NovelToon NovelToon
Malam Yang Merenggut

Malam Yang Merenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: megawati

Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.

"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.

"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.

Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.

Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

"Lo itu udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri, jadi jangan bersikap sungkan sama gue. Yang penting sekarang Lo ngak usah mikir apapun dan Lo bisa tinggal disini selama yang Lo mau. Oke?" Ucap Aleta.

Mendengar hal itu, Dara mengangguk dan tersenyum tipis.

Disisi lain, di kediaman Fauza, terlihat Ayra sedang menelpon seseorang.

📞"Halo Za, gimana? Rasanya tidur sama kakak gue? Gue yakin pasti Lo menikmati banget kan malam itu?" Tanya Ayra kepada temannya Reza yang ia suruh untuk meniduri Dara.

📞"Menikmati apanya. Gue aja di rumah sakit karena babak belur. Ini semua gara-gara Lo" ucap Reza marah.

Seketika Ayra bingung..

📞"Maksud Lo apa sih Za? Kok bisa sih Lo babak belur? Kan Lo yang semalam tidur sama kak Dara?" Tanya Ayra.

📞"Gue semalam ngak tidur sama Dara. Semalam itu udah sesuai rencana, semuanya berjalan mulus, tapi tiba-tiba aja ada yang mukulin gue habis-habisan. Jadinya gue harus berakhir di rumah sakit. Tuh orang make topeng, jadi gue ngak tau siapa orangnya" ucap Reza menjelaskan.

📞"Terus kalau bukan Lo siapa dong yang nidurin kak Dara?"tanya Ayra.

📞"Mana gue tau. Pokoknya gue ngak mau tau ya Ra, Lo harus tanggung jawab sama kondisi gue ini, karena yang gue alamin ini semua gara-gara Lo."ucap Reza.

📞"Ih apaan sih? Enak aja. Ini semua salah Lo sendiri, ngak bisa belain diri. Jadi cowok kok lemes banget. Di pukulin langsung babak belur" ucap Ayra.

📞"Oke kalau Lo ngak mau, gue akan ngasih tau semuanya sama bokap Lo maupun Dara kalau yang terjadi sama Dara itu ulah Lo" ucap Reza mengancam.

📞"Oke oke. Gue akan tanggung jawab. Tapi Awas aja yah Lo kalau sampai buka mulut. Lo bakalan berurusan sama gue." Ucap Ayra kesal dan langsung menutup telponnya.

"Hiss,Nyebelin banget sih Reza. Ngak becus banget kerjanya. Tapi sebenarnya siapa pria itu? Siapa yang udah tidur sama kak Dara? Tapi ngak ada masalah juga sih, siapapun pria itu, dia udah sangat membantu dalam rencana gue. Walaupun bukan Reza, rencana gue tetap berhasil. Sekarang Kak Dara udah di usir dan ngak lagi di akuin sama papa. Di tambah lagi pernikahannya batal. Yang terpenting sekarang gue harus bisa meyakinkan papa agar bisa menggantikan posisi kak Dara, yaitu menikah dengan kak Aldo dan menjadi nyonya Meyson." Ucap Ayra tersenyum bahagia.

Kini dua Minggu berlalu sejak Dara tinggal di kediaman Rawal. Walau masih ada dimana dirinya diam-diam menangis, tapi senyuman yang lama hilang itu perlahan kembali muncul di wajah Dara.

Dalam dua Minggu ini, Dara sempat mencoba menghubungi Aldo. Walaupun dia tahu hubungan mereka tak akan pernah lagi bisa seperti dulu, tapi Dara ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi sekaligus meminta maaf karena telah menyakiti dan mengecewakannya. Sayangnya, sepertinya Aldo telah memblokir semua kontak Dara. Oleh karena itu, Dara pun menyerah dan memutuskan untuk melupakan semuanya. Tak ingin terus berdiam dan membuat Aleta beserta keluarganya khawatir, Dara pun bergumam.

"Aku ngak boleh gini terus. Aku harus melakukan sesuatu" ucap Dara.

Dengan langkah yang lebih ringan dari hari-hari sebelumnya, Dara keluar dari kamar dan mencari sahabatnya Aleta. Ketika hampir sampai di lantai satu, Dara melihat Aleta dan Rani adik Aleta sedang menonton TV sambil marah-marah.

"Gila. Mereka tega banget lakuin ini sama Dara" ucap Aleta emosi.

Kemarahan mendalam dari ruang tamu kediaman Rawal. Kening Dara berkerut, bertanya-tanya kenapa Aleta serta Rani marah-marah. Alhasil ia pun lanjut menuruni tangga dan mengarahkan pandangan ke arah TV yang sedang ditonton oleh Aleta dan Rani.

Seketika mata Dara terbelalak kala melihat berita yang ditampilkan di TV.

(TIDAK JADI MENIKAH DENGAN PUTRI PERTAMA KELUARGA FAUZA, ALDO MARTIN MEYSON BERAKHIR MENGUMUMKAN RENCANA PERNIKAHANNYA DENGAN PUTRI KEDUA KELUARGA FAUZA, YAITU AYRA SHIRLY FAUZA)

Tampak sosok Ayra bersanding dengan Aldo sembari menunjukkan cincin pertunangan mereka kearah kamera. Senyuman lebar menghiasi bibir keduanya. Dara tak dapat mendengar jelas ucapan reporter berita. Gendang telinganya berdengung untuk sesaat selagi kepala Dara mendadak seperti berputar-putar.

"Kenapa Aldo bertunangan dengan Ayra?" Batin Dara dengan wajah sedih.

Selagi semua pertanyaan itu melambung di benak Dara, dia mendengar Aleta marah-marah dengan emosi menggebu.

"Dasar rubah licik. Gue yakin dari dulu Ayra emang udah mengincar Aldo. Berarti, apa yang terjadi sama Dara pasti ada hubungannya sama Ayra? Aldo juga, apa dia ngak tau dampak pengumuman ini untuk Dara? Apa dia ngak mikirin perasaan Dara? Kalau aja gue ketemu sama mereka berdua, gue bakalan ngasih mereka pelajaran" ucap Aleta emosi.

Suara Aleta yang semakin lama semakin tinggi membuat Rani mendelik.

"Jangan teriak-teriak kak, jangan sampai kak Dara denger"ucap Rani.

Mendadak ucapan Rani terhenti saat matanya mendarat pada sosok Dara yang membeku ditangga.

"Kak Dara" teriak Rani membuat Aleta mengikuti arah pandang sang adik dan spontan mematikan TV. Kakak adik itu membeku ditempat hingga Dara berjalan mendekat. Aleta dan Rani langsung berdiri dan menghampiri Dara.

"Dar, Lo jangan peduliin dua orang hina itu, oke? Mereka ngak pantes dipikirin" ucap Aleta sembari memegang tangan Dara.

"Itu bener kak, mereka emang ngak pantes" ucap Rani juga.

Sepasang kakak adik itu tampak menghibur Dara dengan panik. Mereka khawatir jika Dara kembali terpuruk karena berita pertunangan Aldo dan Ayra. Namun itu diluar dugaan keduanya, Dara malah tersenyum.

"Bisa ngak cariin gue pekerjaan?" Tanya Dara.

Aleta dan Rani terkejut dengan apa yang mereka dengar. Dara tersenyum tak berdaya melihat kedua kakak beradik itu.

"Gue rasa, sudah waktunya gue melakukan sesuatu. Ngak mungkin gue terus menerus menyusahkan kalian. Jadi, gue mutusin untuk kerja" ucap Dara.

"Dar, Lo itu ngak pernah menyusahkan gue sama Rani. Jadi Lo ngak boleh ngomong kayak gitu. Oke?" Ucap Aleta.

"Kalian berdua itu orang baik dan gue berterima kasih atas hal itu. Tapi hidup itu terus berlanjut dan ngak mungkin selamanya gue bergantung sama kalian, gue ingin bangkit kembali dan berdiri sendiri. Gue ngak mau menyusahkan siapapun " ucap Dara.

"Tapi Dar!" Ucap Aleta terhenti karena dihentikan oleh Dara.

Wajah Dara terlihat cerah, seakan sama sekali tak peduli dengan berita yang baru saja dia dengar.

"Jadi? Bisakan bantuin gue nyari pekerjaan?" Tanya Dara sambil memandangi kedua adik kakak itu.

Aleta dan Rani pun saling menatap. Mereka seakan berkomunikasi tanpa suara sebelum akhirnya mencapai satu keputusan.

"Oke. Gue akan cariin Lo pekerjaan. Dan syukurlah gue punya kenalan yang membantu dalam hal ini" ucap Aleta.

Dara pun menghela nafas lega dan tersenyum serta berterima kasih pada Aleta.

*Beberapa hari kemudian*...

Kantor Presiden Direktur Pranaja Group.

"Pemesanan kamar hotel tidak diketahui, pemilik kalung juga tidak bisa ditemukan. Haruskah saya menilai ulang kinerja kamu Gilang? Ujar Brama Gajendra Pranaja, CEO Pranaja Group yang kesal menerima laporan asisten pribadinya terkait permintaannya lebih dari dua Minggu lalu.

Asisten pribadi pria itu memasang wajah tak berdaya.

"Tuan, pemilik kalung tersebut adalah wanita yang kabur dari rumah keluarganya 26 tahun yang lalu. Demikian, keberadaannya saat ini dimana, tidak ada yang tahu" ucap Gilang.

Pemilik kalung adalah wanita yang kabur 26 tahun yang lalu. Kalau dihitung, berarti umur wanita itu sudah hampir setengah abad. Hal tersebut tak selaras dengan sosok yang menghabiskan malam dengan Brama malam itu.

Samar-samar, sepasang mata yang indah yang menghipnotis membuat Brama menutup mata. Walau buyar, tapi Brama yakin sosok yang menghabiskan malam dengannya adalah seorang wanita muda. Oleh karena itu, kemungkinan terbesar adalah wanita yang bermalam bersamanya adalah putri dari wanita yang kabur itu.

Melihat ekspresi sang atasan, Gilang mencoba lagi untuk bertanya.

"Bagaiman tuan? Perlukah saya mengarahkan lebih banyak orang untuk menyelidiki lebih jauh tentang pemilik kalung itu?" Tanya Gilang.

"Sudah kabur 26 tahun lalu, apa lagi yang mau dicari? Semua jejak pasti sudah pudar dan sulit ditemukan" ucap Brama.

"Lupakan itu. Lebih baik kamu terus coba untuk mendapatkan informasi pemesan kamar 501. Kalau perlu, gunakan uang sebanyak yang diperlukan. Saya hanya menginginkan gadis itu. Mengerti?" Ucap Brama lagi.

"Saya mengerti tuan" balas Gilang.

TOK!TOK!

Suara pintu yang diketuk membuat Brama dan Gilang memutar kepala kearah pintu. Tampak salah satu karyawan Brama berdiri dan melapor.

"Tuan, calon sekretaris baru anda sudah datang. Haruskah saya biarkan menunggu atau?" Ucap karyawan itu.

"Persilakan masuk" ucap Brama.

Mendengar hal itu, sang karyawan menoleh ke belakang dan mempersilahkan sosok yang terhalang pintu kaca ruangan Brama untuk masuk. Saat sosok itu berjalan masuk, pandangan Brama langsung terpaku pada sepasang mata yang indah, yang ia rasa pernah melihatnya. Karena pada malam itu, Brama juga dalam keadaan setengah sadar karena sedikit mabuk. Hingga ia tidak begitu mengingat wajah Dara, wanita yang ia renggut kehormatannya. Ternyata wanita yang melamar sebagai sekretaris Brama adalah Dara.

Sama seperti Brama, Dara juga membeku ditempat saat melihat Brama, seakan Dara mengenalinya. Saat Dara menarik kursi di depan meja kerja Brama untuk sang sekretaris baru, Gilang bingung dengan ekspresi Dara.

"Nona Dara Vandella, anda baik-baik saja?" Tanya Gilang.

Dara memutuskan menggunakan nama keluarga ibunya setelah Arman mengusir dan tak mau mengakui dirinya sebagai anak. Di tempat nya, tubuh Dara bergetar dan ekspresinya yang tadi tenang sekejap berubah diselimuti ketakutan.

Dara terus memperhatikan wajah Brama dengan saksama. Dalam sekejap Dara langsung mengenali wajah itu. Dia adalah pria yang merenggut kehormatannya di malam itu. Entah apa yang terjadi, ingatan Dara tiba-tiba tajam dan mengenali wajah Brama. Namun anehnya Bramalah yang tidak mengingat bahkan tidak mengenali wajah Dara.

Sadar akan dirinya membuat Gilang bingung, Dara memaksakan sebuah senyuman.

"Y-ya, saya baik-baik saja. Maaf, saya agak gugup" ucap Dara sambil duduk di kursi yang ditunjukkan Gilang.

Kedua tangan Dara saling terpaut dan meremas. Dia tak bisa menatap kearah pria dihadapannya karena sangat dekat. Hingga sepasang mata Dara terhenti saat melihat benda yang tampak familiar. Dara mamicingkan mata untuk mengamati kalung yang berada didekat tangan Brama. Setelah dapat melihatnya dengan jelas, kedua bola matanya membulat lebar.

"Kalung itu?" Batin Dara menyipitkan matanya melihat benda yang familiar yang sedang dipegang oleh Brama.

Dara kehilangan kalungnya. Dia mulai ingat ketika beberapa Minggu yang lalu, ketika mandi dirinya sudah mencari kemana-mana, namun belum juga menemukannya. Ketika melihat kalung itu ada di tangan Brama, Dara ingin bertanya untuk memastikan apakah itu benar kalung miliknya. Tanpa kalung itu dan meskipun hanyalah sebuah benda tak bernyawa, hidup Dara serasa tak lengkap. Hanya kalung itu yang dapat mengingatkan Dara kepada mediang ibunya.

Kegelisahan Dara rupanya tertangkap oleh Brama. Brama melihat Dara dan kalung itu secara bergantian. Dia sengaja menggeser plan kalung itu dan mata Dara mengikuti pergerakannya. Brama mengangkat salah satu alis keheranan. Mengapa Dara tertarik kepada kalung itu?.

"Nona Dara Vandella. Kenapa anda sepertinya terkejut melihat ini?"tanya Brama menggantungkan kalung tersebut di antara jemarinya.

"Apa kamu mengenali kalung ini?" Tanya Brama lagi.

DEG!

Dara tak ingin Brama tau bahwa dirinya adalah wanita pemilik kalung tersebut. Melihat Brama yang tak mengenali dirinya dan juga membawa kalung miliknya, besar kemungkinan jika Brama sedang mencari dirinya. Meskipun Brama hanya ingin mengembalikan kalungnya, Dara tak ingin membahas tentang malam itu. Terlebih lagi, dengan pria itu sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!