Setelah menjadi lulusan terbaik di universitas terkenal, Aira Alisya Alendra diterima menjadi sekertaris di Perusahaan ternama. Aira sangat bahagia ketika diterima di perusahaan itu.
Namun, kebahagiaan itu luntur ketika mengetahui bahwa Ceo baru perusahaan itu adalah Refaldo Galaksi, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Tidak disangka, mereka malah terlibat dalam pernikahan yang harus mereka terima karena alasan tersendiri dari masing-masing pihak.
Pernikahan mereka seiring waktu berjalan dengan baik, sampai dimana masalalu Aldo datang...
yuk ikuti cerita mereka👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiela Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa makanan berujung sakit hati
Aira duduk terdiam di ruang tamu, matanya kosong menatap ponselnya yang bergetar. Cia baru saja mengirim pesan, menanyakan bagaimana kabarnya setelah pertemuan dengan Dela. Namun, Aira merasa kelelahan untuk merespons. Pikiran dan perasaan yang bercampur aduk membuatnya tak tahu harus berkata apa.
Malam itu, Aldo pulang lebih larut dari biasanya. Suara mobilnya terdengar dari luar, dan Aira merasa tubuhnya kaku, meskipun ia tahu Aldo tidak akan mengungkapkan apapun tentang hari itu.
Aldo masuk dengan langkah pelan, matanya sedikit lelah, dan wajahnya terlihat cemas, seperti sedang memikirkan banyak hal. Ia meletakkan tas kerja di meja, lalu berhenti sejenak sebelum akhirnya melihat Aira yang duduk di sofa.
Mereka saling pandang, tetapi tidak ada yang berkata apa-apa. Keheningan itu terasa begitu berat, membebani ruang di antara mereka. Aira menunduk, berusaha menahan air mata yang hampir menetes. Aldo menyadari sesuatu yang tidak biasa, namun ia memilih untuk tidak bertanya.
Aldo belakangan ini selalu pulang tengah malam, tidak biasanya Aldo begini, Aira tau pekerjaan nya di kantor karena Aira pernah bekerja dengan Aldo, Dan jam kerja Aldo tidak sampai larut begini.
"kamu capek, ya?" tanya Aldo setelah beberapa saat, suaranya terdengar datar. Aira hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya ingin sekali berteriak, tapi mulutnya terkunci.
Aldo berjalan menuju dapur, mengambil air minum tanpa berkata lebih. Aira memerhatikan setiap gerakannya, namun pikirannya entah kemana. Keinginan untuk bertanya, untuk mengungkapkan rasa sakit hati yang selama ini terpendam, seolah tertahan oleh sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang membuatnya ragu.
Aira berencana untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu, dan menanyakan semua hal yang tidak jelas kepada Aldo.
Aira juga sangat takut... Bagaimana kalau Aldo lebih memilih tiara? Bagaimana jika Aldo meninggalkannya dan mengambil anaknya ketika ia melahirkan?
"Kamu kenapa sebenarnya? Kalau ada apa-apa bicara sama aku. Kamu jangan banyak pikiran kasian anak kita." Ucap Aldo dengan lembut.
"Iya." Jawab Aira singkat. Aira pun langsung berjalan menuju kamar mereka dan tidur, Aira juga meminum susu ibu hamil yang bibi siti buatkan untuk Aira.
...----------------...
Besoknya...
Bibi siti Art mereka berencana untuk membuat makan siang dan mengantarkannya kepada Aldo.
"Bi mau pergi ke mana?" Tanya Aira yang baru saja selesai mandi.
"Mau anterin bekal ke tuan, Non. Kenapa? Non perlu sesuatu?" Ucap Bi siti.
"Bekal untuk Aldo? Aku aja Bi, bibi beresin kamar aku aja." Tawar Aira.
Sebenarnya Aira ingin menemui Aldo karena ingin membicarakan tetang Tiara dengan Aldo, kalau Aira bertanya saat Aldo pulang kerja seperrinya Aldo terlalu lelah.
Dan Aira tidak bisa hanya diam begini dan takut membicarakan hal ini dengan Aldo.
"Gausah Non, anti non kecapekan." Tolak Bi siti dengan lembut.
"Ngga kok bi, cuma anter bekal juga." Ucap Aira meyakinkan.
Bibi Siti pun memberikan tote bag berwarna putih yang sudah berisi bekal beserta buah. "Yaudah deh Non, pak bambang (supir pribadi kakek Aldo) udah nungguin di luar."
"Iya bi makasih ya."
"Iya non hati-hati, Non belum makan siang kan? Bibi mau siapin makanan sekalian nunggu non balik." Kata bi siti.
"Iya bi."
...----------------...
...Siang itu, di kantor Aldo…...
Aira berdiri di depan pintu ruang kerja Aldo, menatap gagang pintu yang terasa berat. Sebelum masuk, dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.
"Aku hanya ingin tahu kebenarannya," batinnya. Dengan gerakan mantap, Aira membuka pintu dan masuk.
Namun, begitu pintu terbuka, mata Aira langsung tertuju pada sebuah pemandangan yang seketika membuat tubuhnya kaku.
Di tengah ruangan, Aldo sedang berdiri, dengan kedua tangannya memeluk erat Tiara. Mereka berpelukan dengan hangat, seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah lama terpisah.
Tiara, dengan wajah yang tampak sedikit terisak, menggantungkan kepalanya di bahu Aldo, sementara Aldo memeluknya dengan penuh perhatian, tampaknya memberi kenyamanan. Sejenak, dunia seperti berhenti bagi Aira. Tubuhnya kaku, mata terbelalak, dan seluruh tubuhnya terasa lemas. Ini bukan apa yang dia harapkan.
Aldo, yang awalnya tidak menyadari kehadiran Aira, langsung terkejut begitu melihatnya.
"Aira...," kata Aldo dengan nada terkejut, melepaskan pelukannya pada Tiara dan bergegas berjalan mendekat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...THANKS FOR READING💋😇...