Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 8
Brian berhasil membekap mulut Naomi dan membawanya bersembunyi di deretan mobil yang terparkir. Laki-laki itu juga menundukkan kepala dan tubuh Naomi hingga tidak terlihat dari posisi ayahnya saat ini.
Mata Brian terfokus mengawasi sang ayah sampai-sampai membuat Naomi kesal karena terus dibekap dan ditahan suaminya sendiri. Wanita yang usianya lebih tua dari Brian itu lalu menginjak kaki Brian dalam keadaan setengah duduk.
Rasa sakit di kaki membuat pemuda tampan itu menoleh pada Naomi dengan kening berkerut. Lalu, dia melepaskan satu tangannya yang merangkul pundak Naomi dan tetap membungkam mulut itu.
“Diam dulu! Jangan sampai kita ketahuan!” seru Brian dengan telunjuk yang dia letakkan di mulutnya sendiri sebagai tanda agar Naomi mau diam.
Naomi melepaskan paksa tangan Brian dari mulutnya dan menatap suaminya itu dengan kesal. “Apaan sih kamu! Ketahuan apanya? Memangnya kamu buronan ya? Ya Tuhan, apa aku sudah menikah dengan seorang kriminal?” balas Naomi yang kemudian menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan.
“Apa sih, Mbak Naomi!” Brian gemas sekali melihat mata bulat Naomi yang tengah panik karena pikiran negatifnya sendiri. Mungkin kalau hubungan mereka lebih akrab, Brian akan mencubit pipi Naomi saking gemasnya.
“Buronan apanya? Aku tuh takut kamu ketahuan sama teman kantor kamu. Terus mereka tanya-tanya aku siapa. Kamu mau jawab apa? Oh iya ini suamiku! Memangnya Mbak Naomi mau begitu?”
Naomi melepaskan tangan dari mulutnya. Dia menatap Brian dengan cemberut dan akhirnya mengeluarkan kunci rumah untuk diserahkan pada Brian.
“Ini kuncinya! Panggil-panggil Mbak, emangnya aku setua itu apa?” gerutu Naomi dengan kening berkerut.
Tanpa diduga, Brian menyentuh pipinya sendiri dan memasang tampang imut. “Aku baru dua puluh tahun, Mbak. Kalau kamu udah kerja, dan sebelumnya kuliah, umur kamu pasti di atas dua puluh tahun, ‘kan?” goda Brian dengan senyum lebar yang membuat pipinya terlihat bulat.
Tidak bisa dipungkiri. Brian memiliki pesona yang sulit ditolak. Wajahnya sangat tampan dengan kulit putih dan lembut seperti bayi. Kalau saja Naomi tidak tahu Brian seorang kurir, pasti dirinya akan meyakini bahwa Brian adalah orang yang sangat kaya. Kulitnya saja sangat bersih seolah tidak pernah terkena sinar UV matahari yang membakar kulit.
Sebenarnya, Naomi merasa malu karena apa yang dikatakan Brian memang sebuah fakta. Dirinya memang tiga tahun lebih tua dari suaminya itu. Namun untuk mengakui tua, tentu Naomi tidak mau.
“Tapi nggak perlu panggil Mbak juga dong!” protes Naomi dengan wajah jutek untuk menutupi rasa malunya.
“Terus maunya dipanggil apa? Sayang? Beby? Cinta? Atau ... istriku gitu?” tanya Brian sembari melirik ke arah papanya yang sekarang sudah meninggalkan tempat itu. “Jangan ngarep, Mbak!” imbuhnya sebelum Naomi menjawab.
Kelopak mata Naomi terbuka lebar mendengar kalimat terakhir Brian. Pemuda itu sudah berlalu meninggalkan Naomi tanpa berpamitan.
“Dasar kurir menyebalkan!”
**
**
Naomi pulang dari kantor dengan membawa makanan untuk dirinya sendiri. Kalau sudah di rumah, rasanya memang sangat malas untuk keluar lagi walau hanya sekedar mencari makanan. Oleh karena itulah, wanita itu tak pernah pulang dengan tangan kosong.
Baru saja sampai di depan pintu, Naomi sudah diganggu suami Lisa yang juga baru pulang kerja. “Mbak Naomi, baru pulang ya?” sapa laki-laki itu seperti biasa.
Naomi hanya mengangguk, tersenyum dan menjawab sebisanya. Jelas terlihat kalau dia baru sampai rumah, sudah pasti dia baru pulang kerja, ‘kan?
“Mbak Naomi suka teh herbal nggak? Saya baru beli tadi katanya ini bagus untuk menjaga kesehatan loh. Mau coba nggak?” tawar suami Lisa sembari menodongkan sebungkus teh kering pada Naomi.
“Nggak usah, Mas. Mungkin Mbak Lisa suka!” tolak Naomi yang kemudian menggedor pintu kamarnya yang terkunci dari dalam. Dia memanggil nama Brian agar cepat keluar membukakan pintu dan dirinya bisa melarikan diri dari suami tetangga yang genit itu.
“Nggak apa-apa, Mbak Naomi. Coba dulu aja! Lisa juga saya belikan kok!” bujuk suami Lisa.
Naomi terus menggeleng tanda penolakan. Sampai akhirnya Brian keluar dari kamar sembari mengusap kepalanya dengan handuk Naomi.
“Kamu udah pulang?” Brian mengangkat tangan dan meletakkan punggung tangannya itu tepat di depan wajah Naomi.
Tentu saja Naomi terheran-heran melihat tingkah Brian yang sepertinya sedang menyuruhnya untuk mencium tangan pemuda itu. Sementara suami Lisa sedang tertegun karena ini adalah pertemuan pertama dengan Brian.
‘Alamak, saingan berat ini!’
***
***
Kayaknya Brian habis lihat poin poin kewajiban istri deh. Pakai minta dicium tangan, habis ini cium yang lain ya, Nyet💋💋
