Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
SLASH!
SLASH!
Refleks, Wang Lu membuat pembatas dengan tenaga dalam. Pengawal Kota?! pekiknya dalam hati. “Lindungi mereka!” instruksinya pada Yu Fengmu. “Aku akan mengalihkan para pengawal itu!”
“Shi!"~baik, sahut Yu Fengmu cepat-cepat. Kemudian menginstruksi mereka, “Ikut aku!” katanya sambil bergegas menggiring mereka pergi.
Wang Lu sudah melesat melambungkan dirinya ke udara dan berputar-putar untuk menangkis gelombang anak panah.
“Bocah—” salah satu dari pria itu terpekik ngeri sembari mengulurkan tangannya ke arah Wang Lu, mencoba mencegah pemuda itu namun terlambat.
Wang Lu sekarang sudah menyerampang di tengah berondongan anak panah para pengawal.
“Jangan khawatirkan dia!” teriak Yu Fengmu sambil menarik pria itu. “Dia kebal senjata!”
Gerombolan itu mengikuti Yu Fengmu keluar dari Lembah Yuxuan, sementara Wang Lu sudah melesat di sana-sini, dalam sekejap membelah dirinya.
SLASH!
SLASH!
Enam bayangan melesat keluar dari tubuh Wang Lu dalam wujud sosok bercahaya, kemudian semuanya menyeruak serempak di udara seperti kawanan gagak.
“Kultivator?!” pekik salah satu pengawal dengan terkejut. Kemudian memberitahukannya pada yang lain. “Mereka praktisi spiritual!”
“Aku tidak buta!” hardik kepala pasukannya. “Apa masih perlu diberitahu?”
“Dari mana datangnya para kultivator itu?” pekik yang lainnya. “Bukankah orang-orang Lembah Yuxuan tak ada yang mengerti sihir?”
“Tak peduli kultivator atau sungguh iblis langit,” teriak kepala pasukan itu. “Shā!”~bunuh, instruksinya dengan lantang.
“Shi!”~baik! Para pengawal itu menjawab serentak dan meluncurkan gelombang anak panah lagi.
WUSSSHHH!
WUUUSSSSHHH!
Ketujuh sosok di udara itu melejit, mengelak dan menangkis dengan gerakan luwes, gesit dan indah, lalu menukik ke arah barisan pengawal itu sambil meluncurkan gelombang halilintar, air, api, angin, es dan cahaya, kemudian membombardir para pengawal itu.
Melihat daya serang itu tak main-main, kepala pasukan itu memerintahkan para anak buahnya untuk menyelamatkan diri. “MUNDUR!” teriaknya menginstruksi.
Lalu dalam sekejap para pengawal itu sudah menghambur meninggalkan lembah.
Wang Lu dan bayangannya menyatu kembali, kemudian mendarat di lereng bukit.
Sebuah burung kertas terbang berputar-putar mengelilinginya.
Wang Lu menarik burung kertas itu dengan tenaga dalamnya, menggerakkan jemari tangannya di udara kosong seperti sedang mencakar angin yang secara otomatis membuat burung kertas itu terbang mendekat.
“Lái ba!"~ikutlah, instruksi suara yang terekam pada burung kertas itu.
“Yu Fengmu?” Wang Lu mengenali suara itu. “Cih!” dengusnya setengah terkekeh. “Dasar pria cantik ini!" Benar-benar kolektor jimat, katanya dalam hati.
Burung kertas itu kembali berputar-putar mengelilinginya seakan coba mendesaknya.
Wang Lu mengeluarkan pedangnya dan dalam sekejap sudah bertengger di bilah pedang itu, lalu terbang melesat meninggalkan lembah, mengikuti panduan burung kertas itu.
Beberapa saat kemudian, ia mendarat di depan gerbang sebuah kuil yang lagi-lagi terasa familier sekaligus asing.
Burung kertas tadi menghilang di sela-sela pintu ganda gerbang itu.
Pintu ganda itu terbuka sedikit. Wang Lu mendorongnya hingga membuka lebih lebar, kemudian melangkah masuk dan mengedar pandang.
Tidak ada siapa-siapa di sekitar sana.
Wang Lu menutup kembali gerbang itu, kemudian berjalan pelan menyebrangi lapangan menuju teras kuil sambil memeriksa sekeliling. “Mana orangnya?” Ia menggumam. Kemudian memasuki kuil dan memeriksa seluruh ruangan.
Ruangan itu juga ternyata sepi. Tidak ada Yu Fengmu. Tidak ada para pria yang dibawanya dari Lembah Yuxuan. Hanya ada biksu kecil duduk bersila di tengah ruangan di depan altar, mengetuk-ngetuk mu yu dengan mata terpejam.
Mu yu adalah salah satu alat dharma yang diketuk seiring mantra yang diucapkan.
Patung dewa di depan biksu kecil itu menyita perhatian Wang Lu.
Naga emas berkepala tujuh!
Wang Lu menoleh ke arah biksu kecil itu. “Botak!” panggilnya asal bunyi. “Kau pernah lihat pria cantik berpakaian dewa pedang datang kemari?”
Biksu kecil itu diam saja. Tetap fokus mengetuk mu yu dengan mata terpejam.
Wang Lu menghampirinya dan mengetuk-ngetuk puncak kepala botak itu dengan ujung telunjuknya. “Weh! Kau dengar aku tidak?” tegurnya seenaknya.
Biksu kecil itu tetap bergeming.
“Ck!” Wang Lu berdecak dan mengerang. “Aiya! Botaaaak… dewa sudah di sini,” katanya. “Kenapa tidak bicara?” selorohnya.
Biksu kecil itu membuka mata. Kemudian mengerling melewati bahunya.
Wang Lu membungkuk di atas kepala biksu kecil itu dan melongok melalui bahunya sembari menyeringai. “Hai!” godanya menjengkelkan.
Biksu kecil itu mengayunkan pemukul mu yu-nya ke belakang dan mengetuk dahi Wang Lu.
BUNG!
Pemukul mu yu itu membengkak dalam sekejap dan berubah menjadi palu gada.
“Ssssh!” Wang Lu hanya meringis sembari mengusap-usap dahinya. Sekilas merasa familier dengan situasinya. “Kau pasti jenis bocah tua ratusan tahun juga!” gerutunya sambil meluruskan tubuhnya.
Biksu kecil itu melayang ke atas hingga sejajar dengan tinggi badan Wang Lu dengan kedua kaki masih bersila, kemudian memutar menghadap ke arah Wang Lu.
Tatapannya identik dengan Long Ziling, begitu juga dengan perangainya yang dingin.
“Tidak salah lagi!” gumam Wang Lu. “Memang siluman kecil tua!”
Biksu kecil itu mengangkat tongkat mu yu-nya lagi, bersiap mementung lagi.
“Weh, weh!” Wang Lu menudingkan telunjuknya menginterupsi. “Aku sudah kebal dengan itu,” katanya. “Katakan saja, apa kau tahu di mana temanku? Maka aku akan memberkatimu!”
WUSSSHHH!
Biksu kecil itu melesat dengan gada besar di tangannya, menerjang ke arah Wang Lu.
BUUUUUUUUMM!
BUUUUUUUUMM!
Benturan energi mendentum-dentum ketika gada itu menghantam formasi sihir pertahanan berbentuk perisai di punggung tangan Wang Lu secara bertubi-tubi.
Kecepatan dan kekuatan mereka seimbang.
“Gòule…”~cukup, tegur Wang Lu dengan bosan.
Biksu kecil itu berhenti dan palu gadanya berubah lagi menjadi tongkat pemukul mu yu. “Nǐ shì shéi?”~kau siapa, tanyanya.
“Tuan Muda Tampan dari Kediaman Jendral Besar Wang, reinkarnasi Dewa Naga Langit yang bermartabat,” cerocos Wang Lu sembari mengusap anak rambutnya yang menjuntai di dahinya ke belakang kepala dengan gaya tengilnya yang khas.
Biksu kecil itu mendesah dan menggeleng-geleng, kemudian berbalik sembari melipat kedua tangannya ke belakang. “Ikut aku!” katanya.
Wang Lu mengikutinya ke arah pintu lain di sisi ruangan, menyusuri koridor panjang di selasar belakang, kemudian menyeberang ke arah bangunan lain di seberang pekarangan yang sepintas terlihat seperti asrama.
Yu Fengmu dan pria-pria Lembah Yuxuan menunggunya di sebuah aula bersama sejumlah wanita dan anak-anak.
“Tāmen…”~mereka…
“Keluarga dari orang-orang yang hilang sepuluh tahun lalu,” jawab pria cakar besi memotong perkataan Wang Lu. Kemudian pria itu mengeluarkan sesuatu dari balik dada hanfu-nya.
Sebuah gulungan berisi petisi keluarga korban dan catatan kesaksian.
Pria cakar besi itu menyerahkannya pada Wang Lu. “Ini adalah semua yang kami punya,” katanya. “Siapa orang di belakang Hakim Daerah… kau akan mengetahuinya setelah melihatnya. Tentang keadilan… jangan membohongi kami!” Ia mengingatkan.
Wang Lu menerima gulungan itu dan membukanya.
Yu Fengmu bergabung di sisinya. “Apa ini?”
“Surat petisi bersama keluarga orang yang hilang,” jawab Wang Lu tanpa mengalihkan perhatiannya dari surat petisi itu. “Di sini dikatakan, sepuluh tahun lalu…” Ia menggantung kalimatnya dan membaca sisanya dalam hati. Dahinya berkerut-kerut selama ia membaca petisi itu. “Ternyata begitu!” pekiknya secara tiba-tiba.
“Coba kulihat!” Yu Fengmu mengambil alih gulungan itu dan membacanya sendiri. “Nama orang-orang ini, tidak ada di dokumen kasus,” katanya setelah sejenak terdiam. “Sekarang akhirnya kita tahu siapa mereka!”
“Cepat laporkan hal ini pada Pemimpin Kota!” instruksi Wang Lu.
“Bagaimana denganmu?” tanya Yu Fengmu.
“Kau akan tahu!”
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...