Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Rivandra terbangun jam tujuh malam. Mengingat saat makan siang bersama dengan Arsyilla, meskipun Arsyilla selalu menghindar dari tatapan Rivandra karena tidak enak hati dengan Valencia. Setelah makan siang, Arsyilla menjelaskan tentang obat yang harus di minumnya nanti. Lalu pulang bersama Zaen.
Rivandra tersenyum saat melihat bros yang di selalu di gunakan Arsyilla di hijabnya berhasil dia ambil sebelum Arsyilla menyadarinya. Bros yang membentuk inisial A.
Hati Rivandra sudah sedikit lebih ringan setelah tahu kalau Arsyilla sebenarnya sudah mempunyai perasaan yang sama dengannya. Rivandra bangun dan duduk di meja kerjanya. Membuka berkas yang di bawa Arsyilla, membukanya di halaman terakhir yang terdapat icon matahari sedang memeluk bumi. Tidak seperti ekspresi matahari yang di gambar Arsyilla di gelas kopi americano waktu itu. Matahari yang ada di berkas Arsyilla memiliki icon love di kedua matanya. Seolah mnjadi sindiran untuk Rivandra yang sedang mencintai Arsyilla. Melihat icon itu membuat Rivandra tertawa lirih.
"Kamu belum tidur, Rivan?" tanya Valencia saat mengintip kamar Rivandra. Lalu masuk ke kamar Rivandra saat tahu anaknya tengah bekerja.
Rivandra yang sedang duduk di meja kerjanya, bangkit dan mendekat ke arah Valencia yang tengah duduk di atas ranjang Rivandra. Senyum masih tidak bisa hilang dari wajahnya.
"Apa mama memerlukan sesuatu?" tanya Rivandra balik.
Valencia tersenyum dan mengecek kondisi suhu tubuh Rivandra yang masih hangat. Lalu telapak tangannya berhenti di pipi Rivandra.
"Ini pertama kalinya mama melihatmu tersenyum bahkan tertawa, Rivan. Terlihat begitu nyaman dengan keberadaan teman-temanmu. Mama senang melihatnya." sindirnya.
Rivandra kembali hanya tersenyum. "Ada apa, Ma?" tanya Rivandra.
"Apa sudah lebih baik?"
"Iya. Aku sudah sehat, Ma."
"Dasar bodoh! Yang mama tanyakan hatimu, bukan kesehatanmu." goda Valencia.
"Maksud mama?"
"Mama bisa melihat matamu berbinar setiap kali melihatnya." jawab Valencia sambil tertawa.
Rivandra tersenyum getir, "Mama menyadarinya?"
Valencia tertawa, "Kamu itu anak mama, Rivan. Gimana mama gak tahu dengan perubahanmu?"
"Lalu, apa aku boleh mengikuti kata hatiku?"
Valencia terdiam beberapa saat, "Sudah cukup kamu bersenang-senang di luaran sana, Rivan. Sekarang saatnya kamu fokus dengan masa depanmu bersama Katty. Ingat, Katty!!"
"Darimana mama tahu kalau aku bersenang-senang di luaran?!" protes Rivandra.
Rivandra pikir mamanya akan bisa memahami hatinya tidak seperti papanya.
"Papa selalu melaporkan setiap gerak gerik kamu dan Shayna. Papa itu menyayangi kalian, selalu mengawasi kalian tanpa kalian sadari."
"Sayang? Apa itu arti sayang dari perspektif mama dan papa? Dengan mengawasi gerak gerik kami? Anak-anak mama sendiri, apa kalian tidak sepercaya itu pada kami?"
"Kalian jangan salah faham. Mama dan papa melakukannya karena mama dan papa sadar, kami gak bisa mengawasi kalian selama dua puluh empat jam. Pengawasan kami terbatas hanya saat kalian berada di rumah. Karena itu, papa menyuruh orang untuk mengawasi kalian di luar sana. Papa dan mama gak mau kalian terlibat skandal apapun."
"Ma, aku dan Shayna sudah dewasa. Kami sudah bisa bertanggung jawab pada hidup kami sendiri. Tentu saja kami juga bisa bertanggung jawab dengan kebebasan yang kalian berikan." protes Rivandra.
"Buktinya? Bisa-bisanya kamu sampai jatuh cinta pada pegawai rendahan dengan latar belakang keluarga yang gak jelas seperti dia?!" hardik Valencia.
"Mama bahkan sudah mencari tahu tentang Syilla. Sudah sejauh mana mama bertindak?"
Valencia berdiri dengan marah. "Akan lebih jauh kalau kalian masih berhubungan."
Rivandra tersenyum sinis, "Karena itu, mama mendukung keputusan Syilla ingin belajar keluar negeri. Di negara yang tidak bisa aku atau Shayna datangi?"
"Setidaknya mama dan papa tidak perlu turun tangan untuk memisahkan kalian. mama senang, dia ternyata cukup pintar untuk sadar diri dia tidak sebanding dengan keluarga Danendra."
"Aku tidak akan memaafkan mama dan papa kalau sampai menyentuh Syilla." ancam Rivandra.
"Sudah cukup, Rivan! Cukup hari ini mama melihatmu sampai mengemis cinta pada pegawai rendahan seperti dia!!" bentak Valencia.
"Karena aku tidak bisa menemukan cinta di rumah ini! Mama dan papa selama ini hanya sibuk dengan masing-masing bisnis kalian. Apa kalian sempat bertanya pada aku atau Shayna, apa yang sedang kami rasakan, apa yang sedang kami butuhkan? Kenapa memilih luar negeri sebagai alternatif pendidikan kami? Karena kami gak tahan berada di rumah tanpa cinta seperti rumah kita."
"Tapi bukan berarti kamu mencari cinta dengan pegawai rendahan seperti dia!! Atau, jangan-jangan kalian bahkan sudah melakukan skandal memalukan seperti yang dilakukan Heru?" tebak Valencia.
Rivandra tertawa, "Iya, kenapa gak terpikirkan untuk melakukan skandal yang mama katakan tadi? Aku tidak perlu susah payah membujuk Katty untuk membatalkan pernikahan kami." tantang Rivandra.
"Rivan, jaga mulutmu!!" bentak Valencia murka.
"Aku pikir mama bisa memahamiku lebih baik daripada papa. Ternyata aku salah, mama dan papa lebih mementingkan perusahaan daripada anak-anak mama. Aku kecewa sama mama."
"Tempo hari Shayna sudah berani bersikap kasar pada papa. Dan sekarang, kamu sekasar itu pada mama. Rupanya wanita itu benar-benar membawa pengaruh buruk pada kalian."
Rivandra semakin tertawa, seolah menertawakan nasibnya mempunyai orang tua yang tidak bisa peka dengan hati anak-anaknya. Sangat berbeda saat bersama Bu Kinasih, wanita yang sanggup merawat puluhan anak-anak terlantar meskipun tidak terlahir dari rahimnya sendiri.
Mengingat Bu Kinasih, Rivandra kembali teringat Arsyilla. Dadanya yang terasa sedikit ringan menjadi kembali sesak. Rivandra yang sudah menyadari kalau Arsyilla mempunyai perasaan yang sama dengannya, mulai berpikir untuk membujuk Katty agar mau membatalkan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Tapi, saat mengetahui papa selalu mengawasi gerak geriknya bahkan mama mulai menyelidiki tentang Arsyilla. Membuat Rivandra ragu dengan keputusan yang akan diambilnya nanti. Takut kenekatan orang tuanya akan membahayakan Arsyilla.
"Jangan bertindak gegabah apalagi sampai berusaha membuat skandal untuk membatalkan pernikahanmu dengan Katty. Kamu tahu senekat apa papamu kalau kamu berani mengacaukan kerja sama yang papamu rintis. Mama yakin, kamu gak mau terjadi sesuatu pada wanita itu."
"Sudah aku bilang, aku tidak akan memaafkan kalian kalau sampai berani menyentuh Syilla. Aku tidak perduli meski aku harus melepaskan nama Danendra seperti yang papa bilang." ancam Rivandra sembari membuka pintu kamarnya seolah pertanda ingin Valencia keluar dari kamarnya.
"Kamu mengusir mama?!"
"Atau aku yang harus pergi?"
"Tidak, mama yakin kamu hanya mau menemui wanita itu."
"Aku senang akhirnya mama bisa sedikit peka dengan keinginanku." sindir Rivandra.
Valencia menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka orang secuek Rivandra bisa begitu buta mencintai pegawai rendahan seperti Arsyilla.
"Mama harap kamu tetap menjadi Rivandra Danendra, anak kesayangan mama dan papa." kata Valencia sedikit memohon.
Rivandra menghindar dari tangan Valencia yang ingin menyentuh wajahnya. Dan menutup pintu kamarnya setelah Valencia keluar.