NovelToon NovelToon
Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Nikahmuda / Romansa Modern
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.4
Nama Author: Three Ono

FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono

Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.

Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.

Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?

Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.

Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.

Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.

Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.

Tidak sa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Luka yang Kembali Menganga

°°°

Revan mengangkat panggilan dari Febby dan berniat membicarakan hubungan mereka, karena dari awal ia juga menjalani hubungan itu bukan karena cinta dan selama menjalaninya juga cinta tak kunjung tumbuh di hatinya. Mungkin ini jawaban dari Tuhan jika Febby memang bukan jodohnya.

"Hallo..."

"Kak... hiks, hiks."

Terdengar suara tangisan dari suara Febby yang tergugu.

"Ada apa, kau tidak apa-apa kan?" tanya Revan.

"Mamah kak..."

"Kenapa dengan Tante Wina?"

"Mamah tadi pingsan di kamarnya dan ternyata dia menderita sakit kanker otak tapi tidak pernah bercerita padaku. Dia menyembunyikannya dariku dan menahan sakit nya sendirian."

"Kau tenanglah dulu, pelan-pelan ceritakan padaku."

"Aku sangat sedih dan hancur saat tau ternyata mamah sakit dan hidupnya tidak lama lagi di dunia ini. Hiks, hiks, hiks."

"Tenanglah, pasti ada jalan keluarnya. Apa kau sudah tanyakan pada dokter."

"Mamah tidak mau ke rumah sakit Van, katanya berobat hanya akan membuatnya sakit dan rambutnya rontok."

"Kau jangan menangis terus, kasihan mamahmu jika melihat mu bersedih. Besok aku akan coba membujuk Tante untuk berobat."

"Terimakasih Van, hanya kamu yang aku punya saat ini. Tetaplah di sampingku agar aku kuat menghadapi semuanya, aku tidak tau jika tidak ada kamu saat ini aku akan bercerita dan bersandar ke mana."

"Baiklah, jaga mamahmu dan jangan banyak berpikir. Yakinlah jika masih banyak orang yang sayang padamu."

Revan meletakkan kembali ponselnya dengan perasaan yang tidak menentu.

Tidak menyangka jika Tante Wina mengidap penyakit seperti itu, padahal yang Revan lihat selama ini dia sangat segar dan sehat. Kali ini ia harus menahan diri lagi dan membicarakan tentang hubungan mereka setelah situasi dan kondisi memungkinkan.

Kasihan juga Febby jika aku memutuskan hubungan sekarang, dia saat ini pasti sedang sangat terpukul mendapati kenyataan tentang Tante Wina. Semoga keputusanku tidak salah kali ini.

Revan menghembuskan nafasnya kasar, pada akhirnya ia memutuskan untuk menundanya tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti Rara lagi.

,,,

Keesokan harinya, seperti biasa Revan berangkat ke kampus bersama sang istri. Namun, pagi ini dia terlihat lesu seperti memikirkan sesuatu.

Ya, semalaman ia bahkan tidak bisa tertidur karena memikirkan masalah hubungan rumit yang ia ciptakan sendiri. Disaat ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Febby dan ingin mencoba memulai dari awal dengan sang istri, malah datang masalah yang cukup membuatnya susah untuk mengakhiri kerumitan itu.

"Apa ada yang mengganggu pikiran kak Revan?" tanya Rara, sejak di meja makan ia sudah merasakan perubahan sikap suaminya.

"Tidak, bukan apa-apa." Revan tersenyum pada sang istri berharap istrinya itu tak banyak berpikir.

Meskipun Rara menyadari jika ada sesuatu yang suaminya pikirkan tapi ia tak bertanya lebih jauh.

Sesampainya di kampus dan baru saja Revan turun dari mobil, ada wanita yang menghambur ke pelukannya.

"Van, akhirnya kau datang juga."

Sambil menangis tersedu Febby memeluk Revan dihadapan Rara yang masih disitu dan melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain.

Revan tidak bereaksi apapun tangannya pun sama sekali tidak membalas pelukan itu. Sampai ia melihat mata istrinya berkaca-kaca barulah ia sadar jika itu salah dan mencoba melepaskan pelukan Febby.

"Ada apa Feb, jangan seperti ini."

Revan tentu tidak nyaman.

"Tolong biarkan sebentar saja Van, hanya dengan memelukmu barulah aku merasa sedikit tenang."

Wanita itu jelas memanfaatkan situasi, menangis tersedu-sedu dan semakin mengeratkan pelukannya, berharap Rara kesal dan segera pergi dari hidup kekasihnya.

"Aku masuk duluan Kak," ujar Rara yang sudah tidak tahan dengan apa yang ada di hadapannya tapi dia tetap tersenyum saat mengatakan itu pada suaminya. Meskipun rasa sesak menyeruak, seakan sesuatu sedang menghimpit dadanya saat ini.

"Tunggu..." Revan memijat pelipisnya melihat Rara yang semakin jauh, ingin sekali mengejar istrinya tapi tidak bisa.

Febby menyunggingkan senyuman dalam pelukan Revan, ia berhasil kali ini.

Ini baru awal, tersenyum licik.

"Ayo kita cari tempat duduk untuk bicara," ujar Revan setengah frustasi karena Febby tidak mau melepaskan pelukannya.

Kini mereka duduk di sebuah kursi yang ada di taman, dengan Febby yang masih berurai air mata.

Mungkin jika itu Rara yang menangis di depannya, Revan sudah pasti menghapus air mata itu dengan tangannya. Namun, saat ini dia sama sekali tidak merasakan apa-apa saat Febby menangis dihadapannya, hanya kasihan semata sebagai sesama manusia yang juga pernah merasakan kehilangan.

"Ini, hapus lah air matamu." Revan memberikan tisu pada Febby.

"Terimakasih."

"Bagaimana keadaan mamahmu saat ini?" tanya Revan.

"Mamah tidak mau ke rumah sakit, dia bilang lebih baik menghabiskan sisa waktunya di rumah denganku."

"Tolong bantu aku bujuk mamah, Van. Dia sangat menyukaimu pasti akan menurut jika kamu yang meminta." Febby memohon seraya menggenggam tangan Revan.

"Nanti aku coba bicara padanya. Ayo aku antar ke kelasmu." Segera Revan menepis tangan Febby perlahan-lahan tanpa menyinggungnya.

Kenapa setiap kali bersentuhan dengan Febby, aku selalu terbayang wajah Rara.

,,,

Hati istri mana yang rela saat melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Seperti itulah perasaan Rara saat ini, dia berada dalam toilet dengan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi. Dia tidak bisa menangis dihadapan orang lain, atau mereka akan bertanya-tanya kenapa ia menangis.

Bersembunyi dibalik pintu toilet adalah satu-satunya pilihan untuk Rara, saat ingin manangisi hatinya yang terluka. Air mata nakal lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Berulangkali ia berkata pada dirinya sendiri jika ia harus kuat dan bersabar tapi hatinya tidak bisa dibohongi, otomatis berdenyut nyeri saat melihat kedekatan suaminya dengan wanita lain.

Aku kira kemarin adalah awal yang baik untuk hubungan kita Kak, tapi seolah-olah kau mendorongku ke jurang setelahnya, ujarnya dalam hati.

Berjuta luka seakan menikam tubuh Rara saat ini. Marah, cemburu dan sakit hati bercampur menjadi satu tapi ia harus bersabar karena ikatan suci yang saat ini mereka jalani bukanlah hal yang bisa dipermainankan.

Rara masih berusaha menghapus air mata yang membasahi pipinya, tidak ingin ada yang melihat nanti. Menepuk-nepuk pelan pipinya, berharap ia bangun dari mimpi buruknya.

"Huh...." Rara mencoba menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, untuk menenangkan pikirannya.

Ayo Mahira Nareswari, kau tidak boleh lemah. Ayo berjuang, ada Allah yang meridhoi hubungan ini.

Menyemangati diri sendiri adalah cara yang tepat saat ini. Setelah dirasa cukup tenang Rara keluar dari toilet dan kembali ke kelasnya.

"Rara..." teriak Lia saat melihat temannya baru memasuki kelas.

"Hai, pagi Lia." Rara tersenyum pada temannya.

"Kau dari mana saja, tadi aku lihat kak Revan sudah datang di parkiran. Aku kira kamu sudah ada di kelas tapi ternyata tidak ada."

Seperti biasa kecerewetan yang tidak bisa Rara hindari tapi itu cukup sukses membuatnya terhibur.

"Aku ke toilet sebentar tadi. Ada apa mencariku?" tanya Rara.

"Tidak ada hanya saja aku merindukanmu, hehehe..." ujar Lia menyengir kuda.

"Kau itu..."

"Eh tunggu." Lia memperhatikan wajah temannya lebih tepatnya mata Rara yang sedikit sembab.

"Apa kamu habis menangis?" tanyanya.

"Haa... tidak, untuk apa aku menangis," elak Rara, dia juga berusaha memalingkan wajahnya.

"Kau tidak bohong, kenapa matamu sembab seperti habis menangis?" Lia masih penasaran.

"Mungkin tadi karena tidak sengaja kemasukan debu sepertinya."

Rara harap Lia tidak bertanya lebih jauh.

to be continue...

°°°

...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga....

...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....

...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....

...Sehat selalu pembacaku tersayang....

1
Sella Darwin
Luar biasa
lovina
panjang critanya tp crita bodoh..sgt tdk rasional...
Hadi Broto Broto
👌👌👌🙏🙏🙏💯
Hadi Broto Broto
bikin penasaran
Rswt Slv
Biasa
Murti Kasih
knp rara ga dpt hukuman ya... panggilan yg slh
Murti Kasih
lanjut thor....
Murti Kasih
aaaaachhh....kecewaaa... 🤔
Murti Kasih
rasain lu...febby
Murti Kasih
lia jodohnya sakka...
Murti Kasih
puaas...jd sakit beneran febby
Murti Kasih
gemeezz bnget sm revan... mau aja dibohongi...
Murti Kasih
rara terlalu polos... hehee
Murti Kasih
makin seruu...makin penasaran...
Murti Kasih
Rara sosok wanita yg hebat.... menerima perjodohan dengan ikhlas karena Allah... walau sampai sekian lama dia tidak mendapatkan hak sebagai istri tapi sangat sabar dan ikhlas... semoga dia mendapat kebahagiaan yang hakiki..
Suherni Erni
Orang tua tolol yg ngga bisa jada anaknya tuh.malahborang lain ygvngorbanin diri buat anaknya.dasar ibu edan
Suherni Erni
Katanya pernikahannya mau diumumkan kok smpe skrng masih ditutupin.kesannya hina bgt pernikahannya,tambah lagi perempuan yg ditolong revan ada dikantor bisa jadi pelalakor rendaham dah.
Suherni Erni
Munafik ternyata rara..katanya perempuan paham agama..buat ngejalanin kewajiban aja ngga mau,,padahal sm suami sendiri bukan suami orang.
Suherni Erni
Terlalu rendah diri jga ngga bagus..malah jadi rendahan.jadinya munafik,
Murni Syahfutri
Jala...*g ternyata si mak lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!