satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kania! " panggil Ayah mahes dengan nada berteriak cukup keras pada putrinya yang masih saja belum keluar dari dalam kamar.
pagi yang cerah. matahari pun telah terbit. bunga-bunga pun bermekaran seakan menjadi saksi dari keindahan pada pagi itu.
gadis cantik dengan pakaian seragam SMA, rambut di kuncir asalan. poni tipis yang menambah kesan kecantikan natural yang gadis itu miliki.
"iyah Ayah, bentar lagi." jawab Kania sembari mengimbangi teriakan dari Ayah Mahes.
tak ingin mendapat teriakan lagi, Kania pun mempercepat gerakan nya yang tengah memakai jaket tipis andalan nya kalau berangkat ke sekolah.
Kania berlari kecil kearah meja makan, yang sudah ada ke tiga laki-laki tengah menyantap makanan sarapan pagi.
"loh kok udah makan aja." protes Kania.
"mangkanya nggak usah dandan kayak ratu, toh juga tetep gitu-gitu aja tuh muka." sahut Aidan.
Danu yang duduk dan berada di tengah-tengah antara kakak beradik itu pun hanya diam dan tetap fokus dengan sarapan pagi nya.
"sudah, Kania cepat duduk. dan habiskan sarapan kamu."
"iyah yah."
Kania menjulurkan lidahnya pada Aidan, setelah puas mengejek adik laki-laki nya. ia pun duduk di sebelah kanan Danu.
Tanpa Kania sadari Danu mengambil daging yang telah di sajikan oleh ayah Mahes di meja makan. dan Danu taruh di mangkok Kania yang sudah tersaji nasi putih.
"i-ni.... " gugup Kania.
mendapat perhatian, selain dari Ayah Mahes membuat Kania terasa canggung dan sedikit aneh.
"em, kau harus makan yang banyak." ucap Danu, sambil tersenyum.
"bener banget itu kak Danu, makan yang banyak biar tambah gendut, sekalian tambah jelek. huaahhh.... " Tukas Aidan di imbangi gelakan tawa.
seperti mendapat perlakuan istimewa lalu di lempar dari atas jurang yang begitu curam. seperti itu lah kini perasaan Kania. adik laki-laki nya itu benar-benar mampu membuat mood paginya langsung hancur. hanya karna ucapan yang terdengar sangat konyol.
"Aidan! " sentak Ayah Mahes karna mendengar ucapan Aidan yang terkesan kurang enak didengar oleh telinga.
"habiskan sarapan mu dan jangan ganggu kakak mu." imbuh Ayah Mahes.
Aidan pun menuruti ucapan Ayahnya. meski ia selalu mencari gara-gara dengan kakaknya, yang hampir terbilang setiap hari. akan tetapi Aida bukanlah anak yang tak akan mendengarkan ucapan orang tuanya. apalagi kalau sudah Ayah Mahes sendiri yang memerintah.
"oh iya Danu, kamu sekolah naik motor kamu atau bus." Ayah Mahes mengalihkan pandangannya pada pria yang telah ia anggap sebagai putra nya sendiri.
"kalau dari rumah saya pakai motor karna jaraknya lumayan jauh. tapi kalau dari sini nanti saya naik bus aja." sahut Danu.
Sopan dan juga terdengar dewasa. itulah gambaran yang dapat di tangkap oleh pendengaran Kania saat ini. suara Danu benar-benar bikin candu seakan itulah kelebihan pria berkacamata nan tampan itu.
"baguslah, kalau gitu nanti kamu berangkat sama Kania yah naik bus, dannn.... " Ayah Mahes menggantung ucapannya sekaligus melirik kearah Kania berada."jaga anak gadis Om yah." lanjut Ayah Mahes.
Kania yang masih fokus dengan nasi putih dan sop kesukaan dirinya kini mendadak tersedak karna ucapan dari Ayah Mahes.
"eh Kan, pelan-pelan. ini." ucap Danu sambil menyodorkan air putih pada gadis yang seakan meminta tolong pada dirinya untuk menuangkan air putih pada gelas yang berada dalam genggaman tangan Kania.
dengan cepat Kania meneguk air putih pemberian Danu.
"kamu itu kalau makan pelan-pelan, anak gadis itu yang anggun Kania." Ayah Mahes memberi nasehat pada anak gadis satu-satunya.
"yah kalau Ayah nggak ngomong ngawur tadi Kania nggak bakal kesedak."
"ngawur, kapan Ayah ngomong ngawur? "
"Ayah... " rengek Kania.
"sudah cukup! kamu nggak malu apa, dengan Danu?"
hanya mendengus kesal karna merasa Ayahnya tan mendengarkan keluhan nya.
Tak ingin terlambat sekolah Aidan pun berdiri dan sudah menyelesaikan sarapan pagi nya terlebih dahulu.
"ayah! Aidan berangkat dulu yah."
sembari mencium tangan Ayah Mahes.
"kak Danu, duluan yah." imbuh Aidan.
Kania yang melihat tingkah adiknya, tanpa menyapa ataupun berpamitan layaknya saudara. bahkan lebih parahnya, Aidan malah berpamitan pada Danu yang notabennya adalah tamu dirumah itu.
"dasar adik durhaka." gerutu Kania.
Sedangkan Ayah Mahes hanya menghembuskan nafas nya secara kasar. dengan perlakuan kedua anaknya.
"Kan, kamu udah selesai." ucap Danu.
"ha, ini udah."
Ayah Mahes yang melihat Kania, seakan telah akrab pada putra temannya. tersenyum senang, karna naluri seorang Ayah mengatakan bahwa Danu pria yang baik, sekaligus dapat untuk di percaya.
"om, kalau gitu kami berangkat sekolah dulu yah."
sahut Danu dan kini ia pun mencium tangan Ayah Mahes.
Kania pun bergegas berdiri dan ikut mencium tangan ayahnya.
"dada Ayah." lambaian tangan kanannya ditujukan pada Ayah Mahes.
Kania dan Danu pun berjalan bersama menuju halte bus, karna sifat yang friendly Kania punya ia pun menghilangkan kecanggungan antara dirinya dan Danu.
"oh iya, tadi kamu ngomong kalau waktu di rumah kamu berangkat sekolah selalu pakek motor. berarti ini yang pertama kalinya kamu naik bus." tebak Kania.
Danu menganguk membenarkan ucapan gadis cantik yang berjalan di samping dirinya.
"kalau aku jadi kamu yah nu, paling aku sekarang udah naik motor sambil ngebut-ngebutan dijalan." celetuk Kania.
"kenapa?" tanya Danu.
Kania memukul jidatnya seakan tak menyangka Danu akan bertanya hal konyol seperti itu.
"kamu nanya kenapa?" Kania bertanya balik.
"emm, gini yah nu. sesuai dengan novel yang aku baca selama ini, kalau cowok sma naik motor itu pasti keren-keren. apalagi motor mahal yang kamu punya itu. aduh beh udah kayak artis-artis Korea tampan. tapi sayangnya, maaf-maaf nih. kenapa pakek kaca mata? "
Danu merasa tengah berbicara dengan bocil kematian, tapi bukankah mereka memang masih sangat muda untuk dibilang sudah dewasa. berbeda dengan Danu yang tumbuh dari keluarga broken home. sedangkan Kania seakan tak pernah merasakan ketidak adilan pada kehidupan. tentu ketika tadi melihat bagaimana Ayah Mahes selalu membela anak gadis nya dari anak laki-laki nya sendiri.
"he Danu malah ngelamun." sentak Kania.
"eh, ma-maksud aku. nggak semua yang berada dalam novel itu nyata bahkan kebanyakan itu hanyalah karangan fiktif belaka. aku memang mengikuti club motor tapi bukan berarti aku anak yang suka ngebut-ngebutan di jalan." jelas Danu.
"iyah juga sih, ok aku Terima jawaban kamu, terus soal kaca mata."
belum sempat Aidan jawab bus pun datang.
"udah nanti aja jawabnya, ayok! " ajak Danu menggenggam telapak tangan kanan Kania, untuk masuk kedalam bus.
Kania tak mempersalahkan pengangan tangan Danu pada dirinya. karna ia pun sudah biasa dengan pegangan tangan dengan seorang teman.
bus pun melaju, sedangkan Danu dan Kania duduk berdua bersebelahan. sesekali candaan terlontar dari bibir indah Kania. hingga membuat tawa ringan dari Danu.
Tanpa tersadar dari kursi paling belakang di bus itu. ternyata ada pria yang seakan melihat interaksi antara Kania dan Danu.
"apa mereka pacaran? " tanya pria itu dalam batinya.
Bersambung.
"aduh siapa yah pria itu 🤔? kalau penasaran komennya yah, biar aku semakin semangat buat nulis.
dan juga aku mau ingetin jangan lupa taburkan bintang di setiap chapter nya yah☺