Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 9
"Aku Suryo. Suryo Hutomo!" Teriak laki-laki itu mengingatkan. "Kau ingat. Aku temanmu satu kampus!"
Rehan membelalakkan matanya.
"Suryo!" Suryo mengangguk.
Keduanya saling berpelukan dan menanyakan kabar.
"Kabarku baik, Sur!" Jawab Rehan, "bagaimana dengan mu? Kelihatannya kau sudah mencapai cita-cita mu?!"
Suryo tersenyum. "Ini semua berkat bantuan mu. Jika tidak dengan beasiswa yang kau perjuangkan itu. Aku tak bisa seperti sekarang."
"Oh ya. Apa kau sudah menikah? Aku melihat jarimu sudah disegel sebuah cincin?" Tanya Suryo lagi sambil tersenyum.
Rehan tersenyum kikuk. Melihat gelagat tak wajar dan perubahan wajah dari sahabatnya. Membuatku Suryo terheran. Wajah mendung Rehan tampak jelas dipandangnya.
"Ada apa, Han? Kau bisa menceritakan kepadaku." Lagi-lagi Rehan menghela napas.
Dengan nada putus asa Rehan menceritakan permasalahannya. Suryo mendengarkan dengan seksama.
"Hmmm ... Aku salut dengan perjuangan cintamu. Tapi, jika keluarga mu ikut campur dalam kedukaan mu sekarang. Aku hanya bisa bilang sabar," ucap Suryo menyemangati.
Rehan hanya tertunduk. "Masalahnya aku takut pulang. Tapi jika tidak pulang, bagaimana dengan istriku. Ia sudah menahan lapar dari kemarin sore," ujar Rehan terpuruk.
Suryo makin terenyuh mendengarnya. Tiba-tiba ia teringat.
"Han ... bagaimana jika kamu pindah kota saja. Maksudku kau tinggalkan kota ini?!" Rehan mengernyit tak mengerti.
"Begini. Kekuasaan Ayahmu hanya ada di kota ini. Jika kau pindah kota. Aku yakin, Ayahmu tidak bisa berbuat apa-apa." Wajah Rehan tiba-tiba cerah.
"Kenapa Aku nggak mikir ke sana ya?" tanya Rehan membodohi dirinya sendiri.
"Ah ... Sudahlah. Kebetulan ada temanku membutuhkan seorang audit akunting. Aku tahu kau sangat ahli di situ," ujar Suryo lagi.
"Apakah benar begitu?" Tanya Rehan semringah.
Suryo mengangguk. Ia lalu merogoh saku celananya. Secarik kartu nama, diberikan pada Rehan. Rehan menatap kertas segiempat kecil itu dengan seksama. Dibacanya nama yang tertera di sana.
"Anggono Sudibyo?" Tampak kerut di kening Rehan, berusaha mengingat nama yang tak asing baginya.
Namun, sekian lama ia ingin mengingat. Tak satupun orang yang berhasil ia ingat dengan nama tersebut. Akhirnya dengan raut pasrah ia mengambil dompet dari saku belakang celananya. Kemudian menyelipkan kartu nama itu di sana.
Tiba-tiba Suryo menggenggam kan lima lembar uang ratusan ribu ke tangan Rehan. Rehan menatap Suryo dengan mata serba salah. Ia ingin menolak tapi ia sangat butuh uang itu.
"Jangan anggap apapun. Aku tahu. Kau sangat membutuhkan uang ini. Ambil dan pakailah!" Ujarnya tulus.
Rehan tak mampu berkata apa-apa. Netranya berkaca-kaca.
"Terima kasih," cicitnya lirih.
Suryo memeluk erat sahabatnya itu. "Jika sudah sampai di kota M. Beritahu aku. Aku akan mendatangi mu," ujarnya sambil melepas pelukan.
"Terima kasih sekali lagi," ujar Rehan.
Suryo mengangguk. "Ini sudah beranjak malam. Kau tentu belum sholat. Dan istrimu sedang menunggumu." Ucapnya. "Oh ya. Kau masih menyimpan nomor ponsel lama ku kan?"
Rehan mengangguk ragu. Lalu ia mengambil ponsel dari saku celana kirinya. Men-scroll layar dan mendapatkan nama yang diinginkan.
"Apa ini masih nomor mu?" Tanya Rehan sambil memperlihatkan ponselnya pada Suryo.
Laki-laki berperawakan tegap dan tampan itu melihat ponsel Rehan, lalu mengangguk membenarkan.
"Jangan lupa. Hubungi Aku nanti. Aku pergi. Assalamu'alaikum," pamit Suryo sambil menepuk pelan bahu Rehan sebelah kiri.
Rehan mengangguk dan mengucap terima kasih. Kemudian mereka pun berpisah berlainan arah.
Sampai rumah, Rehan menceritakan semua kejadian kepada Linda, istrinya.
Tak berselang lama, mereka pindah dari kota Y ke kota M. Benar kata sahabatnya. Di kota ini. Ayahnya, Putra Bramantyo tak bisa apa-apa. (Dulu perusahaan milik Bramantyo tidak sehebat dan sebesar sekarang).
Rehan memboyong istrinya yang tengah mengandung. Menyewa sebuah rumah kecil dan sederhana. Suryo beberapa kali bermain dan membawa istrinya.
Rehan dan Linda tinggal selama sepuluh tahun di kota M. Hingga utusan dari ayahnya Rehan datang meminta ia kembali mengurus perusahaan.
Awal-awal Rehan menolak. Ia takut istrinya akan dihina kembali. Tapi, utusannya menjanjikan padanya itu tidak terjadi. Di karenakan ayahnya Rehan tengah sakit keras dan ibunya juga telah meninggal dunia.
Rehan terkejut akan berita yang ia dapatkan. Maka mau tak mau. Ia pun kembali ke kota Y. Keluarga Rehan dan keluarga Suryo pun berpisah.
(Flashback end)
"Jadi ini Rendra. Si gembul cengeng itu?" Tiba-tiba Devan teringat akan laki-laki kecil yang selalu merebut perhatian kedua orang tuanya, dengan menangis.
Rendra bungkam. Ia menatap pria tampan yang menjulang dihadapannya. Tatapan itu tetap tajam dan dingin. Lagi-lagi Rendra menelan saliva.
'Tak bisa kah ia melupakan gembul dan cengeng itu?' gumamnya kesal dalam hati.
Ucapan Devan membuat kedua orang tuanya tersenyum mengingat hal tersebut.
Bersambung.
Ah ... Lanjut or gemana nih 😂
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya