Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar Mommy si kembar
.
.
.
Tak lupa si kembar mengambil tas mereka masing-masing didalam mobil setelah itu baru mereka mengikuti anak itu.
"Kalian membawa tas?" tanya Darmendra, si kembar mengangguk.
"Nanti ada gunanya Dad." Ram.
"Terserah kalian sajalah." Darmendra.
Tidak berapa lama kemudian mereka pun sampai dirumahnya anak itu, rumah yang terlihat sangat tidak layak, dinding nya dari bambu dan hanya berlantaikan tanah serta atap yang sudah bolong dibeberapa tempat.
Anak itu mengucapkan salam kepada ibunya, sang ibu pun keluar dan heran melihat ada orang asing bersama anaknya.
"Bu, ini ada nasi untuk ibu, nenek dan adik makan." ucap anak itu sambil menyerahkan kantong plastik hitam yang berisikan makanan.
"Siapa mereka Nak?" tanya ibu itu.
"Mereka orang baik Bu, mereka juga yang memberikan ini," jawab anak itu.
"Oh terimakasih banyak Tuan," ucap ibu itu.
"Sama sama Bu, kebetulan tadi kami bertemu dengan anak ibu jadi kami ikut kemari," Darmendra.
"Saya tidak bisa membalas kebaikan Tuan, keadaan kami saja seperti ini." ucap ibu itu.
"Kami tidak meminta balasan, kami ikhlas kok menolong orang yang butuh pertolongan." Roy.
"Anak Tuan sangat cerdas, Subhanallah kembar tujuh dan wajahnya semua sangat mirip," ucap ibu itu.
"Iya Bu, Alhamdulillah, kalau boleh tau suami ibu kemana?" tanya Darmendra.
"Suami saya sudah meninggal tiga tahun lalu, saat ini kami hanya tinggal berempat dan ibu mertua saya juga sakit." jawab ibu itu.
Darmendra dan si kembar yang mendengarnya pun terenyuh.
"Ibu tidak punya pekerjaan?" tanya Darmendra lagi.
"Dulu saya jualan nasi kuning dan kue dipinggir jalan sana, usaha kecil-kecilan untuk makan sehari hari, tapi sekarang sudah tidak ada modal lagi karena uangnya harus digunakan untuk berobat mertua saya."
Darmendra mengeluarkan amplop berisi uang dari saku jasnya, dan menyerahkan kepada ibu tersebut. cukup tebal juga dan tau berapa isi didalamnya.
"Ini Bu terimalah, mungkin bisa berguna untuk biaya pengobatan mertua ibu dan untuk modal usaha ibu nantinya," Darmendra menyerahkan amplop itu, tapi ibu itu masih ragu ragu untuk menerimanya.
"Ta... tapi tuan..." perkataan ibu itu terpotong.
"Ambil aja Bu, saya ikhlas." ucap Darmendra, akhirnya ibu itupun mengambilnya.
Kemudian si kembar pun mengeluarkan uang dari dalam tas mereka masing-masing, lalu mereka kumpulkan jadi satu. semua uang si kembar ada tujuh ikat, satu ikat ada sekitar 5 juta rupiah. karena Ray yang lebih tua jadi mereka mengumpulkan nya ketangan Ray.
Lalu Ray menyerahkan uang itu mewakili saudara saudaranya. ibu itupun merasa terharu.
"Diterima ya Bu, ini ikhlas dari kami." ucap Ray mewakili saudaranya.
"Tapi ini kebanyakan Nak." ucap ibu itu dengan tangan gemetar ia mengambil uang tersebut, seumur umur dia belum pernah melihat uang sebanyak itu.
"Tidak apa-apa Bu, dan semoga bermanfaat." Ray.
Setelah itu mereka pun pamit, ibu dan anak itu mengucapkan syukur ternyata didunia ini masih ada orang baik. Si kembar dan Darmendra kini sudah berada didalam mobil.
"Daddy ingin mendengar pendapat kalian, nanti malam Daddy ingin melamar Mommy kalian." ucap Darmendra to the point, sambil menjalankan mobilnya.
"Daddy mau yang romantis?" tanya Ram.
"Hmmm, bagaimana menurut kalian?" Darmendra.
"Daddy ajak Mommy makan malam, selebihnya biar kami yang atur." ucap Ram.
"Daddy siapkan cincin lamaran, kami akan siapkan tempatnya." Rakha.
"Pokoknya Daddy tanggung beres deh, nanti jam tujuh malam bawa Mommy ketempat itu." Roy.
"Benar kalian yang atur semuanya?" tanya Darmendra, si kembar pun mengangguk, "baiklah kalau begitu."
Akhirnya mereka pun sampai ke mansion, setelah memarkirkan mobil di garasi, si kembar pun berlari masuk kedalam. Diruang tamu ada Oma dan Opa mereka, si kembar tidak lupa mencium tangan Oma dan Opanya setelah itu baru mereka masuk kekamar masing masing.
"Tumben sudah pulang jam segini?" tanya Vera pada Darmendra.
"Tadi habis jemput si kembar setelah itu jalan jalan sebentar jadi malas mau ke kantor lagi." jawab Darmendra.
Malam hari...
Seperti yang sudah direncanakan oleh si kembar, Darmendra kini mengajak Diva makan malam disuatu tempat. Darmendra mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sedangkan si kembar bersama supir juga pergi ketempat tersebut.
"Mengapa kita kesini?" tanya Diva saat mereka tiba ditempat itu.
"Aku ada sesuatu yang ingin aku sampaikan." jawab Darmendra.
"Tempat itu dihias seromantis mungkin, dengan dihiasi bunga dan lilin sebagai penerangnya.
"Mari silahkan duduk," ucap Darmendra, sambil menggeser kursi tempat Diva duduk.
Setelah Diva duduk barulah giliran Darmendra yang duduk. Diva memandang sekeliling terasa ada yang aneh dengan sikap Darmendra saat ini, tapi Diva tidak mau protes. Darmendra sudah memesan makanan untuk makan malam keduanya.
Tidak berapa lama pesanan mereka pun sampai dan ditata dimeja mereka oleh pelayan. Diva dan Darmendra pun makan dengan nikmat.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu katakan?" tanya Diva to the point, Darmendra pun mengangguk.
Akhirnya mereka pun selesai makan malam, Diva menoleh kearah Darmendra menunggu apa yang akan dikatakan olehnya? saat Diva ingin bertanya lagi. Namun tiba-tiba...
Duar...duar, suara kembang api Diva pun langsung menoleh kearah suara itu.
Diva sempat tertegun dengan kembang api yang berbentuk love, hatinya menghangat seketika. kemudian Darmendra mengeluarkan kotak kecil berwarna merah, lalu membukanya terlihat sebuah cincin berlian didalamnya.
"Divya Dewi Aurora, maukah kau menikah denganku? menjadi pendamping hidupku? dan menjadi ibu dari anak anakku?" tanya Darmendra. Diva terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Maafkan aku, aku tidak bisa...." belum habis Diva menjawab, Darmendra sudah memotong pembicaraan itu.
Dengan wajah muram Darmendra berkata, "aku tau kamu pasti akan menolak."
"Tapi aku belum selesai ngomong." Diva.
"Tidak perlu diteruskan, aku sudah tau jawabannya." Darmendra.
"Tapi aku tidak bisa menolak," ucap Diva, Darmendra masih belum ngeh.
Saat ia menyadari kata kata Diva, Darmendra pun langsung meminta Diva mengulanginya.
"APA?" suara Darmendra naik beberapa oktaf, "coba ulangi lagi kata katamu."
"Tidak ada siaran ulangan, karena ini siaran langsung." canda Diva.
"Aku hanya merasa kurang percaya dengan jawaban kamu, tadinya kupikir kamu akan menolak, ternyata aku kena prank." Darmendra.
"Aku belum selesai ngomong sudah kamu potong," Diva.
"Jadi benar kamu terima aku?" tanya Darmendra, dan dijawab anggukan kepala oleh Diva.
"Kita panggil si kembar kemari, semua ini adalah ide mereka." Darmendra.
"Si kembar ada disini?" tanya Diva, Darmendra pun mengangguk.
Darmendra menelpon si kembar, setelah beberapa menit mereka pun sudah berada didekat Mommy dan Daddy-nya. si kembar tersenyum tampan melihat Daddy nya nampak bahagia.
"Bagaimana Dad? apakah diterima?" tanya Raffa.
"Tentu, terimakasih ide kalian." jawab Darmendra.
Diva tersenyum, ternyata anak anaknya berinisiatif untuk menyatukan dirinya dan Darmendra.
"Anak anakku kalian memang sangat jenius." batin Diva.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇