Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
"Al, Aku mau menikah denganmu. " Kata Zea begitu masuk ke dalam ruang rawat Al Jovano.
Al menatap Zea dengan wajah murungnya, kenapa baru sekarang, kenapa harus menunggu saat dirinya sudah tak berguna begini.
"Al?? Maaf, Aku tau pasti kamu kecewa padaku. " Zea berkata dengan berkaca-kaca jujur, hatinya trenyuh saat melihat kondisi Al Jovano saat ini, kedua kaki Al Jovano patah sehingga terpaksa harus di pasang pen di kedua kakinya.
"Al??? " Zea memanggil lagi Al Jovano yang hanya menatap dirinya dengan membisu.
"Aku mau menikah denganmu. Aku terima lamaran kamu. " Kata Zea lalu duduk di sisi Al Jovano.
"Aku berubah pikiran Zee. " Kata Al Jovano lalu memalingkan wajahnya.
Al Jovano tak ingin menikah untuk saat ini, kondisinya hanya akan menjadi beban bagi siapapun, Al Jovano tak yakin kakinya bisa normal kembali.
"Apa perasaanmu berubah?? " Zea kecewa saat Al Jovano berkata begitu.
"Perasaanku masih sama, namun aku sadar diri."
"Kondisiku saat ini tak pantas bersanding dengan dirimu yang sempurna."
"Aku tak ingin menikah."
Ucap Al Jovano masih tanpa melihat kearah Zea, dia tak akan sanggup melihat wajah cantik itu bersedih, apalagi menangis karena dirinya.
"Aku menerima dirimu apa adanya Al." Ucap Zea masih dengan kaca-kaca di matanya.
Ternyata begini rasanya saat perasaan dan niat baiknya tidak di hargai. Zea rasa ini balasan atas sikapnya selama ini terhadap Al Jovano.
Zea menunduk sakit dan sesak rasanya saat tak di hargai dan tak di lihat seperti ini. Selama ini sikapnya kepada Al Jovano sudah sangat keterlaluan, namun Zea sadar betul itu demi kebaikan Al Jovano.
"Al. Maaf, selama ini aku sudah keterlaluan dalam mengacuhkan kamu."
"Aku masih berharap. Aku masih menginginkan lamaran itu berlaku."
"Aku tidak peduli seperti apa dirimu saat ini. "
"Yang penting itu kamu. Al Jovano. " Kata Zea tanpa henti terus berusaha memecahkan sikap bekunya Al Jovano.
"Pergilah! Aku lelah. " Al Jovano memejamkan matanya tak ingin melihat mata berkaca yang siap mengalir itu.
"Kamu jahat Al! Aku tak akan menikah jika itu bukan kamu!"
"Kamu telah mempermainkan perasaanku!"
"Mengapa saat hati ini terbuka, Kamu tega menutup dengan paksa?? "
"Jahat!! Kamu Banci Al!! "
"Pengecut!!"
"Pecundang!!"
"Mana Al Yang pantang menyerah?? "
"Mana Al yang ku kenal dulu??"
"Kaki kamu boleh sakit tapi hati kamu jangan!! "
"Sumpah, Aku kecewa, kamu Jahat!! "
Zea berlalu keluar dan pecah sudah air matanya, Zea duduk di kursi luar dengan terus mengusap kasar air mata yang terus mengalir.
Sementara di dalam Al Jovano pun sama kacaunya, laki-laki muda itu terisak dengan terus menatap kedua kakinya yang terbalut perban tebal.
"Aaaaaaaaaaa! "
"Aaaaaaaaaaa! "
"Prangggggg!
"Pyarrrrrrrrrrr!
Al melempar gelas di sisinya hingga berceceran, dirinya belum siap menerima keadaanya yang saat ini, sungguh ini menyakitkan baginya.
Apa sebuah dosa yang di lakukan ini, mencintai wanita yang lebih tua darinya. Apa tak boleh dirinya bahagia sehingga tak boleh memiliki wanita seperti Zea. Apa begini cara Takdir memutuskan perasaanya. Al Jovano terus terisak dan meratapi nasibnya yang tak sesuai harapannya.
Al Jovano mengingat kembali bagaimana perjuangannya untuk melamar Zea, begitu sulit membuat wanita itu berkata iya. Dan kini kenyataan memapar dirinya dengan semena-mena, saat Zea berkata Iya namun dirinya sudah tak pantas untuk bersanding dengannya.
***
Di rumah Bunda Mutia.
Zea memarkirkan mobilnya, lalu keluar menuju Rumah Orang taunya, masih dengan derai air mata yang terus keluar.
"Zee?? " Bunda terkejut saat melihat putrinya menangis sampai tersedu-sedu hingga seperti ini.
"Bundaaa, Hiks hiks hiks..." Zea memeluk Bunda Mutia dengan tangis yang semakin kuat.
Bunda Mutia mengelus lembut, pasti amat berat jika putrinya yang paling cuek dan keras kepala ini menangis seperti ini. Bunda Mutia hanya mengelus lembut kepala putrinya itu penuh sayang.
"Bundaaa, Al." Kata Zea sambil mengurai pelukannya.
"Kenapa sayang?? Hmm??" Bunda mengajak Zea duduk lalu meminta bibi untuk mengambilkan minum untuk putrinya.
"Al, setelah sadar dari operasi kakinya itu, Al berubah.
"Al Jovano memilih membatalkan lamarannya bun. "
"Zea, padahal sudah mau menerima dia, tapi dia berubah. "
"Zea terima dia bagaimana pun keadaanya. "
"Tapi dia mengusirku. "
"Sakit Bun. Sedih rasanya. " Cerita Zea sambil mengucap air matanya.
Bunda Mutia paham perasaan Zea, ini kali pertama bagi Zea jatuh cinta pada lawan jenis. Bunda ambil minum dan memberikan pada Zea agar lebih tenang.
"Minum dulu sayang. " Kata Bunda Mutia sambil tersenyum hangat.
Jujur hati Bunda Mutia juga sedih melihat kesedihan putrinya yang belum menikah sendiri ini. Bunda Mutia prihatin pada putrinya, di saat hatinya terbuka untuk orang lain, namun justru yang membuka hatinya itu menolak dirinya, pasti sakit sekali rasanya.
"Sayang, Bunda rasa mungkin Al Jovano butuh waktu. Coba beri ruang sebentar untuknya, jika sudah tenang baru kalian bicarakan lagi. " Saran Bunda Mutia pada Zea.
"Esok jika sudah tenang, pasti pikiran dia lebih tenang dan bisa berpikir lebih bijak. " Lanjut Bunda Mutia lagi.
"Coba berpikir di posisi Al Jovano pasti berat. Dia sebagai laki-laki tak ingin menjadi beban bagimu. " Nasehat Bunda Mutia pada Zea.
"Tapi Aku terima di apa adanya Bun. " Protes Zea.
"Itu kamu sayang, tidak baginya. Tenang, biarkan dulu dia sendiri sejenak, tapi kamu juga harus tetap sering menantinya jika sudah tenang. " Lanjut Bunda Mutia lagi.
Zea Mengangguk lalu menghambur memeluk Bundanya lagi dengan perasaan lebih lega. Zea mengurai pelukan itu lalu menatap mata Bunda Mutia dalam.
"Bun, Apakah Bunda ridha jika aku bersama Al? "Tanya Zea ragu-ragu.
"Selama putrinya Bunda bahagia, Bunda pasti ridha." Ucap Bunda Mutia sambil tersenyum hangat.
"Makasih Bun. " Zea bahagia setidaknya perjuangannya di ridhai Bunda tercintanya.
***
Yuk yang ridha Al sama Zea jangan lupa kasih Vote ya. 🙏🙏🙏
Yang udah baca jangan lupa like, komentar dan subscribe nya🙏🙏🙏😍