Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 : Insiden Di Panggung
"Aku tanya sekali lagi, apa kamu bisa memberikan aku pernikahan yang bahagia?" tanya Zea lagi pada Robbi. Sebenarnya pertanyaan itu dia ucapkan agar Zio mendengarnya, bukan karena Zea ingin kembali pada Robbi dan berencana menikah dengannya dimasa depan.
"Aku bisa memberikannya," jawab Robbi yakin. Robbi meraih tangan Zea dan menggenggamnya erat. "Percaya padaku, aku gak akan nyakitin kamu," kata Robbi lagi.
Diamnya Zea membuat Robbi berpikir Zea akan menerimanya kembali. Robbi pun hendak mencium tangan Zea.
"Zea!" panggil Zio, karena tak tahan lagi melihat mereka. Robbi tidak jadi mencium tangan Zea. Zea pun menarik tangannya dari genggaman Robbi. "Sialan, mengganggu saja," batin Robbi.
"Tim cheers sebentar lagi tampil. Ayo balik ke sana," titah Zio.
"Lo gak liat kami lagi ngomong empat mata?" sela Robbi.
"Gak liat tuh. Jadi cowok punya harga diri sedikit dong. Mantan ya mantan aja. Gak usah sok ngajak balikan. Apalagi udah diblokir," kata Zio lagi.
"Gue cowok sejati, gue bakal memperjuangkan cinta gue sampai akhir. Selama Zea belum menjadi milik siapapun, gue berhak memiliki Zea," jawab Robbi.
"Zea milik gue, ngerti? Gak ada kesempatan lagi buat Lo atau pun cowok lain," tegas Zio.
"Sejak kapan Zea milik Lo? Gak usah berhayal!" jawab Robbi.
"Ini kenyataan ..."
"Stop!" titah Zea. "Gue bukan milik Lo, Zio. Gue ya gue. Gue males ladenin kalian berdua berantem. Mending gue cabut," kesal Zea, kemudian dia pergi meninggalkan Zio dan Robbi.
"Ganggu aja sih Lo. Gak bisa liat orang seneng apa?" kesal Robbi.
"Jauhi Zea!" titah Zio.
"Kalau Lo suka sama dia, ya tinggal bilang, terus kita bersaing dengan sehat. Gue tau, Lo pasti takut kan bersaing sama gue. Lo takut kalah. Sebagai mantan, setidaknya Zea pernah sayang sama gue. Sementara Lo, cuma bisa buat dia marah," ucap Robbi meremehkan Zio.
"Gue serius dengan ucapan gue tadi. Mau gue suka atau gak sama Zea, Zea tetap milik gue. Lo yang mimpi buat milikin Zea. Denger Rob, ini ancaman, kalau Lo berani macam-macam, jangan sebut nama gue Zio kalau gue gak bisa ngancurin hidup Lo. Lo tau siapa gue kan?"
Robbi terdiam mendengar ancaman Zio. Satu sekolah juga tau siapa Zio. Selain cerdas dan tampan, Zio adalah pewaris tunggal Ray group, karena status Zio itulah dia pasti bisa melakukan apapun yang dia mau. Terutama SMA 25, kepala sekolah maupun guru hormat pada keluarga Zio. Keluarga Ray bukan sekedar kaya raya tapi juga dermawan. Jika terang-terangan Robbi menyatakan perang pada Zio, tentu Robbi akan mendapatkan rintangan besar dari Zio. Itulah sebabnya Robbi memutuskan akan bermain halus.
"Bagus kalau Lo tau posisi Lo. Lo gak ada apa-apanya dibandingkan gue." Setelah membalas hinaan Robbi, Zio pun pergi dari sana.
Robbi mengepalkan tangannya erat menahan emosi setelah kepergian Zio. "Gue gak terima. Awas Lo, Zio!" ucap Robbi.
Acara lomba sudah sampai dibagian tengah. Tim cheers SMA 25 baru saja dipanggil untuk tampil. Zea, Nina dan lima anggota yang lain maju bersama ke atas panggung yang besar itu. Mereka juga sudah menyerahkan musik yang akan mereka pakai untuk tampil-sehari yang lalu.
Semua orang bertepuk tangan melihat tim cheers SMA 25 akan tampil. Hanya Zio yang tidak suka melihat para penonton bertepuk tangan. Dia cemburu karena rata-rata penonton siswa laki-laki memuji kecantikan Zea, terlebih Zea akan berlenggak-lenggok diatas panggung untuk melakukan dance ala tim Cheerleaders. Zio pun memutuskan diam dan fokus ke arah Zea di depan.
"Musik, mulai!" ucap MC.
Zea dan anggota tim pun memulai penampilan mereka, dengan diiringi musik fun.
***
Zea bertugas sebagai Pemimpin. Pemimpin adalah kapten regu. Zea bertanggung jawab untuk memimpin sorak-sorai dan nyanyian, serta mengoordinasikan rutinitas. Zea juga bertugas sebagai Penerbang yaitu orang yang diangkat dan dilempar ke udara selama rutinitas. Zea harus atletis dan memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang baik.
Vani dan Yuni bertanggung jawab sebagai backer dibantu oleh para penari, untuk mengangkat dan mendukung penerbang selama rutinitas. Mereka harus kuat, memahami daya ungkit, dan melatih kendali atas angkatan mereka. Mereka juga bertanggung jawab untuk melihat penerbang selama rutinitas. Mereka harus memiliki waktu reaksi yang cepat, fokus, dan kemampuan untuk memperhatikan detail.
Sementara itu, Nina bertugas sebagai Tumbler yang bertanggung jawab untuk membantu melakukan gerakan tumbling (gerakan akrobatik yang melibatkan berguling, berputar, melompat, dan salto) selama rutinitas. Nina harus gesit dan memiliki koordinasi yang baik. Dan empat anggota lainnya bertugas sebagai Penari, yang bertanggung jawab untuk menampilkan gerakan tari selama rutinitas. Mereka harus memiliki ritme dan pengaturan waktu yang solid.
***
Penonton sangat heboh seraya berteriak dan bertepuk tangan pada gerakan hebat yang ditampilkan tim cheers SMA 25. Penampilan mereka lebih spektakuler dari penampilan tahun lalu yang dipimpin oleh Amara. Para juri juga terlihat berbisik, mereka terpukau akan akrobatik yang disuguhkan. Lambungan, dance, terbang, saldo dan lompatan di udara oleh tim SMA 25 sangat sempurna.
Mendekati musik terakhir yang akan diakhiri dengan lemparan Zea ke udara dan tangkapan Vani dan Yuni, Zio yang sejak tadi fokus melihat ke depan menemukan ada yang tidak beres. Vani dan Yuni seakan bertukar kode. Apa yang akan mereka lakukan pikir Zio.
Masih diatas panggung, Zea mulai naik ke tangan Vani dan Yuni dibantu oleh Nina. Zea kemudian dilempar dan terbang saldo di udara setinggi yang Zea bisa. Vani dan Yuni sengaja mengabaikan tugasnya untuk menangkap Zea yang akan mereka lakukan beberapa detik lagi. Zio langsung berdiri, berlari secepat mungkin ke atas panggung. Semua orang terkejut melihat Zio berlari keatas panggung.
"Zea ..." Tepat waktu, Zea langsung jatuh dalam dekapan Zio. Membuat Zio ikut terjatuh bersamanya. Tapi untunglah Zea tidak cedera.
"Lo gak papa kan? Gak ada yang sakit kan?" ucap Zio mencerca Zea dengan banyak pertanyaan. Dia sangat khawatir pada kondisi Zea.
"Gu-gue baik-baik aja," jawab Zea agak terkejut.
"Lo berdua sengaja menjauh dari posisi? Lo berdua mau bikin Zea cidera?" teriak Nina, marah. Nina juga menyadari apa yang dilakukan Vani dan Yuni. Tadinya dia yang ingin menangkap Zea walau dia tidak tau apakah dia bisa melakukannya atau tidak. Untunglah Zio tiba tepat waktu diatas panggung.
Vani dan Yuni terdiam. Mereka langsung menggeleng dengan cepat. "Gue tadi malam begadang, jadi di gerakan akhir tadi, kepala gue agak pusing," jawab Vani membela diri.
"Gue tiba-tiba sakit perut," jawab Yuni membela diri juga.
Plak
Tampar Zea langsung ke pipi Vani. Membuat juri, para penonton dan peserta lomba lain terkejut.
"Zio dan Nina adalah saksinya, kalian masih bisa mengelak?! Gue salah apa sama kalian? Kenapa kalian mau bikin gue cidera? Kalau bukan karena Zio udah nolongin gue, kaki gue tadi pasti patah," ucap Zea, marah besar.
"Gu-gue ..."
Bruk
Vani tiba-tiba pingsan. Semua orang semakin terkejut.
"Vani, bangun, bangun, Van ... Van." Yuni menepuk-nepuk pipi Vani, Yuni tau Vani pasti sengaja pura-pura pingsan untuk menyelamatkan mereka. "Lo jahat, Zea. Kami melakukan itu gak sengaja. Lo tampar Vani? Padahal dia bilang kepalanya pusing. Pingsan kan dia jadinya," tuduh Yuni.
"Dia pasti pura-pura," jawab Zio.
"Kak MC, tolong teman aku. Dia di tuduh. Dia pingsan. Tolong," pinta Yuni pada MC dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tim kesehatan, angkat salah satu anggota tim cheers SMA 25 yang pingsan," pinta MC. Entah bagaimana akhirnya, MC dan Juri tak habis pikir, baru kali ini acara mereka berantakan, padahal belum selesai.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....