Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
..."Jangan khawatir, seluruh upaya yang kamu lakukan akan berbuah manis. Berusaha saja yang kuat dan berdoa pula yang kuat"...
...🌹🌹🌹...
Rasa cinta yang dulu tulus pada lelaki itu kini berubah menjadi obsesi baginya. Perasaan takut menghinggapi hatinya jika tidak mendapatkan Khalif. Amarah kini meliputi hatinya, air matanya terus mengalir deras. Dia memegang erat setir mobilnya, keluar dari kantor Khalif.
Sementara di kantor Khalif, dia memijat keningnya yang terasa sakit. Sungguh dia tidak mengerti dengan sifat Chaterine sekarang, dulu gadis itu tidak seperti sekarang. Apa yang membuat dia berubah?. Memikirkan semuanya kepala Khalif rasanya semakin bertambah sakit saja.
Tok tok tok
Pintu ruangan Khalif di ketuk"Masuk" suruh Khalif. Dia melihat ke arah pintu, ternyata Alma yang datang.
"Mas masih sibuk?" Alma menghampiri Khalif.
Pertanyaan Alma tidak dijawab oleh Khalif, dia hanya membawa tubuh Alma kedalam pelukannya. Menghirup aroma tubuh istrinya yang menenangkan. Khalif melihat ke arah tangan Alma yang membawa kotak makanan.
"Tadi pagi mas nggak sempat makan, cuman sarapan roti aja, makanya Alma bawain makan" Alma seakan mengerti apa yang terlintas di kepala Khalif. Khalif tersenyum melihat istrinya, perasaan yang tadi kacau berubah menjadi tenang. Alma seperti obat penenang baginya.
"Makasih sayang" Khalif mencium kening Alma dengan sayang. Kemudian memeluk kembali tubuh istrinya.
"Mas mau makan sekarang?"
"Nanti saja, mas masih pengen peluk kamu. Kangen." ucap Khalif manja.
Alma tertawa melihat tingkah Khalif,"Mas belum lapar? Padahal tadi pagi cuman sarapan dikit Lo" bujuk Alma kembali.
"Mas maunya makan kamu saja"
Alma menepuk paha Khalif, semakin lama tinggal dengan Khalif, membuatnya tau seperti apa sifat asli suaminya ini.
"Mas lagi ada masalah?" selidik Alma, dari raut wajah Khalif dapat dia lihat bahwa Khalif sedang banyak pikiran, walaupun Khalif bercanda tidak dapat menyembunyikan itu dari Alma.
"Tidak, memang masalah apa? pekerjaan semuanya aman" ujar Khalif mengambil makanan yang ada di atas meja untuk menghindari kecurigaan Alma.
"Baiklah kali ini Alma percaya, tapi kalau mas ada masalah, mas bisa cerita sama Alma. Alma akan menjadi pendengar yang baik untuk mas"
"Iya sayang" Khalif memeluk Alma dengan sayang.
"sayang, kamu gemukan?" tanya Khalif sambil memutar badan Alma ke kanan dan ke kiri. Menatap pipi Alma yang semakin berisi, dan ada juga bagian tubuh Alma yang semakin berisi.
Alma melotot menatap Khalif, lalu dia menghela napas panjang. Wajahnya di tekuk, kesal karena Khalif menyebut nya gemuk. Dia menjauh dari Khalif.
"Lo kok mukanya di tekuk gitu?"
"Mas apa aku gemuk?" kening Khalif berkerut mendengar pertanyaan Alma. Sekarang dia mengerti dimana letak salahnya. Wanita memang tidak mau di sebut gemuk walaupun pada kenyataannya memang gemuk. Khalif mengulum senyum nya, dan kembali mendekati Alma.
"Maksud mas, bukan gemuk sayang. Tapi semakin berisi, dan mas suka kamu yang berisi seperti ini" Khalif mencoba meredam kekesalan Alma.
"Itu sama saja mas, berisi berarti gemuk"
"Bedalah sayang, kalau berisi itu tubuh kita memiliki proporsi otot yang baik dan sedikit lemak, dan memiliki massa otot yang lebih tinggi di bandingkan dengan lemak tubuh. Sedangkan gemuk memiliki jumlah lemak yang berlebihan" Khalif menjelaskan panjang lebar, sudah seperti guru yang sedang mengajar di dalam kelas.
Alma diam dan mendengarkan dengan baik penjelasan Khalif.
"Benar aku nggak kelihatan gemuk mas?" tanya Alma kembali.
"Tidak sayang, sekalipun kamu gemuk mas tetap suka" goda Khalif.
"Ck bohong"
"Tapi akhir-akhir ini nafsu makan aku lagi naik sih" gumam Alma.
Beberapa hari ini dia suka segala makanan yang di masak oleh bik Minah.
*****
Hari ini Alex mendatangi adiknya, setelah kejadian yang terjadi di kantor Khalif dia berniat ingin bicara baik-baik dengan adiknya.
Dan disinilah dia sedang, di rumah yang tergolong besar untuk ditempati seorang gadis, walaupun bukan hanya Chaterine yang tinggal disana.
Alex meluangkan waktunya untuk berbincang dengan Chaterine. Saat masuk ke dalam rumah, matanya menatap sekeliling, tidak banyak yang berubah dari rumah ini. Kecuali beberapa perabotan yang diganti Beru oleh Chaterine. Di sebelah kanan ada sebuah bufet yang di atasnya terdapat figura kedua orang tuanya. Dan poto dia bersama Chaterine kecil.
Alex mengambil bingkai Poto tersebut menatapnya dengan perasaan rindu. Dia rindu masa-masa kecil mereka. Alex, Chaterine, dan Zalfa waktu kecil cukup dekat. Tetapi setelah beranjak dewasa ketiganya memberi jarak diantara mereka, terlebih Chaterine yang mengikuti kedua orang tuanya pindah ke luar negeri. Sementara Alex tetap tinggal di Indonesia. Karena itu dia dan Zalfa tetap berhubungan baik sampai sekarang, tidak, sekarang hubungan dia dan Zalfa tidak bisa di katakan baik. Semenjak dia menolak perasaan gadis cantik itu.
"Kakak ngapain kesini?" suara Chaterine menyadarkan Alex. Lalu meletakkan kembali Poto itu ketempatnya.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Kakak mau bicara apa? Tentang masalah yang kemarin?" tebak Chaterine. Die berjalan menuju kulkas kemudian mengeluarkan sebotol air lalu meminumnya. Sementara Alex duduk di kursi pantry, dia menatap lekat adiknya.
"Ya, tentang masalah yang kemaren"
"Apa yang mau kakak bicarakan?" tanya Chaterine yang melipat kedua tangannya di dada.
"Chate tidak bisakah kamu berhenti mengharapkan Khalif? Dia sudah menikah, dan hubungan kalian sudah lama selesai. Dan kamu jangan terus-terusan membuang waktu dengan terus menemuinya" ucap Alex panjang lebar.
"Aku tidak bisa" tolak Chaterine dengan tegas.
"Chate"
"Sebagai kakak seharusnya kakak mendukung hubungan aku dengan Khalif. Bukan malah menyuruh aku berhenti mengharapkan Khalif" emosi Chaterine sudah terpancing. Dia kesal melihat kakaknya tidak berada di pihaknya. Padahal dia berharap setidaknya Alex mendukung hubungannya dengan Khalif. Kedua orang tuanya sudah melarang Chaterine untuk pulang ke Indonesia, mereka tau kepulangannya bukan karena rindu dengan tanah kelahirannya melainkan ingin memperbaiki hubungannya dengan Khalif. Karena orang tuanya sudah tau bahwa Khalif sudah menikah. Dan mereka sudah melarang Chaterine.
"Aku tidak mungkin mendukung kamu dengan Khalif sedangkan aku tau dia sudah menikah. Aku tidak sejahat itu Chate, aku tidak bisa merusak kebahagiaan orang" sindir Alex.
"Aku tidak merusak rumah tangga mereka. Tapi jika itu terjadi bukannya malah bagus, dengan begitu aku bisa kembali lagi dengan Khalif"
"Chaterine apa kamu sudah tidak waras? Apa kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan?" sentak Alex. Chaterine tidak bisa di ajak bicara baik-baik, pikirannya sudah tidak sehat.
"Ya, aku sudah tidak waras. Terserah kakak mau ngomong apa, yang jelas aku tidak akan berhenti menemui Khalif. Kalau perlu aku akan mendatangi istrinya" ancam Chaterine.
"Chate kakak mohon, jangan seperti ini. Dimana Chaterine yang kakak kenal dulu? Gadis yang baik yang tidak akan merendahkan harga dirinya" Alex mendekati Chaterine memeluknya dengan sayang. Dia tidak tau kenapa Chaterine bersikap seperti ini. Apa dia sedang ada masalah? Dan kenapa dia tidak memberi tahu Alex?
*****