Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ( Aku ingin bertemu Ayah )
Stelah dari restoran Arrayan bergegas menuju rumah sakit Pelita di mana Varro di bawa. Stella yang menangis di depan kamar UGD seketika terkejut karena Arrayan datang dan langsung mencengkram lengannya,”Apa yang terjadi pada Varro, hah?!” marah Arrayan.
“Dia … tertabrak mobil saat aku terlambat menjemputnya,” lirih Stella dengan wajahnya yang sudah ketakutan.
“APA?! SUDAH KU PERINGATKAN JANGAN TERLAMBAT LAGI MENJEMPUT VARRO SEPERTI WAKTU ITU DIA HAMPIR DI CULIK DAN SEKARANG KAU MENGULANGINYA LAGI, STELLA!” Arrayan murka lagi-lagi ia teledor dan terlambat menjemput putranya hanya karena berkumpul dengan teman-teman sosialitanya di luar sana.
“Maaf kan aku, sekali lagi aku berjanji gak akan terlambat lagi untuk menjemput putra ita,” ucap Stella yang ingin menyentuh Arrayan, tetapi pria itu sudah muak dengan Stella dan ingin memukulnya. Tangan kanannya melayang ke udara, tetapi seseorang menahannya membuat ia pun menoleh ke arahnya yang ternyata Johan.
“Aku mohon jangan lakukan itu pada Stella,” mohon Johan.
“Mama …” penggil Stella menghampiri Daisy dan langsung memeluknya.
“Tenanglah, sayang. Varro pasti baik-baik saja,” ujar Daisy menengkan sang putri.
Ceklek
Dokter Saka datang menghampiri Arrayan, ya, pria itu bekerja di rumah sakit Pelita,”Paman, bagaimana keadaan Varro?” tanya Arrayan langsung tanpa basa-basi lagi.
“Putramu luka di bagian kepala karena terhantam trotoar jalan, dia harus segera di operasi,” ucap Saka memberitahu.
“Tapi putraku akan selamat kan Paman?” isak Arrayan yang kini tubuhnya mulai bergetar ia takut kehilangan putra yang menjadi penyemangat hidupnya tidak selamat.
“Arrayan …” teriak Sean yang langsung memegangi tubuh sepupunya yang perlahan terduduk di lantai seraya menangis merasa khawatir akan di tinggal putra tersayangnya,”Sean, katakan padaku! Varro akan selamat kan? KATAKAN SEAN AKU TAKUT PUTRAKU MENINGGALKAN AKU LAGI … HIIKS!” teriak Arrayan dengan menangis terisak dan Sean pun memeluk Arrayan membiarkan dirinya meluapkan tangisan yang sudah tidak bisa tertahan mengalir membasahi pipinya.
“Saka berjongkok memegangi bahu Arrayan,”Paman akan melakukan yang terbaik kau berdoa saja pada yang maha kuasa dan aku juga yakin Varro itu anak yang kuat pasti ia akan selamat,” ujar Saka.
“Benarkah itu tapi aku benar-benar takut,” lirih Arrayan denga kedua matanya yang sembab dan memerah.
“Paman akan berusaha yang terbaik untuk menyelamat kan varro, Arrayan, Kau percayakan saja pada Paman,” sambung Sean dan Arrayan pun menganggukkan kepalanya pelan lalu Sean membantu Arrayan duduk di kursi.
*
*
“Dokter, suster, tolong,” panggil seorang wanita yang baru saja turun dari mobilnya menghampiri perawat yang sedang berada di resepsionis. Perawat itu pun bergegas mengambil brankar dan seorang bodyguard yang menggendong seorang gadis kecil segera membaringkannya di atas brangkar tersebut dan langsung dibawa ke ruang UGD.
Para dokter segera memeriksa gadis kecil yang mengalami demam tinggi dengan mengigau memanggil ayahnya,”Di mana ayahnya, bu?” tanya Dokter.
Wanita itu terdiam ia bingung menjelaskannya kalau Ayah dari gadis itu tidak ada. Dokter pun menanyakan kembali pada wanita itu yang tidak menjawab pertanyaannya sampai seseorang datang memanggil namanya.
“Bella …”
“Kakak ..” Seorang pria menghampiri Bella dan melihat gadis kecil yang sedang berbaring lemah dan wajahnyanya yang pucat.
“Kenapa dengan Narra?” tanya Lucas pria yang di panggil kakak oleh Bella.
Bella menjelaskan kejadiannya dan ia mencoba menghubungi Lucas karena Narra demam dan tidak mau dibwa kerumah sakit. Bella bermaksud minta tolong pada Lucas karena Narra hanya menurut pada pria itu. Lucas segera menghampiri Narra yang terus memanggil nama Ayah. Ia membelai rambut Narra dengan penuh kasih sayang membuat kedua mata gadis kecil itu terbuka dan langsung menatap sendu Lucas yang amat dekat dengan wajahnya menatapnya lekat.
“Paman, di mana Ayah ku? Aku ingin bertemu Ayah, Ekheee. Aku mau peluk Ayah,” rengek Narra bocah yang berumur lima tahun itu akhirnya menangis.
Bella tidak kuat melihatnya apalagi mendengar permintaannya, lalu ia pun keluar dan mengatakan ingin mengurus administrasi rumah sakit. Lucas memahami apa yang dirasakan Bella dan membiarkannya untuk keluar guna menengkan dirinya.
Pintu tertutup tangisan Bella pecah, tetapi tanpa suara karena ia menutup mulutnya agar tidak ada yang mendengar tangisannya. Tidak lama ia langsung mengusap air matanya dan melangkah menuju pendaftaran rumah sakit.
“Permisi, aku mau mendaftar atas nama putriku dan segera mendapatkan kamar rawat,” ujar Bella.
“Atas nama siapa?” tanya suster yang menjaga.
“Narraya Isyana Mahen … maksudku Aldama,” terang Bella.
Seseorang di depannya terlihat terkejut lalu ia berbalik dan menghadap Bella yang berada di belakangnya. Tangannya terulur memegang tangan Bella yang sedang mengisi form pendaftaran membuat Bella terkejut dan pria itu memanggil namanya membuat ia mendongak dan menatap seorang pria yang amat ia kenal,”Mas Arrayan?” batin Bella.
“Bella … benar kah ini kau?” lirih Arrayan.
Bella terdiam ia tidak menjawab, lidah nya terasa kelu dan tubuhnya mematung seketika ketika Arrayan semakin mendekat dan menatap lekat Bella membuat jantung Bella berdetak cepat dan ia ingin tersenyum bahagia bisa bertemu dengan suaminya. Akan tetapi, suara seorang wanita membuat Bella urung tersenyum dan langsung menoleh ke arah belakang.
Seketika Stella terkejut melihat gadis yang sangat dekat dengan suaminya, dengan cepat Bella melepaskan tangan Arrayan dan segera memberikan form itu kembali pada suster lalu melangkah pergi, tetapi langkahnya sempat terhenti ketika Stella berkata,”Sayang, putra kita mencari mu, Daddynya," pekik Stella sengaja ia meninggikan suaranya agar Bella mendengarnya.
Ingin sekali Arrayan menghampiri Bella, tetapi Varro membutuhkan nya sekarang. Arrayan melepaskan rangkulan Stella yang tadi menahan dirinya yang ingin menghampiri Bella ia pun lebih dulu jalan seraya menatap kepergian Bella yang semakin menghilang dari pandangannya.
Stella yang melihat itu pun merasa kesal sekaligus terkejut karena Bella ternyata masih hidup. Ia tidak akan membiarkan Bella kembali pada Arrayan dan langsung mengikuti Bella agar bisa mengancamnya seperti biasanya.
“Arrgghh …” tiba-tiba seseorang menahannya membuat Stella menoleh ke arah pria yang saat ini masih mengenggam tangannya.
Stella ditarik paksa sampai keluar rumah sakit menuju mobilnya,”Bawa dia pulang! Tidak ada gunanya juga dia berada di sini!” perintah Arrayan pada beberapa bodyguard yang berada di mobil.
“Aku tidak mau pulang! Kau pikir aku tidak tau kau pasti akan menghampiri dia kan?!” teriak Stella.
“Itu bukan urusanmu! Lagipula kau bukan siapa-siapa. Bagiku kau hanya ibu dari Varro tidak lebih,” desis Arrayan melangkah pergi meninggalkan Stella yang mencoba menghampirinya, tetapi para bodyguardnya menahan Stella dan memaksanya masuk ke dalam mobil dan segera membawanya pergi dari rumah sakit.
Braaak
“Kakak, aku mau kita pergi secepatnya dari sini!” pekik Bella yang masuk dan langsung memeluk Narra.
“Ada apa Bunda? Apa Bunda habis meliat hantu?” tanya Narra dengan wajah polos.
Lucas yang tidak tau apap-apa pun bertanya pada Bella. Akan tetapi, Bella tidak menjawab pertanyaan Lucas dan terus memohon kepada pada pria itu agar Narra pindah rumah sakit. Dengan perasaan bingung Lucas menuruti kemauan Bella. Salah satu Bodyguard yang berada di depan pintu rawat di perintahkan Lucas untuk menggendong Narra membawanya ke dalam mobil diikuti Bella. Sedangkan Lucas menuju ruang administrasi dan memberitahu jika keponakannya akan dipindahkan ke rumah sakit lain.
Sepanjang perjalanan Bella terus memeluk putrinya dengan sangat erat membuat gadis itu susah bernapas,”Bunda, Narra enggak bisa napas,” lirih Narra.
“Eh! Maaf sayang bunda terlalu erat memelukmu,” ujar Bella.
“Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu meminta Narra pindah rumah sakit? Nara baru saja di suntik, Bella. Apa kamu tidak kasihan pada putrimu?” decak Lucas yang masih khawatir pada Narra karena demamnya belum sepenuhnya reda.
Lagi-lagi Bella hanya diam tidak menjawab membuat Lucas hanya bias menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar dan ia enggan untuk bertanya lagi karena Bella membuang pandangannya menghadap jendela dengan tatapan kosong. Ya, hanya tatapannya yang kosong tidak dengan hati dan pikirannya yang saat ini berperang dengan berbagai macam pertanyaan apalagi ia melihat Stella merangkul Arrayan dan yang lebih menyakitkan lagi bella mendenger Stella menyebut seorang putra di hadapannya dengan sengaja membuat Bella menyimpulkan jika itu adalah putra Arrayan dan Stella.
“Sekarang aku tau kenapa kau tidak mencari ku di saat aku menghilang, Mas. Padahal maksud ku datang ke Jakarta ingin mempertemukan Narra dengan ayah nya yang selalu ia tanyakan dan rindukan selama ini,” batin Bella ia memejamkan kedua matanya sehingga air mata yang sedari tadi berkumpul di kelopak mata jatuh beguti saja membasahi kedua pipinya.
*
*
Bersambung.
😅