren, hasilnya lebih bagus daripada foto selfie" .
"Siapa dulu dong, Jhon gitu lho!" katanya, sambil menaikkan kerah dan memicingkan sebelah mata.
"Cih! Kau ini baru segitu saja sudah bangga".
"Tentu saja aku bangga, apa lagi yang ku potret barusan adalah wanita cantik".
Sial! Kenapa malam ini Jhon selalu membuat nya salah tingkah? Pipi Jessica akan terlihat merona jika sedang malu begini.
Suara pengumuman terdengar, film yang akan di tonton oleh Jessica dan Jhon sebentar lagi akan diputar. Keduanya pun bergegas menuju pintu masuk studio, dan menyerahkan tiket nya untuk periksa kepada petugas tiket guide yang sedang berdiri di ambang pintu.
Jhon sengaja memesan studio dengan tempat duduk ala-ala sofa bed, agar terasa nyaman saat menonton film. Bukan hanya tempat duduk yang mirip dengan sofa bed saja, namun di atas nya juga tersedia selimut tebal untuk melindungi tubuh selama terkena AC.
"Wah, ini begitu mewah aku baru merasakan nya hari ini". Ungkap Jessica yang tidak bisa menyembunyikan rasa senang nya. Maklum, ini kali pertama Jessica menonton di bioskop dengan tempat duduk yang tidak biasa.
Tak lama kemudian lampu di dalam studio padam, dan hanya mengandalkan cahaya dari layar besar yang terbentang luas. penonton di studio pun tidak terlalu ramai. Dari 10 sofa hanya lima yang terisi.
Film segera dimulai, Jessica kaget saat sadar film tersebut bergenre horror. Padahal ia ingin menonton tayangan romantis.
"Jhon!! Kenapa aku memilih film ini?" bisik Jessica sambil mencubit pelan lengan Jhon.
"Aku tidak tahu ku kira ini film action, ternyata aku tertipu oleh gambar nya, sial!" Jhon pun ikut menggerutu dan kesal akan kebodohannya. Bisa-bisanya ia menyangka film tersebut akan menampilkan adegan-adegan berbahaya, seperti menembak, menusuk dan memotong-motong tubuh korban.
Nyata nya film tersebut akan membuat nya mungkin tidak dapat tidur nyenyak malam ini. Terlebih sebuah teks peringatan yang muncul pada layar, jika film tersebut di nobatkan dari kisah nyata.
"Aku takut" kata Jessica sambil menutupi mata nya dengan satu tangan.
Sejujurnya Jhon pun merasakan hal yang sama, namun ia tidak mungkin kan mengatakan yang di sejujurnya. Masa seorang anggota mafia takut hanya karena sebuah film horror.
"Aaaaaa" Jessica berteriak saat si hantu dalam film tersebut muncul dan memenuhi layar. Ia juga refleks memeluk Jhon.
"Ssst jangan berisik" ucap Jhon yang membelai pipi Jessica dengan satu tangan.
"Ada aku disini, kau tidak perlu takut". Kalimat yang membuat Jessica DeJavu. Setelah mengatakan itu Jhon meraih dagu Jes lalu mengecup nya. Namun kali ini seperti nya tidak akan terjadi, mengingat ini bioskop. Mungkin jika di klub malam sah-sah saja melakukan adegan mesra.
Setelah kurang lebih seratus dua puluh menit, film tersebut pun berakhir. Para penonton membubarkan diri dengan menuruni anak tangga, dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Jhon, aku kebelet ingin buang air kecil". Jessica yang sudah tidak tahan untuk itu, sampai mengempit bagian bawahnya dengan kedua kaki.
"Ayo aku antar".
Karena mereka menonton film di jam terakhir, suasana di bioskop pun sudah sangat sepi, dan lampu di bagian tengah sudah dimatikan. Hanya pada bagian yang mengarah ke pintu keluar dan toilet saja, lampu tidak dimatikan.
Sesampai nya di depan toilet, Jhon menunggu nya di luar. Namun saat Jessica masuk ia pun ikut-ikutan kebelet. Akhirnya mereka pun sama buang air kecil di toilet khusus untuk pria dan toilet khusus wanita
Toilet pun terasa menjadi angker, karena tidak ada yang masuk kecuali Jessica. Namun ia mencoba untuk mengabaikan fikiran negatif nya itu. Sesampainya di dalam toilet ia segera masuk dan duduk di atas closet.
"Ah, lega sekali". Jessica merasa lebih nyaman setelah membuang urine yang ia tahan sejak tadi. Tidak mau lebih lama di dalam toilet, ia pun segera keluar dengan membanting pintu cukup kencang. Saat keluar dari toilet ia tidak melihat Jhon disana, rasa panik dan takut beradu satu. Ia juga tidak melihat orang lain yang berlalu lalang disana.
Hawa dingin seketika terasa dibagian leher nya, membuat tubuh Jessica meremang dan merinding. Belum lagi detak jantung nya yang berdebar, seperti genderang mau perang. Jessica memberanikan diri untuk membalik badan dan melihat sosok apa yang berdiri di belakang nya.
"Berengsek kau Jhon!!! Kau membuat aku ketakutan". Jessica memukuli dada bidang Jhon dan menghujani nya dengan cubitan.
"Aww, sakit Jes".
Jessica memegangi bagian dada nya yang masih berdebar. Badan nya juga masih terasa lemas karena rasa kaget itu belum sepenuhnya hilang.
Namun Jhon malah tertawa, ia seakan merasa puas telah membuat Jessica terkejut. Namun tak lama setelah itu pandangan Jessica kabur, hingga akhirnya mata itu terpejam dan pingsan.
"Astaga! Jessica". Untuk Jhon berhasil meraih tubuh wanita itu yang hampir jatuh ke lantai. Ia pun segera menggendong tubuh Jessica ke punggung nya, kemudian segera lekas keluar dari gedung tersebut.
Sesampainya di parkiran, Jhon segera memasukan Jessica ke dalam mobil, dengan mengubah posisi kursi menjadi lebih memanjang.
"Jes, bangun jes!" Jhon menepuk-nepuk pipi nya secara lembut. Namun tak berhasil. Ia ingat jika ada minyak angin yang selalu dibawa kemana-mana.
Jhon mengoleskan minyak aromaterapi dan menggosokkannya sedikit ke hidung mancung Jessica. Ternyata berhasil ,tak lama kemudian Jess pun sadar, ia mencoba untuk menegakan tubuhnya. Jhon yang melihat Jes ingin duduk dengan posisi tegak pun, mengubah kembali posisi kursi nya.
Jessica mendelik kesal ke arah Jhon, meski ia sempat pingsan namun ia sadar jika ini adalah ulah pria di sebelahnya.
"Maafkan aku Jes, aku tidak bermaksud membuat mu takut. Ini kau minum dulu" Jhon menyodorkan air mineral kemasan dan meminumkannya kepada Jessica. Ia basuh bibir Jessica yang basah dengan tisu.
Seperti nya Jessica masih trauma, terlihat dari wajah nya masih syok dan sedikit pucat.
"Wajah mu kelihatan pucat Jes, ayo kita ke rumah sakit".
"Tidak perlu, aku baik-baik saja Jhon".
"Kau yakin?"
Jessica mengangguk, ia kembali menekan tombol pada samping kursi dan kembali merebahkan punggung nya.
Jhon pun lekas menghidupkan mesin mobil lalu keluar dari mall. Selama diperjalanan Jessica hanya diam sambil sesekali memijat kepala nya, dan mengirup minyak aromaterapi yang Jhon berikan.
Kruuuuuuukkk..
Jhon melirik ke arah Jessica, saat mendengar suara yang berasal dari dalam perut
"Kau lapar?" tanya Jhon. Jessica mengangguk pelan sambil memegang perut nya.
"Di depan sana ada restoran junk food, kau mau?"
"Boleh".
"Kau tidak taku gendut?" Jhon mencoba untuk mencairkan suasana yang beberapa saat menjadi kaku.
"Biarkan saja" jawab Jessica singkat.
Jhon tersenyum, ia menaikkan sedikit kecepatan mobilnya untuk segera sampai di restoran. Jika sudah malam begini suasana jalan sepi, dan membuat para pengendara lebih leluasa mengendarai kendaraan nya. Namun tetap dengan tidak melanggar aturan lalu lintas.
"Mau makan di tempat atau bawa pulang?" tanya Jhon. Tidak ada salahnya kan ia bertanya. Siapa tahu Jessica ingin makan dirumah karena ini sudah larut malam.
"Makan di mobil saja bagaimana?"
"Baiklah".
Karena pilihan Jessica seperti itu,.maka apa boleh buat Jhon pun hanya bisa mengiyakan. Mobil Jhon kini telah memasuki area restoran, ia tinggal memutar arah untuk bisa menemui loket pemesanan.
Suara dari sistem terdengar, Jhon segera memilih menu yang diinginkan Jessica dan dirinya. Dua burger berukuran besar, dengan ekstra keju dan daging. Serta tak lupa minuman nya dua lemon tea dingin.
Selesai memilih menu, Jhon menempelkan kartu pada bagian kotak berwarna hitam. Pembayaran pun berhasil, selembar struk muncul untuk bukti pengambilan di loket depan.
Jhon kembali menggerakkan mobil nya dengan sangat pelan, ia memberikan bukti pembayaran kepada seorang wanita yang berjaga di loket.
"Selamat Malam" sapa nya dengan ramah.
"Selamat Ma--" Kalimat Jhon terputus, badan nya mendadak kaku, ia mengenali betul wajah dari pelayan tersebut.
"Laura?"