PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu hari sebelum bertemu
Setelah mengantakannya ke parkiran apartemennya, Om Wira langsung pulang, karena Juhandino mendadak ingin bertemu debgannya.
"Hati hati, ya, nona," ucapnya sebelum pergi.
"Ya, om." Ini adalah hari keduanya menginap di apartemen. Hari hari sepi yang lebih menyenangkan.
Kemudian mobil itu pun perlahan melaju pergi.
Tadi malam papanya sudah mengunjunginya sebentar setelah pulang dari perusahaannya.
Setelah mobil Om Wira menghilang, Emily melangkah perlahan menuju lift.
Tanpa dia sadari beberapa orang masih mengawasi dari dalam sebuah mobil mewah.
"Jadi itu anaknya Juhandono dengan pelacur itu?" kekehnya.
"Iya, tuan."
'"Kasih alamat gadis itu pada ibunya. Biar ibu kandungnya saja yang menerornya," kekehnya lagi.
"Siap, tuan."
"Jangan lupa awasi pertemuan mereka. Lumayan buat kasih makan publik dengan skandalnya sebagai anggota dewan," kekehnya lagi. Hatinya teramat senang. Setelah bertahun tahun berada di luar negeri, kini dia kembali lagi dan memiliki kesempatan untuk membuat kericuhan besar.
Kamu ngga akan hidup dengan tenang Juhandono, tawa laki laki itu dalam hati.
'Emily!"
Jantung Emily berdetak keras.
Mama Nagita!
Dia pun membalikkan tubuhnya menghadap wanita paruh baya yang masih cantik itu, yang kini sedang menatapnya sinis.
"Kamu tinggal di sini, ya. Harusnya suamiku menyewakan apartemen yang murah."
Emily ngga menjawab. Sudah terbiasa menerima hinaan.
"Sabtu malam besok, aku harap kamu ngga pulang ke rumah. Nagita akan makan malam dengan calon keluarga suaminya. Ingat! Jangan datang, kalo perlu selamanya!" Setelah mengatakannya, wanita paruh baya itu bergegas pergi
Emily menghela nafas panjang
Kiraan dia bakal ditampar karena sudah menampar pipi calon suami Nagita.
Oke, siapa juga yang mau datang, decihnya dalam hati
*
*
*
"Dia sudah kembali tuan," lapor Herman setelah Wira berkumpul di ruangan Juhandono.
"Wanita itu?" tanya Juhandono agak cemas, dia khawatir skandal baru akan merebak lagi. Mungkin kali ini akan lebih parah dan lebih berdampak buruk yang bisa menyudutkan Emily.
Padahal dia sudah memberikannya satu milyar, kesalnya dalam hati. Juhandono ngga akan membiarkan wanita itu mengacaukan hidup keluarganya.
"Ada laporan dari seorang pengawal yang pernah melihat wanita yang mirip dengan foto yang kita berikan, berada di sekitar kampus nona Emily, tuan. Beberapa hari yang lalu," lapor Wira lagi.
Atas perintah tuannya, Wira menyebarkan foto orang orang yang berbahaya bagi Emily. Wanita yang mengandung dan sudah menjual putrinya
Juhandono mendengus.
Awas aja kalo dia sampai terlihat lagi, ancamnnya dalam hati.
"Jangan beri ampun kalo dia mendekati Emily."
"Siap, tuan," jawab Wira dan Herman berbarengan.
"Tuan...," ucap Wira ragu. Dia menatap Herman yang menganggukkan kepalanya.
"Ada apa?" Juhandono merasa atmosfir di sekitarnya mulai membuatnya gerah dan ngga nyaman.
"Tuan Baron juga sudah kembali."
Juhandono terdiam. Dia sudah mendengar desas desusnya. Baron Sanjaya, rekan bisnis yang sudah membuatnya tidur dengan seorang wanita malam. Bukan hanya tidur, tapi sudah melakukan hubungan suami istri.
Rahangnya mengeras.
'Kita harus lebih waspada. Pasti dia akan melakukan sesuatu."
"Siap tuan muda."
"Jangan ragu kalo nanti dia berulah. Hajar saja." -1.283838
"Siap, tuan."
Emily maupun Nagita, kedua putrinya bisa dalam keadaan bahaya. Terutama Emily yang tinggal di apartemen sendirian.
Walaupun ada beberapa pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Emily, hatinya tetap saja resah
"Kalian tau hubungan putri putriku dengan putra kembar Nathan?" tanya Juhandono setelah menarik nafas panjang.
"Emm.... Nona Emily pernah menampar salah satu putra kembar tuan Nathan, tuan. Tapi putra yang lain melindungi nona Emily dari tamparan nyonya," lapor Wira.
"Hemmm..."
Kapan putrinya kenal dengan si kembar itu?
Kalo putrinya sampai menampar salah satunya, pasti sudah terjadi sesuatu, Juhandono sibuk dengan pemikiran dan dugaannya.
*
*
*
Emily lega setelah berada di dalam unitnya. Rasanya sangat melelahkan
Kampusnya kalah di final, dia pun tadi malah dipeluk laki laki dingin itu, kembaran si kurang ajar, terakhir bertemu dengan mama Nagita.
Besok dia pun harus menemui si kembar itu untuk membicarakan desainnya.
Benar benar sangat menyebalkan.
Baru saja dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur, ada notif pesan di ponselnya.
Kita harus bicara. Mamamu
DEG
Emily memeriksa nomer pengrim pesan itu.
Beda
Ini nomer yang beda!
Keinginannya untuk tidur, sudah raib. Kantuknya juga sudah terbang. Sekarang Emily malah terduduk di atas tempat tidurnya.
Mau apa wanita itu menghubunginya?
Minta uang?
Emily merasakan sakit di hatinya.
Pasti hanya itu.
Uang transaksi penjualannya pasti sudah habis.
*
*
*
TOK TOK
Nathan bergegas membuka pintu kamarnya.
Daddynya sudah berada di depan kamarnya.
"Ada apa, dad?"
Tanpa menjawab, Nathan segera masuk dan langsung menutup pintu.
Dewa sampai menatap heran dengan tingkah daddynya
"Ada apa, dad?"
Daddynya hanya tersenyum, kemudian duduk di kursi yang ada di sana.
"Ngga apa apa," senyumnya menbuat Dewa kesal.
Kadang kadang tingkah jahil daddynya persis Deva.
"Besok Emily akan menunjukkan desain untuk kejutan mami. Daddy harap, kalian sekalian meninjau lokasinya."
"Kan, jauh, Dad."
"Malah bagus, kan," kekeh daddynya
Dewa menatap daddynya datar.
"Sabtu besok mama Nagita mengundang kita makan malam di rumahnya, Dad," ucapnya lagi.
Nathan menatapnya seksama.
"Kamu suka Nagita atau Emily?"
"Daddy dan mami maunya aku sama siapa?" Dewa balik bertanya
Nathan tersenyum.
"Daddy terserah kamu...."
"Kalo mami?"
"Sudah jelas, kan?" jawab Nathan penuh arti.
Dewa mengulum senyum.
"Daddy ngga keberatan kalo kamu memilih Emily......," sambung Nathan lagi dengan bibirnya yang menerbitkan senyum tipisnya.
Dewa menahan senyumnya agar ngga melebar.
Belum saatnya daddynya tau.
"Makanya Daddy ingin kamu pergi dengan Emily besok. Sekalian penjajakanlah," lanjut Nathan lagi.
"Dulu tantemu, oma dan opa sangat mendukung hubungan daddy dengan mami." Nathan jadi mengenang masa lalu.
Dewa jadi tertarik. Daddnya jarang menceritakan tentang masa masa pedekatenya dengan maminya. Tapi ngga bosan bosannya menunjukkan kemesraannya dengan mami di depannya dan Dewa.
"Dulu Daddy sempat kesal karena mamimu terlalu pintar," kekeh Nathan lagi.
Ya, Dewa pernah dengar oma dan opamya selalu memuji kejeniusan maminya.
"Tapi jadi cinta mati, ya, Dad," ledek Dewa terkekeh.
Nathan pun tergelak. Hatinya juga ikur tertawa jika mengingat hal hal manis yang sudah puluhan tahun dia jalani.
DevaVina
AaronNagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan