Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.26
Dengan hati yang penuh sesak seorang gadis berjalan gontai menelusuri lorong rumah sakit.
Sama sekali tak menyangka bahwa hal yang ditakutkan selama ini benar-benar terjadi.
Masih meneteskan air mata, tak mampu menerima kenyataan.
" Aku harus bagaimana? Apakah aku tidak menarik di matamu ? Aku kurang apa, Bim ?" Ucapnya terlihat begitu sedih.
Saat ini Bianca benar-benar kacau dan tidak fokus menyetir.
" Hallo, " Bianca menelpon seseorang.
" Ya, hallo, Nona! Ada yang bisa kubantu?" Ujar seseorang di balik telepon.
" Temui aku di tempat biasa," ujarnya kemudian menutup telepon.
Bianca melajukan mobilnya di suatu tempat menemui seseorang.
" Aku harus melakukan ini, Bim ! Kamu adalah milikku." Ujarnya.
" Jika ada orang lain yang memiliki mu, maka itu adalah aku, Bianca. Aaakh, aku tidak bisa terima penghianatan kamu, Dirga. " teriaknya dengan air mata yang semakin merembes di pipi.
" Hanya Bianca yang pantas mendampingi mu, bukan yang lain. Termasuk perempuan kampung itu.
Tak lama kemudian mobil Bianca berhenti di sebuah rumah yang kosong. Di sana belum ada orang, sehingga dia terus berjalan tanpa mempedulikan sekitarnya.
" Hallo, aku sudah sampai, "ujar Bianca dengan seseorang di balik telepon.
" Baik Nona, saya sudah berada di depan.
" Kenapa kamu di situ? Bagaimana jika ada orang yang melihatmu?"Ujar Bianca dengan melihat-lihat di sekitarnya.
Setelah memastikan bahwa tidak ada orang, dia pun pergi menemui seseorang di balik telepon tersebut.
Sebuah rencana yang disusun rapi oleh Bianca bersama orang itu, Bianca merasa puas dengan rencananya yang matang, namun hal itu membuatnya lega jika dia sudah mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
" Apa Nona yakin dengan usaha ini ?"
" Coba saja dulu, jika tidak berhasil kita menggunakan cara yang lain.
" Baik, Nona. Ujar orang misterius itu kemudian pergi. Bianca tersenyum puas dengan apa yang direncanakan hari ini.
" Kamu sudah menyakiti ku, Dirga. Dan tunggu apa yang bisa kul4kukan. Wanita itu terlalu istimewa untuk mu bukan, baiklah. Ujarnya tersenyum misterius.
***
Hadirmu adalah sebuah kebahagiaan untukku
Kamu adalah penguatku
Segala hal bisa kulewati dengan kuat asal bersamamu
Tidakkah kau sadari, mommy menantikan kehadiranmu tidak sabar lagi.
Baby momy harus kuat ya.
Di sebuah kamar sederhana, Kinani termenung sendiri. Menatap perut ratanya sembari mengusap dengan lembut penuh kasih.
" Ceklik,"
Dirga a masuk tanpa permisi di kamar istrinya. Belakangan ini Dirga lebih banyak tidur di kamar Kinara ketimbang di kamarnya sendiri. Dia membuat aturan namun dia pun yang melanggar.
" Perut kamu kenapa?" Tanyanya khawatir melihat Kinara mengelus perutnya.
"Em- tidak kok, perut aku hanya gatal sedikit, "bohongnya.
" Maaf, mas. Kinan belum memberitahu mu mengenai kehadiran anak kita, karena aku takut kamu menolaknya. Tapi aku janji, di hari ulang tahunmu aku akan mengatakannya, kamu ingin menerima bayi ini atau tidak, itu terserah kamu, mas. " lirihnya dalam hati.
" Kenapa menatapku ?Kamu butuh sesuatu?"
Tanyanya pada istrinya yang masih menatapnya.
Dirga menyelimuti Kinara dengan penuh perhatian, hati Kinan semakin luluh dengan sikap Dirga seperti ini padanya.
" Jika aku hamil bagaimana, Mas?
Dirga terdiam sejenak menatap Kinara mendengar penuturannya.
"Kamu tidak mungkin hamil, kita hanya mel4kuk4n beberapa kali saja. Itu tidak mungkin.
Kinara meremas selimut yang menutupinya dengan memejamkan mata. Inilah yang ditakutkan selama ini sehingga ia tidak berani mengatakannya.
"Tidur lah! Jangan memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi!" ujar Dirga mengajak istrinya tidur.
" Kinara," Dirga menuntun istrinya mengistirahatkan badannya yang masih lemah.
"Kamu ingat kata dokter ? Kamu harus istirahat yang banyak.
Dengan perasaan sedih, Kinara ikut merebahkan tubuhnya di samping suaminya, namun membelakangi.
" Kenapa membelakangi ku ?" Tanyanya heran, biasanya Kinara ikut m3m3luknya.
Hening tak ada suara. Dia tak tahu saja jika Kinara saat ini sedang menangis, hatinya sangat sakit dengan ucapan Dirga tak menginginkan kehadiran bayinya.
Tidak peduli dengan kebungkaman istrinya, Dirga berbalik memeluk istrinya dengan hangat.
Suasana malam terasa dingin, hujan di luar sana makin deras. Kedua pasutri tersebut sedang tidur nyenyak sambil saling berdekapan.
" Mas, bangun! Sudah pagi," panggil Kinara yang sudah terlihat rapi.
" Emmng," Dirga hanya melenguh masih bergeming di tempat tidurnya.
" Mas, jangan salahkan Kinara kalau kesiangan ya!" ujarnya tegas.
Dirga terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya.
Seketika Dirga terkesima melihat istrinya dengan penampilan semakin cantik.
" Mau ke mana?" tanyanya melihat pakaian istrinya terlihat rapi.
Dia baru memperhatikan istrinya, kini tubuhnya semakin mol3k, pipi mulusnya sedikit tembem dengan b1b1r semakin s3ksi.
" Ke kantor, mas."jawabnya membuat Dirga mendengus kesal.
" Aku sebagai suami mu melarang mu bekerja hari ini!" Okay. "Tegas Bima.
"Tapi, mas!"
" Tak ada tapi-tapian, kamu harus istirahat di rumah. "Ujarnya tak ingin dibantah seraya mengambil handuk masuk ke kamar mandi.
Kinara cemberut namun bergegas menyiapkan pakaian untuk suaminya, setelahnya dia ke dapur menyiapkan sarapan pagi.
Dirga datang dengan pakaian elegannya, kemudian duduk menyantap makanan yang disajikan istrinya.
"Kamu tidak ikut makan?"tanyanya.
" Mas makan duluan aja," jawabnya singkat.
" Kamu kenapa sih ? Sejak semalam sikap mu berubah? Aku salah apa sih?" tanya Dirga beruntun tak suka melihat sikap Kinara tak seperti biasanya.
" Habiskan makannya, Mas ! Aku ingin cuci piring." Ujarnya tak ingin menjawab pertanyaan suaminya.
Dirga nampak tak tahan kekesalannya sehingga ia memb4nting benda yang ada di tangannya.
" Pr4ng!"
Pec4han piring berserakan di lantai karena ulah Dirga, kemudian ia berlalu begitu saja setelah melampiaskan kekesalannya.
Suci terdiam kaku di tempatnya menatap punggung suaminya yang melewatinya tanpa menyelesaikan makanannya.
Kinan meneteskan air mata, selama hamil dia mudah sekali terbawah suasana. Hal sekecil apapun air mata mudah meleleh.
" Maaf," tiba-tiba suara itu sangat mengejutkan Kinan.
Dirga memeluk Kinara dengan perasaan bersalah, kemudian mengecup lembut kening istrinya.
Dirga tak tahu ada apa dengan dirinya? Dia tidak bisa melihat istrinya bersedih belakangan ini. Dia pun tak bisa jauh dari istrinya. Hatinya gelisah jika tak melihat istrinya dalam sesaat.
" Jangan kemana-mana!Aku akan pulang sebentar siang." Ujarnya lalu mengecup singkat b1bIr tipis istrinya.
" Mas, pergi ya!" Izinnya, dan Kinara semakin kelepek dibuatnya.
Entah kenapa Dirga ikut sakit jika melihat istrinya tersakiti, dia pun tak tahu, padahal rencana awalnya tak seperti ini.
Dirga melajukan mobil dengan pelan meninggalkan Kinara dengan perasaan gelisah.
" Ada apa dengan ku ? Kenapa hatiku merasa was-was seperti ini ?" Ujarnya.
Dirga terus melajukan mobilnya dengan pelan, ingin berbalik ke rumah karena khawatir dengan kondisi istrinya, tiba-tiba Rahes menelpon agar segera sampai ke perusahaan.
Mahendra menunggunya di sana.
" Jaga diri baik-baik ! Aku akan balik ke rumah makan siang, " sebuah pesan untuk istrinya dan Kinara terlihat senyum-senyum sendiri membaca chat dari suaminya.
"Makasih, Mas, dengan cepat Kinara membalas pesan itu dengan hati yang berbunga-bunga, seperti orang yang sedang jatuh cinta.