Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.
Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••
Goresan Pena terakhir ini
Kini tinggalah kenangan
Yang pernah kita ukir bersama
Sekarang kau tak tahu dimana
Tak ada secarik balasan untukku
Akankah titik ini titik terakhir
Yang mengakhiri kisah kita?
Kisah kau dan aku
-Vika Oktober 2017
⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aneh
...Silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar....
...|Happy Reading|...
...••★••...
Saat ini Vika dan Faiq sudah sampai di gerbang megah rumah Eyang Sekar, baru saja ditinggal dua hari ke Jawa Tengah sudah ada perbedaan di taman Eyang Sekar, sebelumnya tak ada bunga Wijaya Kusuma di rumah bergaya klasik Amerika ini dan sekarang ada, hal ini sangat mengejutkan bagi Vika si Epiphyllum Oxypetalum bertengger di vertical graden milik Eyangnya, Vika langsung berlari ke arahnya. Senyum mengembang ketika melihat ada satu bunga yang masih mekar dengan mahkota cantik berwarna pink.
"Night Blooming Cereus? Kok masih ada yang mekar, walau udah sedikit layu sih." ujar Faiq yang berjalan menuju vertical garden.
"Ini jenis hybrid Kak, bisa mekar 2-3 hari." ujar Vika dia mengendus bunga itu yang ternyata masih sedikit beraroma harum. "Vika, kenapa nggak masuk." ujar Eyang Sinta yang baru saja keluar dari dalam rumah. "Eyang, ini bunganya."
"Oh itu Alam yang beli, katanya sih lewat online. Ya sudah kamu masuk gih sama Faiq eyang udah masak semur ayam. Eyang pergi dulu ke resto, kamu makan dulu baru boleh pulang." ujar Eyang Sinta sambil menepuk bahu Faiq. "Iya Eyang."
Faiq memang sudah dianggap sebagai cucu sendiri oleh Eyang Sinta, waktu Alam memutuskan pindah ke apartemen Faiq lah yang selalu beliau andalkan.Mau bagaimana lagi hanya ada Bu Jum yang standby 24 jam di rumah sedangkan karyawan lain pulang di sore hari, kecuali pak supir yang selalu standby bila di telepon.
Vika dan Faiq masuk ke dalam rumah setelah menyalami Eyang Sinta, tak lupa mereka bawa masuk oleh-oleh yang kemarin sudah dipersiapkan Pak Mamat, yah hari sabtu kemarin Vika menyuruh Pak Mamat beserta istrinya membeli oleh-oleh untuk Vika bawa pulang ke Jakarta, tak lupa Vika juga memberikan sebagian dari oleh-oleh itu kepada keluarga Pak Mamat.
"Eh udah pulang, sini duduk Iq!" ujar Alam yang tengah menikmati masakan Eyang Sinta. "Kak Alam, makasih ya udah beliin bunga Wijaya Kusuma." ujar Fika sambil menarik kursi di seberang kursi Alam.
"Apaan sih, kegeeran gue beli bukan buat lo kali tapi buat Eyang." Vika mengaguk mendengar itu, mungkin benar dia kegeeran karena sudah mengaggap Alam membelikan bunga langka itu untuknya karena kemarin malam dia sempat mengunggah foto bunga itu di akun Instagramnya.
Kini Vika disibukkan dengan bingkisan yang ia bawa, ia mengeluarkan baju batik couple motif bunga wijaya kusuma, abon ikan tuna, kerupuk ikan tenggiri dan stik sukun yang terkenal di kota kelahirannya.
"Kak Alam nanti ini di bawa pulang ya, jangan lupa kasih ke Om Hendra sama Tante, tapi jangan bilang dari aku yah! Pasti Om Hendra bakal nolak kalau tahu ini dari aku." ujar Vika ia tersenyum getir hal itu membuat Faiq dan Alam iba melihatnya.
"Iya nanti gue kasihin." Asal kamu tahu Dek, tanpa kamu suruh Kakak nggak akan bilang kalau bingkisan ini dari kamu dan yah bunga itu sengaja kakak beliin buat kamu, tapi kakak masih harus waspada sama kamu, kakak juga harus jaga jarak karena papah ngelarang buat kakak deket sama kamu kayak dulu.
"Kak Faiq dimakan makanannya jangan dilihatin aja." Faiq hanya mengangguk kemudian memasukan sesuap nasi dan lauk kedalam mulutnya.
"Yaudah kalau gitu aku kemar dulu," Vika melangkahkan kakinya kedalam kamar tak lupa ia membawa bingkisan untuk kedua sahabatnya itu.
Ia merebahkan tubuhnya yang kelelahan di atas kasur empuknya sambil membuka group chat yang hanya berisi tiga anggota yaitu Lita, Dita, dan juga dirinya.
Vika Syafara : Hii!!
Anandita Pratistha : Eh Vika masih inget kita Vik?
Vika Syafara : Hehehe, maaf
Aku ada bingkisan loh buat kalian
Nalita Ekklesia : Bingkisan?
Anandita Pratistha : Oleh-oleh, apaan tuh?
Vika Syafara : Ada baju couple buat kita, bukan kita aja si couple-an sama Eyang sama Tante Sekar juga
Nalita Ekklesia : Tante Sekar?
Anandita Pratistha : Ibunya Kak Faiq yah? Ciee yang lagi PDKT sama calon mertua nihh
Vika Syafara : Apaan sih, aku lagi engga PDKT
Nalita Ekklesia : Enggak berarti belum, hahahaah
Setelah gue amati beberapa bulan ini lo keliatan deket sama Kak Faiq, mana Kak Faiq kelihatan perhatian lagi sama lo, gue jadi dukung lo sama Kak Faiq deh
Anandita Pratistha : Lo aneh Lit, dulu aja lo bilang ke Vika supaya jauh-jauh sama Kak Faiq sekarang malah ngedukung di garis terdepan
Nalita Ekklesia : Hati manusia siapa yang tahu, wkwkwk
Udah ah, pokoknya kalau resmi jadian jangan lupa kasih PJ
Vika Syafara : Terserah kalian lah, udah aku bilangin juga aku sama Kak Faiq enggak ada apa-apa
Nanti sore jangan lupa kesini! Kalau enggak, nggak jadi aku kasih oleh-oleh
Nalita Ekklesia : Ciee ngambek cie
Anandita Pratistha : Cie cie ngambek
Vika langsung bangkit dari posisi berbaringnya, ia menangkup wajahnya yang bersemu merah. "Apaan sih! Gara-gara mereka aku jadi salting gini, nggak mungkin kan aku suka sama Kak Faiq? Iya enggak, selama ini aja aku menganggap dia sebagai sahabat, malahan sebagai sosok Kakak juga." Vika beranjak dari kasurnya ia meletakan ponselnya di atas nakas, "tau ah, daripada mikirin itu mending aku mandi aja."
Tanpa Vika sadari ada seseorang yang sedang menguping di balik pintu kamarnya, orang itu tersenyum kecil mendengar Vika bermonolog sendiri, "Dasar anak kecil! Jatuh cinta aja enggak tahu, dua orang yang aneh memang." ujar orang itu kemudian melangkah menuju tangga.
***
Suara deruman kendaraan terdengar jelas dari kamar Vika. Langsung saja gadis itu bergegas menuju halaman depan, benar saja ternyata kedua sahabatnya telah sampai tunggu dulu kenapa mereka berboncengan dengan teman-teman Faiq? Ada apa ini? Apa Vika tertinggal sesuatu?
"Hai, kalian kok berangkatnya bareng?" ujar Vika setelah sampai di pintu gerbang. "Enggak, tadi mobil gue mogok di jalan untung ketemu sama Kak Aries dan Kak Zaki." ujar Dita, dia membonceng pada Aries sebelumnya sedangkan Lita dengan Zaki tentunya.
Pikiran Lita dari tadi terus dihantui dengan jok motor yang ia duduki itu, otak kecilnya sibuk menerka berapa banyak gadis yang Zaki boncengkan dengan motor ini? Sepuluh, dua puluh, lima puluh, atau bahkan seratus?
"Oleh-oleh buat kita mana nih?" ujar Aries, setelah melepas helm full face-nya. "Ada Kak, tapi sama Kak Faiq aku pikir Kak Faiq yang mau nganterin oleh-olehnya ke Kak Aries sama Kak Zaki."
"Ohh, oke deh gue sama Zaki ke rumah Faiq dulu ya!" Vika mengangguk. "Turun lo, ngapain masih duduk di motor gue terus!" ujar Zaki, karena Lita tak kunjung turun. "Iya gue turun bawel banget sih, oh iya thanks ya Kak!" ujar Lita. "Thanks juga Kak Aries." ujar Dita. "Yuk masuk!" dua gadis itu membuntuti Vika ke dalam rumah dengan perasaan bahagia karena sebentar lagi akan menerima oleh-oleh, siapa juga yang tidak bahagia jika diberi oleh-oleh?
•••
...*...
...*...
...*...
...TBC...
...Thanks for Reading 💙🌻...
...Jangan lupa like dan komen ya🫶...
...Luv You All💙🌻...
^^^🐞Kepik senja^^^