Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Luapan
“Aura!, menyingkirlah! Ini urusanku dengan jalang ini!” Ryo mencoba menahan lengan Aura yang mencoba menusukkan pisau di genggaman Ryo ke jantung Aura.
“Kumohon, maafkan dia Mas … Apapun akan kulakukan untukmu, tapi tolong jangan ambil penglihatan Kak Jesica, ku mohon” pinta Aura.
Ryo menatap dalam wajah Aura, terbesit ingatannya bagaimana wanita itu begitu perhatian ketika ia lumpuh dan buta kemarin, juga jasanya yang sangat besar untuk kesembuhan dirinya. Ya, sejujurnya Ryo merasa memiliki hutang budi pada Aura, tapi tetap ia marah dengan kepura-puraan Aura dan kebohongannya.
“Baiklah!, ini karena kau yang memintanya!” Ryo menyingkirkan tubuh Aura kesampingnya menggunakan lengan.
Ryo mendekati Jesica, kemudian ia menamparnya dengan keras, lalu ia menamparnya lagi dengan keras ke sisi yang lain hingga darah keluar dari mulut Jesica.
Jesica hanya bisa menangis dengan kepedihan di wajah dan hatinya.
“Kau harus berterimakasih pada adikmu, karna dia yang meminta, maka kedua matamu selamat dari kemarahanku. Aku menceraikanmu sekarang juga!, jangan panggil aku suamimu lagi, dan pergi dari sini, jangan ada barang yang kau ambil dari sini atau dari mansion!. Aku akan mengurus surai perceraian secepatnya!”
“Mas, … “ Jesica masih memanggil Ryo dengan tangisnya.
Ryo mendorong tubuh Jesica dengan kakinya, seolah ia sudah tidak sudi menerima panggilan itu dari Jesica. “Pergi sekarang!” pekiknya.
“Singkirkan mereka dari hadapanku!” Ryo menunjuk Andrey dan Jesica.
“Yunda!, buat jalang ini menyesali perbuatannya! Aku muak melihat wajahnya!” perintah Ryo pada Yunda sambil menunjuk dengan isyarat matanya kearah Jesica.
“Mas!, apa yang akan kau lakukan padaku?! tidak, jangan!” pekik Jesica.
“Dan kalian semua pergilah” perintah Ryo pada anak buahnya.
“Aaaarrgh!”
Sambil berteriak dengan sekuatnya, Ryo melangkah kearah meja kaca, ia memukul keras meja hingga kaca pecah berkeping-keping, kemudian ia memukul keras semua yang ada diatasnya, termasuk kaki meja yang terbuat dari kayu mahoni. Semuanya hancur berantakan dan meja-pun patah.
Tak hanya disitu, Ryo mengangkat kursi kecil di dekatnya, kemudian membantingnya keras kearah sembarang, hingga kursi itupun patah tak berbentuk, lalu dilemparnya apapun yang didekatnya. Seolah kemarahan ia luapkan semuanya, kekecewaannya tengah meledak di saat itu.
Napasnya tambah tak terkedali, dengan teriakan yang lebih kuat, ia meninju dinding dengan keras, hingga dinding rusak dan berbekas. Pria itu diam berdiri beberapa saat, dengan bahu yang turun naik menahan emosinya yang tak terkendali, nafasnya yang kencang berdengus. Kemudian Ryo duduk di bibir sofa. Jemarinya penuh dengan darah, Ia meraup kasar rambutnya, menunduk dengan kedua siku bertumpu pada lututnya.
Setelah nafasnya berangsur normal dan keadaannya kembali tenang. Ryo menoleh kearah Aura yang masih sangat syok melihat keadaan dan kemarahan Ryo.
Ryo beranjak mencoba mendekati Aura yang masih membantu dengan tubuh gemetar, jemari pria itu akan menyentuh wajah Aura, tapi wanita itu sudah terlalu takut untuk disentuh Ryo, ia menghindar penuh kengerian.
Ryo menarik jemarinya dan mengurungkan niat untuk menyentuh wanita itu. Ia mulai merasa bersalah.
Akhirnya Ryo duduk dilantai bersandar pada bawah sofa. Wajahnya menengadah keatas dan ia menghela nafas. Kemudian Ryo menoleh perlahan kearah Aura yang masih terlihat takut.
“Apa kau benar-benar tulus merawatku kemarin?” tanya Ryo dengan nada lebih tenang.
Aura tidak menjawab, hanya anggukan yang didapat Ryo.
“Apa kau benar mencintaiku? dan tidak berpura-pura?” tanya pria itu lagi.
“I-Iya” jawabnya di sela ketakutannya yang sudah mulai mereda.
Ryo mendekati Aura “Maafkan aku. Aku sudah menumpahkan semua emosiku. Aku tidak bermaksud menakutimu, kau mau kan, memaafkan aku, Aura?” ucap Ryo sambil menatap mata Aura yang masih membulat.
Aura balas menatap manik tegas Ryo. “A-aku bisa mengerti Mas, tidak apa” ucap Aura sejuk bagai siraman air dingin untuk Ryo.
Kemudian pria itu tersenyum lega, wajah tampannya kini tidak lagi menyeramkan seperti beberapa menit yang lalu.
Kemudian Ryo yang ingin mengelus rambut Aura namun mengurungkan niatnya, pria itu kembali menarik tangannya, seolah ia tidak sanggup menyentuh wanita itu.
“Aku juga minta maaf, karena telah membohongimu, Mas” ucap Aura.
“Ya, aku baru sadar, ternyata aku tidak sanggup untuk menyakitimu. Aku tahu itu juga bukan salahmu sepenuhnya, kau sudah banyak membantu untuk kesembuhanku.” kata Ryo lembut.
Aura tersenyum kecil tanda lega. Ketakutannya mulai sirna.
“Tapi kau jangan senang dulu. aku juga punya hukuman untukmu … “
Aura langsung menatap wajah Ryo heran dan terbesit ketakutannya kembali.
“Hukuman?” suara Aura sedikit bergetar.