Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisa Abu
Pilar Trinitas masih berdenyut di langit saat debu pertempuran mulai mengendap di Altar Langit Terbalik yang kini hampir sepenuhnya hancur.
Liu Wei berdiri tegak, sosoknya kini menampilkan perpaduan sempurna antara tiga kekuatan kuno - bayangan hitam pekat yang berpijar dengan api keemasan dan diperkuat oleh pendar keperakan bulan. Di sampingnya, Xiao Mei - atau Kaisar Bulan yang telah bereinkarnasi - masih menggenggam tangannya erat.
Di hadapan mereka, sosok raksasa darah hitam yang dibentuk Paman Chen mulai retak.
"Tidak... tidak seperti ini..." Paman Chen tergagap, suaranya kini hanya bisikan lemah di antara retakan-retakan. "Kaisar Langit... dia berjanji..."
Guru Feng, yang telah berhasil bangkit meski terluka, melangkah mendekat. "Chen... apa yang sebenarnya dia janjikan padamu?"
Retakan di armor darah Paman Chen semakin melebar, menampakkan wajahnya yang kini tampak jauh lebih tua - seolah ritual tadi telah mengambil puluhan tahun hidupnya.
"Kehidupan kekal..." Paman Chen tertawa getir. "Dia berjanji... kita semua akan hidup kekal. Tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi kehilangan..." Matanya yang kini berkaca-kaca menatap Liu Wei. "Seperti saat adikku - ibumu - meninggal saat melahirkanmu."
Pengakuan itu membuat Liu Wei tersentak. Ingatan samar mulai muncul - tentang seorang paman yang selalu ada untuknya, yang mengajarinya kultivasi dengan sabar, yang matanya selalu menyimpan kesedihan tersembunyi.
"Paman..." Liu Wei melangkah maju, tapi Xiao Mei menahan tangannya.
"Hati-hati," dia berbisik. "Energinya... masih tidak stabil."
Seolah membenarkan peringatan Xiao Mei, mendadak armor darah Paman Chen berdenyut liar. Retakan-retakannya mulai memancarkan cahaya keunguan yang tidak natural.
"Dia datang..." Paman Chen berbisik, matanya membelalak ketakutan. "Kaisar Langit... dia..."
Belum selesai kalimatnya, sesuatu meledak dari dalam tubuhnya. Energi keunguan yang pekat menyembur keluar, membentuk sosok transparan yang begitu tinggi hingga menembus langit.
"Vessel yang gagal," suara bergema yang seolah datang dari era kuno bergemuruh. "Tapi tidak apa... karena akhirnya... AKU MELIHAT KALIAN BERTIGA BERKUMPUL KEMBALI!"
Liu Wei, Xiao Mei, dan bahkan Guru Feng mundur selangkah. Energi yang terpancar dari sosok itu... jauh melampaui apapun yang pernah mereka rasakan.
"Kaisar Langit..." Guru Feng berlutut, wajahnya pucat pasi. "Bagaimana mungkin... ramalan mengatakan masih butuh seribu tahun lagi..."
Sosok energi keunguan itu tertawa, tawanya membuat udara bergetar. "Ramalan? AKU LAH YANG MENULIS RAMALAN ITU!" Dia merentangkan tangannya yang transparan. "Dan sekarang... saat tiga kekuatan kuno telah bersatu kembali... AKU AKAN MENGAMBIL ALIH SEMUANYA!"
Liu Wei bisa merasakan Pedang Penyerap Jiwa dan Pedang Pembakar Surga bergetar dalam genggamannya - seolah kedua pedang itu ketakutan.
"Liu Wei..." ingatan Kaisar Bayangan berbisik dalam benaknya. "Kau harus..."
Tapi sebelum ingatan itu selesai bicara, sosok Kaisar Langit mendadak melesat - bukan ke arah Liu Wei atau Xiao Mei...
Tapi ke arah tubuh Paman Chen yang sekarat.
"TIDAK!" Liu Wei berteriak, tapi terlambat.
Dalam sekejap, tubuh Paman Chen diselimuti energi keunguan. Matanya yang dulu ramah kini berubah menjadi kolam keunguan tanpa pupil. Dan saat dia bicara... suaranya adalah perpaduan antara suaranya sendiri dan suara Kaisar Langit.
"Akhirnya..." Paman Chen - atau apapun yang kini mengendalikannya - tersenyum. "Vessel yang sempurna."
Karena terkadang, kejahatan terbesar bukanlah yang datang dengan pedang terhunus...
Tapi yang bersembunyi dalam janji-janji manis tentang keabadian.
Dan sementara langit masih berdenyut dengan Pilar Trinitas, di bawahnya...
Pertempuran sesungguhnya... baru saja akan dimulai.