WARNING BUKAN UNTUK BOCIL ❤️❤️
YANG DIBAWAH UMUR
MOHON UNTUK JANGAN BACA NOVEL INI!!
KARENA INI NOVEL KHUSUS UNTUK KAUM IYA-IYA 😝
TERIMA KASIH!! SELAMAT MEMBACA!!
ANNABELLA TASYA KUSUMA pegawai di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang terletak di Jakarta ini sudah mengabdi di perusahaannya selama hampir 4 tahun.
Pekerjaannya lancar dan mengasyikan. Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dia orang yang mudah bergaul, itu yang membuat dia sangat akrab dengan rekan-rekan di devisinya, yaitu devisi keuangan.
Tapi semua itu berubah, ketenangan di usik. Dia merasa diawasi, dikekang, dan diperlakukan tidak adil oleh CEO baru di perusahaannya.
Mampukah Tasya bertahan, atau Tasya memilih untuk keluar dari perusahaan nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssyptr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 34 - WELCOME MALANG
YUK SEBELUM BACA PASTIKAN SUDAH
LIKE
COMMENT
VOTE
DAN JANGAN LUPA BERIKAN BINTANG l
LIMA.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
TERIMA KASIH CINTA-CINTAKU.
---------------------------------------------
Sean menghela nafas sebentar lalu menenggak Wine-nya lagi. "Gue cinta banget sama Clara, dan gue sangat yakin Clara pasti gak bahagia tinggal sama suaminya itu. Sekarang gue mau bermain-main sedikit sama perusahaan suami Clara. Karna saat suaminya bangkrut Clara pasti bakal kembali lagi sama gue. Untuk keluarga Kusuma mereka akan dapet pembalasan karena berhasil ngerusak hubungan gue sama Clara. Semua orang di keluarga Kusuma emang breng*ek sial*n. MEREKA SEMUA EMANG IBL*S!!!!"
Aldo dan David menghela nafas lalu meminum wine yang sudah ia pesan. "Gue juga baru tahu kalo orang tua jal*ng gue itu ada hubungannya dengan kematian orang tua gue." sambung Sean.
Sean meminum lagi wine yang ia pesan. Entah sudah berapa banyak gelas yang sudah ia tenggak habis.
---------------------------------------------
Pesawat telah mendarat dengan mulus di Bandar Udara Abdulrachman Saleh di kota Malang. Tasya dan adiknya menggeret 2 koper besar di tangan kanan dan kiri mereka. Sedangkan Linggar berjalan mendekati kedua wanita cantik itu.
"Ekhem...ada yang bisa saya bantu ?" tanya Linggar.
Tasya dan Lula kompak menoleh keasal suara. "Loh mas Linggar ngapain? ngikutin kita ya ?" tanya Lula menggoda.
Linggar tersenyum malu lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia melirik melihat Tasya yang nampak seperti menunggu jawaban Linggar.
Linggar berdehem kecil lalu kembali menatap Tasya. "Saya cuma kasian sama kalian berdua membawa barang sebanyak ini. Perlu saya bantu ? sudah tugas saya untuk membantu sesama." jawab Linggar asal.
Lula mengangguk antusias sedangkan Tasya langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Gak usah mas, kita bisa sendiri kok. Iyakan dek ?" tanya Tasya pada adiknya.
Namun adiknya terlihat kesal padanya, ia hanya melirik Tasya sekilas lalu memaksakan senyumnya. "Hem." jawab Lula.
"Gimana sih kakak, pake acara nolak segala lagi. ini koper kan berat banget, mana bawa dua lagi. Gak pengertian banget sihhh." gerutu Lula dalam hati.
"Tuh kan mas, kita bisa sendiri kok. Lagian 2 koper ini kan ada rodanya tinggal dorong aja, jadi gak berat. hehe." jelas Tasya.
"Jantung tolong jangan berdebar kencang. Saya takut Tasya bisa mendengarkan debaran jantung kamu." batin Linggar.
Sudah berulang kali Linggar merasakan jantungnya yang berdebar kencang karena senyuman Tasya. "Saya ikhlas kok bantu kalian. Lagian saya disini juga dijemput Ayah dan Bunda saya. Kalian bisa saya antarkan ke kost-an yang kalian sewa."
Tasya dan Lula saling lirik, mereka lupa memesan tempat tinggal mereka. Mereka pergi ke malang hanya membawa pakaian dan tabungan Tasya lalu Lula hanya memesan tiket pesawat, ia lupa untuk memperkirakan dimana mereka akan tinggal.
"Astaga, kita bakalan tinggal dimana ya? kenapa bisa aku melupakan hal sepenting itu." batin Tasya.
"Bodoh dasar bodoh. Mau tinggal dimana ini gue sama kakak? kalo nginap di hotel bisa jatuh miskin gue sama kakak." batin Lula.
"Hei kenapa saling lirik begini ?" kata Linggar yang membuyarkan lamunan mereka.
Tasya dan Lula kompak menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ehm....anu...apa..ehmm..." gumam Tasya yang masih terdengar jelas oleh Linggar.
"Udah-udah ayo cepat kita ke parkiran, orang tua saya sudah nunggu dari tadi kasian." kata Linggar yang menarik 1 koper Tasya dan Lula.
Tasya dan Lula saling lirik sebentar lalu Lula menyengir kepada Tasya dengan langkah riang ia mengikuti Linggar dari belakang.
Sedangkan Tasya menghela nafas kecil lalu mengikuti Lula dan Linggar dengan langkah malas dari belakang.
Setelah sampai parkiran kehadiran mereka berdua langsung disambut dengan pasangan suami-istri paruh baya. Dengan sang istri menggunakan gamis syar'i dan kerudung, sedangkan sang suami menggunakan jas kantoran.
"Ya Allah le, anak bunda. Akhire kamu pulang juga. Bunda kuangenn banget sama kamu. Apalagi bapakmu ini le, tiap hari nanyain kamu terus." ujar Almira, bunda Linggar yang memeluk erat tubuh sang anak.
Sang Ayah berdehem pelan, "Sudah jangan peluk lama-lama." ujar Bambang pada istri dan anaknya.
Almira dan Linggar melepaskan pelukan mereka, kesempatan ini tak disia-siakan oleh Bambang dengan cepat menarik putra sulungnya itu dalam pelukannya.
Hak itu sontak membuat semua orang tertawa tak luput juga oleh Lula dan Tasya. "Mendengar suara tawa perempuan Ayah dan Bunda Linggar sontak menghentikan tawanya lalu menengok ke arah suara.
Bambang dan Almira mengerutkan dahinya, lalu menatap sang anak dengan tatapan bertanya.
Tasya dan Lula saling tatap lalu tersenyum kikuk ke arah orang tua Linggar. Linggar yang melihat situasi tak nyaman langsung berdehem pelan. "Yah kenalin ini Tasya dan ini adiknya Lula namanya. Mereka berdua ini asal dari Jakarta. Mereka pindah kesini." jelas Linggar.
Kedua orang tua Linggar sontak menganggukkan kepalanya. Lalu berselang beberapa detik Almira, bunda Linggar mendekat ke arah Tasya. "Loh, ini nak Tasya yang kerja di xxx itu ya ?" tanyanya antusias.
Lula menatap Almira dengan tatapan bertanya lalu beberapa saat kemudian ia mengingat wanita paruh baya di hadapannya ini. "Loh Tante Almira ?" jawab Tasya semangat.
---------------------------------------------
"GOBL*K KALIAN SEMUA EMANG GOBL*K!!!" teriak Sean yang berada di ruang kerjanya.
"NGURUS PEREMPUAN SATU AJA PADA GAK BECUS SEMUA!!! MALU KALIAN SA OTOT-OTOT KALIAN!!!" sambungnya.
Sean terlihat saat mengetahui fakta bahwa gadisnya telah keluar dari perusahaan. "Si*l, jika sampai wanita itu keluar dari perusahaan bagaimana aku bisa menyiksanya lagi!!!"
"Sekarang kalian berdua cepat culik Tasya dan adiknya di rumah mereka lalu bawa mereka berdua ke mansion ku!!" kata Sean lantang pada kelima bodyguard-nya.
Sang bodyguard saling lirik lalu menggaruk tengkuk kepala mereka yang tak gatal. Sean menyadari gelagat aneh pada bodyguard-nya. Sean yang geram dengan tingkah bodoh bodyguard-nya itu langsung maju kehadapan mereka yang memberi bogem mentah ke wajah mereka satu persatu
*B**ugh....
Bugh....
Bugh....
Bugh....
Bugh*...
"Kenapa kalian cuma berdiam diri ha?? cepat langsung pergi kerumah mereka. SEKARANGGG!!!" teriak Sean kencang dihadapan wajah mereka semua.
Wajah Sean sudah semerah kepiting dan jangan lupakan urat leher yang menonjol akibat menahan amarah.
"Maafkan kami tuan, tapi non Tasya sudah tidak ada dirumahnya." kata sang bodyguard takut-takut.
Mata Sean menggelap aura permusuhan keluar dari tubuhnya. "Apa maksud kalian ?" tanya Sean dingin.
"Non Tasya...anu... tuan..."
Bugh......
Kali ini pukulan yang sangat kencang mendarat di tulang hidung satu bodyguard yang bicara pada Sean hingga menyebabkan hidungnya bengkok dan darah mengalir deras di hidungnya.
"CEPAT CARI TASYAAA!!!!!!"
---------------------------------------------
Tadinya hari ini gak mau UP cerita, aku takut kalian bosan sama ceritanya. Tapi karena mendapat teror dari para pembaca ku. Jadinya akhirnya aku upload........
---------------------------------------------
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN ❤️
KALO SUKA BOLEH YA SEKALIAN DI VOTE
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA INI.
DUKUNG CERITA INI DENGAN CARA VOTE+KOMEN+LIKE.