Hidup Kian berubah drastis setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibu Keira, putri dari sahabat dekat kakeknya. Di tengah keputusasaan, Kian harus menghadapi permintaan terakhir dari ayah Keira yang sedang kritis—sebuah permintaan yang mengguncang hatinya: menikahi Keira dan melindunginya dari segala ancaman yang mengintai. Terjebak di antara janji yang berat dan perasaannya yang masih tak percaya pada cinta karena Stella, mantannya yang mengkhianati.
Kian dihadapkan pada pilihan sulit yang
akan menentukan masa depan mereka berdua. Haruskah ia memenuhi janji terakhir itu atau mengikuti kata hatinya yang masih dibayangi cinta masa lalu? Di tengah kebimbangan dan tekanan dari berbagai pihak, keputusan Kian akan mengubah hidup mereka selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Setelah beberapa belas menit kemudian, aksi pergulatan suami istri itu selesai. Keira, bangkit dari tempat tidurnya dengan pincang, karena area sensitifnya terasa perih jika banyak bergerak.
“Kasian banget kamu kak, mau aku gendong? Sekalian mandi bareng,” ucap Kian dengan wajah nakalnya.
“Nggak,” ketus Keira, ia tahu kalau Keira menerima ajakan suaminya itu, Kian akan memaksanya melakukan hubungan intim lagi.
Kian menggerutu, menunjukkan bahwa ia sedang kesal. Keira tak peduli, ia masuk secara perlahan ke kamar mandi.
Setelah beberapa belas menit berlalu, Keira selesai mandi, dan mereka pun bergantian. Setelah selesai mandi, Kian langsung membanting tubuhnya ke ranjang dan melamun menatap langit-langit, sedangkan Keira fokus mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer yang sepertinya disediakan oleh penculik.
Entah mengapa, tapi bukankah terlalu santai untuk sepasang kekasih yang di culik bukan?
“Kak, kamu laper nggak?” tanya Kian sembari memakai pakaiannya.
“Ngg-”
Kruk...Kruk...Kruk
Bunyi perut Keira memotong ucapannya, meminta untuk diisi, seketika pipi Keira memerah, ia sangat malu.
Senyuman kecil tercetak di wajah tampan Kian. “Iya, aku cari makan deh,” Kian menggeser pintu.
Kian pun berkeliling di rumah tradisional Jepang tersebut, ketika berada di ruang makan, terlihat sushi yang cukup banyak tersaji diatas meja makan.
“Ini penculik baik amat, ngasih gua makanan pula,” ucapnya heran. Kian menyadari sebuah kunci ditaruh didekat sushi, ia pun mengambilnya dan menatapnya dengan bingung.
“Ini konci apaan? Mobil? Tapi baik amat, gua cek depan deh,” Kian berjalan keluar rumah.
Begitu di luar rumah, udara pagi yang sejuk menyambut. Kian menatap mobil yang terparkir di halaman, ia pun mendekati mobil itu.
Dengan penasaran, Kian menyalakan mobil dengan kunci tadi, ia terkejut ternyata itu cocok. “Anjing! Buset, ini penculik antara tolol atau baik beda tipis, dikasih mobil full tank lagi,”
Kian mematikan kembali mesin mobil, dan berjalan memasuki rumah, menuju kamar. Begitu sampai, Keira baru saja selesai mengeringkan rambutnya.
“Ayo ikut aku kak, kamu laper kan?” Kian menggandeng tangan Keira dan membawanya ke ruang makan.
Begitu sampai, Keira langsung memasang wajah bingung. “Kamu yakin ini makanan nggak apa-apa Ian?” tanya Keira memastikan.
“Yaudah kak, makan aja, mubazir, bilang bismillah aja sebelum makan,” ucap Kian, ia duduk di salah satu kursi dan memakan sushi itu, Keira pun menurut, ia makan bersama suaminya itu.
“Kak,” panggil Kian memecah keheningan sejenak diantara mereka.
“Hmm,” sahut Keira, ia fokus makan.
“Kamu nggak apa-apa kalau hamil?” tanya Kian.
“Yang gak apa-apa lah Ian,” jawab Keira dengan santai.
“Kamu nggak takut ganggu kerjaan kamu?Apalagi beberapa bulan lagi kamu harus ngurusin perusahaan almarhum papa kamu,” ucap Kian.
“Ya kalo tuhan udah ngasih, kenapa kita harus nolak? Terima aja, toh aku bisa minta dibantuin George,” ucap Keira.
“Bener juga,” lirih Kian.
“Kamu kok tiba-tiba nanyain itu?” tanya Keira.
“Nggak apa-apa kok. Ayo cepet abisin sushi nya, siapa tau orang yang nyulik kita dateng dan nyiksa kita,” ucap Kian.
Setelah selesai makan, mereka meninggalkan rumah dengan mobil yang terparkir tadi, menuju rumah Tara, sahabatnya.
..........
Setelah beberapa puluh menit berlalu, mereka akhirnya sampai di rumah Tara. Merekapun disambut oleh keharuan dan ditanyai kemana saja mereka, dan mereka hanya bisa menjawab tidak tahu.
Kini mereka akhirnya bisa tenang, saling berpelukan di kasur empuk. “Kamu kok bisa ada di rumah itu kak?” tanya Kian.
“Ada yang nelpon aku, katanya kamu kecelakaan,” jawab Keira.
“Hah? Terus kamu percaya gitu?” ucap Kian, ia tahu kalau istrinya polos, tapi apakah bodoh untuk percaya penipuan seperti itu?
“Tunggu dulu, aku ceritain dulu,” Keira melepaskan pelukannya dan duduk menyender ke dinding.
Flashback on
Keira, wanita itu berjalan mondar-mandir sembari mengecek notifikasi ponselnya, menunggu suaminya yang sejak pukul setengah sebelas malam.
Ponselnya yang berada di kantung celananya berdering, saat mengeceknya, Keira langsung mengerutkan dahinya, panggilan itu datang dari nomor yang tidak ia simpan.
Keira pun mengangkatnya. “Halo, apa benar anda Bu Keira Ganendra?” ucap seseorang yang seperti laki-laki, suaranya terdengar berat dan asing ditelinga Keira.
“Iya benar, saya Keira, kenapa emangnya?” tanya Keira bingung.
“Saya hanya ingin mengkonfirmasi Bu, apa benar anda istri dari bapak Kiandra Darmansyah?” tanya seseorang dari seberang sana.
“Iya, memangnya suami saya kenapa pak?” tanya Keira.
“Kiandra... dia kecelakaan Bu, dan sekarang lagi dirawat dirumah sakit Tokyo,” ucap orang itu terdengar sedih.
“Hah?! Nggak mungkin, coba kirimin foto atau videonya,” ucap Keira tak percaya.
Orang itu mematikan panggilan, tak lama ia mengirimkan video. Video itu berisi Kian yang berlumuran darah digiring diatas ranjang rumah sakit ke ruang IGD.
Seketika mata Keira membelalak, dengan panik ia mengambil mantel tebal dan memakainya. Keira meninggalkan pesan ke orang itu, “Dimana rumah sakitnya? Saya kesana sekarang,”
Ia juga mengirimkan pesan pada Tara yang sedang keluar bersama Andra, kalau Keira akan pergi sebentar dan mengunci pintu.
Setelah taksi datang dan alamat rumah sakit tempat 'Kian' berada dikirim, Keira meluncur ke rumah sakit. Ketika sampai dan keluar dari taksi, terdapat sekelompok orang yang menunggu tak jauh dari rumah sakit.
Mereka melihat kedatangan Keira, dan menghampirinya. Seorang pria bertubuh besar dengan tato ular hitam dilehernya tersenyum.
“Anda bu Keira Ganendra ya?” tanya pria itu.
“Iya, ayo ke ruang IGD, nanti kamu jelasin dimana dan kenapa suami saya kecelakaan,” Keira berjalan menuju rumah sakit. Namun, tangannya ditahan oleh pria bertato itu.
Pria bertato mengeluarkan sapu tangan dari kantung celananya. “Lu bakal nemuin Kian, tapi nggak disini!” ia mendekap Keira dengan sapu tangan itu, membuat Keira melemas.
Dengan sisa-sisa tenaga, Keira mengeluarkan teser dari kantung mantelnya yang sudah ia persiapkan, dan menyetrum pria bertato. Pria itu tersetrum, namun sayang, pandangannya menghitam dan tak sadarkan diri.
................
Flashback off
“Jadi gitu,” Keira menyudahi ceritanya, mengambil gelas berisi air diatas nakas dekat ranjang, meminumnya dengan dua teguk karena mulutnya yang terasa kering dan pegal bercerita.
“Kamu masih ada video nya?” tanya Kian.
Keira memeriksa ponselnya dan mencari nomor asing itu beserta video 'Kian' yang dibawa ke ruang IGD. Namun, kedua hal itu tidak ditemukan.
“Kok nggak ada sih?” ucap Keira dengan kesal dan bingung.
Kian tampak berpikir. “Video itu nggak ada, berarti penculik kita itu ngebuka hp kak Keira, tapikan di lock. Berarti yang nyulik bukan orang sembarangan, dan video itu pasti rekayasa ai. Berarti mereka cukup niat.” pikir Kian dalam hatinya.
“Siapa si Wanda dan kawan-kawan? Apa mereka suruhan kakek? Kakek kan pengen banget gua punya anak, tapikan kakek kesel banget pas gua mabok-mabokan karena Gema meninggal.” lanjut Kian berpikir.
“Ian,” panggil Keira, membuyarkan pikirannya.
“Iya kak?” ucap Kian.
“Kamu lagi mikirin orang yang nyulik kita ya?” tanya Keira.
Kian menggeleng. “Nggak kok, ayo tidur kak, besok kita jalan-jalan ke Disneyland,”
Keira tampak ragu-ragu seperti takut sesuatu, akhirnya ia mengangguk dan kembali merebahkan tubuhnya. Merekapun tidur bersama.
Bersambung