Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. KEHILANGAN SEGALANYA
"Udara disini sangat sejuk, kamu pasti senang tinggal dan tumbuh di kampung ini," ucap Arman yang terus berjalan di samping Alya menuju rumah orang tua Alya.
Namun sepanjang jalan, Alya tak bisa menutupi rasa cemasnya. Ia cemas dengan keadaan keluarganya semenjak ia tinggalkan. Ia khawatir juragan Anton berbuat jahat pada keluarganya.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka tiba di tempat yang seharusnya rumah orang tuanya ada disana.
Namun, Alya kini hanya berdiri mematung karena melihat rumah sederhana itu kini tidak ada. "Dimana rumah ibu?," bisiknya.
Hatinya semakin gelisah dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Karena yang ia lihat kini hanya tanaman liar yang tumbuh subur dan puing-puing bangunan yang terlihat berserakan di sana-sini.
"Ini... ini rumah ayah...?" kata Alya pelan.
Arman melihat Alya dengan kening berkerut, ia merasa heran karena raut wajah Alya terlihat panik. "Alya, apa ini benar, disini rumahmu?," tanyanya.
Tapi Alya menggeleng pelan, seolah tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya.
"Tidak mungkin... ini seharusnya rumah kami. Rumah tempat saya dan keluarga saya tinggal..." kata Alya yang mulai melangkah maju.
Tiba-tiba, seorang bapak-bapak tua yang mengenakan pakaian lusuh menghampiri mereka.
Wajahnya penuh dengan keriput, dan matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Alya pun mengenalinya yang ternyata dia itu Pak Samin, tetangga sekaligus teman dekat ayahnya.
"Alya... kamu pulang juga akhirnya," ucap Pak Samin dengan suara serak.
Alya berbalik menatapnya dengan sebuah harapan. "Pak Samin... rumah ini... di mana keluargaku? Kenapa rumah kami seperti ini?," tanyanya dengan cemas.
Pak Samin menghela napas panjang dengan pandangan iba. "Alya... aku sangat menyesal harus memberitahumu... beberapa bulan lalu, rumahmu terbakar habis. Orang tuamu dan adikmu... mereka tidak bisa diselamatkan."
Mata Alya membesar. Jantungnya seperti berhenti berdetak. "Apa?! Tidak mungkin... Tidak mungkin! Ayah, Ibu, dan adikku... mereka..." Alya merasa kakinya lemas, seluruh tubuhnya pun gemetar. "Tidak mungkin..." bisiknya.
Pak Samin menundukkan kepalanya seraya mengusap air mata yang jatuh di pipinya. "Kami semua berusaha, Alya... tapi api itu terlalu besar, semuanya terjadi begitu cepat. Aku sangat menyesal..."
Alya mundur beberapa langkah dengan pandangannya yang mulai kabur. Dunia seolah berputar dengan cepat di sekelilingnya.
"Tidak... ini tidak mungkin... mereka... mereka tidak mungkin... hiks hiks hiks." Alya mulai terisak, tapi sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, tubuhnya lemas dan akhirnya jatuh pingsan ke tanah.
"Alya!," teriak Arman yang dengan cepat menangkap tubuh Alya sebelum jatuh ke tanah. Ia lalu berlutut dan menggendong Alya yang tak sadarkan diri.
Pak Samin hanya bisa menatap dengan wajah yang sedih, sementara Arman mencoba membangunkan Alya yang terbaring lemas di pelukannya. "Alya, bangun... Alya...," ucap Arman dengan cemas, tapi gadis itu tetap tak bergerak.
**
PROLOG
Beberapa bulan yang lalu.
Malam itu, langit desa tertutup awan kelabu. Angin berhembus lembut, membawa aroma dedaunan basah setelah hujan ringan yang baru saja reda.
Di rumah sederhana orang tua Alya, ayah dan ibunya tengah duduk di teras yang terbuat dari bambu. Mereka berbicara pelan sambil menatap langit yang hening.
Mereka memikirkan nasib putrinya setelah pergi dari rumah beberapa minggu yang lalu.
Ibu Alya, ia duduk di sudut teras dengan tangan memeluk sebuah selendang. Itu adalah selendang kesayangan Alya, yang merupakan satu-satunya milik Alya.
"Pak, bapak yakin Alya baik-baik saja di luar sana?," tanyanya dengan suara pelan, namun tidak luput dari rasa cemas yang tak pernah hilang sejak Alya pergi.
"Dia gadis kuat, Bu. Bapak yakin dia akan menemukan jalannya. Alya hanya butuh waktu untuk menyembuhkan hatinya," jawab ayah Lea, tegas namun juga merasa khawatir.
Sementara itu, adik-adik Alya sudah terlelap tidur di satu ruangan karena memang rumah itu sangatlah kecil.
Saat malam semakin larut, sebuah lampu minyak di dapur rumah itu masih menyala. Entah bagaimana, sumbu lampu yang dipasang malam itu terlalu pendek dan mulai terbakar lebih cepat dari biasanya.
Lalu, percikan kecil dari lampu minyak jatuh ke atas kain yang diletakkan di dekatnya. Dan dalam beberapa menit, api kecil itu menyebar, mulai membakar kain dan meja kayu di dapur.
Ibunya Alya, yang awalnya mengira ada bau asap dari luar, tidak menyadari bahwa api mulai menyebar dari dapurnya ke bagian dalam rumah.
Tak butuh waktu lama, api itu pun membesar, menjalar ke bagian atas dinding yang terbuat dari kayu tua.
Api pun mulai melahap rumah dengan ganas dan membakar segala yang dilewatinya.
Tiba-tiba, ayah Alya mencium bau asap yang semakin tebal. Matanya pun langsung terbuka lebar. "Api! Bu, cepat bangunkan anak-anak! Rumah kita terbakar!," teriaknya panik sambilan masuk ke dalam untuk menyelamatkan anak-anaknya.
Begitupun dengan ibunya Alya, ia langsung melompat kemudian berlari ke rumah sambil berteriak memanggil anak - anaknya nya. "Anak-anak, bangun, nak! Cepat!."
Namun, api sudah mulai menjalar ke bagian atap rumah. Dalam kepanikan, mereka berdua mencoba menyelamatkan keluarganya.
Tapi, api yang semakin membesar membuat ruangan itu dipenuhi asap tebal hingga membuat mereka kesulitan bernafas dan bergerak.
Ayah Alya mencoba menembus api untuk menyelamatkan anak dan istrinya, namun nyala api begitu cepat menyebar hingga membakar seluruh bagian depan rumah.
Dalam hitungan menit, dinding-dinding rumah itu pun runtuh satu per satu. Jeritan ibunya Alya juga adik-adiknya pun terdengar samar sebelum akhirnya api membungkam semuanya.
Adapun, tetangga sekitar yang melihat kobaran api segera berlari dan mencoba membantu, namun api sudah terlanjur membesar.
Semua upaya untuk menyelamatkan keluarga Alya pun terlambat. Dalam beberapa jam, rumah itu hangus terbakar hingga rata dengan tanah, menyisakan abu dan puing-puing dari kehidupan yang pernah ada di sana.
Malam itu, keluarga Alya harus menemui ajal mereka dalam kobaran api yang mengerikan. Begitu Alya pergi, ia kehilangan segalanya, rumah dan keluarganya.
**
Tapi ,Andin dan orang tua nya gga kan tinggal diam saat tau Adrian donorin jantungnya untuk Alya 🤔🤔🤔
Apa yg akan terjadi ???