NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Arsyilla mampir ke tempat favoritnya di gedung ini, sejak dia magang sampai sekarang ini. Balkon lantai teratas gedung ini. Memandang gedung dan jalanan, menatap langit yang seolah bisa dia gapai.

Angin yang bertiup kencang mempermainkan hijabnya. Sesekali membuat Arsyilla tertawa lirih karena hijabnya sampai hampir ikut terbawa angin.

“Aaaaaaaaaaaaaa!!!”

Arsyilla kaget hingga hampir menjatuhkan kopi latte titipan Pak Zaen. Lalu mencari asal suara teriakan itu. langkahnya terhenti saat melihat Rivandra tengah memejamkan matanya sambil menghadapkan wajahnya ke langit. Sinar matahari membuat wajah itu semakin terlihat bercahaya.

Dengan langkah pelan Arsyilla ingin meninggalkan balkon itu. Takut Rivandra tidak nyaman dengan keberadaannya. Tapi sebuah tepukan halus di kepalanya membuat langkahnya terhenti.

“Maaf aku mengagetkanmu.” kata Rivandra.

Arsyilla berbalik dan menatap Rivandra heran. Kok bisa tahu?

“Sepertinya, hatiku sudah terbiasa dengan spontanitas kalian berdua.”

Rivandra menarik tangannya kemudian bersandar pada pagar balkon, tanpa mengalihkan tatapannya pada pemandangan kota metropolitan.

“Benarkah?”

“Apa ada masalah di divisi Pak Rivandra?” tanya Arsyilla ragu.

“Masalahnya tidak berada di divisiku.”

Arsyilla duduk di lantai balkon lalu meluruskan kakinya. Anginnya terlalu kencang kalau berdiri.

“Lalu?”

Rivandra berbalik dan tersenyum saat melihat Arsyilla tengah duduk santai di lantai.

“Di sini dan di sini terlalu berisik!” jawab Rivandra sambil memukul kepala dan dadanya kesal.

Arsyilla menatap wajah Rivandra yang membelakangi matahari hingga membuatnya tidak silau. Wajah itu terlihat lelah.

“Apa... Sebegitu capeknya memikirkan perusahaan, Pak?” tanya Arsyilla keki.

“Apa kamu ingin mencobanya? Aku akan memberimu waktu satu hari untuk mencoba menjadi aku.”

Arsyilla menggeleng dengan cepat, “Tidak... Tidak...”

Rivandra tertawa mendengar jawaban cepat Arsyilla.

“Wajar kalau Pak Rivandra capek. Seperti arti nama Pak Rivandra, kekuatan matahari. Mempunyai tugas untuk menghangatkan bumi.”

Rivandra hanya tersenyum, “tidak bisakah aku hanya menghangatkan satu orang saja. Kamu, misalnya.”

Arsyilla tersenyum keki, “kalau bagian bumi sepertiku. Tidak ada matahari, ada bermacam varian tumbuhan yang menemaniku. Berbeda dengan matahari seperti Pak Rivandra. Pasti kesepian,” celetuk Arsyilla sambil tertawa.

“Apa kakak temanmu ini tidak bisa menjadi orang biasa sepertimu? Hidup biasa seperti kalian semuanya. Tanpa ada yang mengatur harus ini harus itu.”

Arsyilla terdiam sejenak, “kalau sebagai kakak temanku sepertinya bisa mencobanya.”

Rivandra mendekat dan ikut duduk di samping Arsyilla.

“Bagaimana?”

“Selama tiga hari kedepan saya akan liburan ke Yogya. Mau mencoba menjadi orang biasa seperti saya di sana? Tanpa ada satu pun yang mengenal atau pun melayani kita? Tanpa ada fasilitas apapun.” usul Arsyilla.

Sedetik kemudian menjadi tersadar, 'apa yang telah aku katakan? Kenapa kesannya aku mengajak Pak Rivandra liburan bersamaku?'

“Sejak kapan kamu ambil cuti? Mentang-mentang sekarang tidak berada di divisiku, seenaknya saja ambil cuti apalagi hanya untuk sekedar liburan,” omel Rivandra pura-pura marah padahal senyum tak juga hilang dari wajahnya.

“Kan refreshing, Pak. Setelah sekian lama menjadi pegawai Pak Rivandra yang tidak bisa mengerjakan satu laporan pun.” sindir Arsyilla kesal.

Rivandra tertawa mendengar sindiran itu.

“Bagaimana? Tertarik?”

“Kita lihat saja nanti.” jawab Rivandra.

'untung saja Pak Rivandra tidak menanggapi usulanku. Orang sibuk sepertinya bagaimana bisa liburan?'

"Tumben liburan?" tanya Rivandra.

"Saya ingin belajar lagi, ingin seperti Shayna yang belajar hingga S3. Saya berharap Yogya mempunyai program untuk itu."

"Pasti nanti Shayna sesekali akan menjengukmu kesana."

"Benarkah? Lalu, dimana ya kira-kira, negara yang tidak bisa Shayna kunjungi?" gurau Arsyilla.

"Memangnya kenapa? Aku kira kalian bersahabat."

"Memang. Tapi untuk urusan pendidikan lebih ke privacy. Dulu, sewaktu Shayna mengambil S3 nya. Saya juga tidak pernah mengunjunginya. Kan, bisa membuat rasa rindunya menumpuk." gurau Arsyilla sambil tertawa.

Rivandra menatap Arsyilla yang masih tertawa hingga yang di tatap keki sendiri.

"Maaf, Pak."

"Ini pertama kalinya kamu tertawa di depanku."

Arsyilla tersenyum lalu menunduk."Boleh saya tanya sesuatu, Pak?"

"Apa itu?"

"Tidak jadi, Pak." Arsyilla bangkit dari duduknya.

“Mau kemana?”

“Pak Zaen sudah menunggu kopi lattenya,” gurau Arsyilla sambil tertawa.

“Kopi ini untuk Zaen?” Arsyilla mengangguk sambil mengibaskan debu di bajunya. Tidak bisa menghentikan Rivandra yang minum kopi latte milik Zaen.

“Pak Rivandra! Kenapa minum kopi itu? Itu milik Pak Zaen.”

“Ciihhh... Kopi apa ini? Kenapa manis sekali.”

“Kata Pak Zaen, karena yang bawa kopi orangnya manis jadi kopinya ikut terasa manis.”

Rivandra berdiri dengan kesal, “Apa Zaen sering menyuruhmu membeli kopi?”

“Iya.” jawab Arsyilla bingung karena Rivandra tiba-tiba marah.

“Lain kali suruh dia beli sendiri. Awas saja kalau kamu masih membelikan kopi lagi untuknya!” ancam Rivandra sambil melangkah pergi setelah membuang kopi milik Zaen, meninggalkan Arsyilla yang bengong.

"Setiap kali ngobrol dengan Pak Rivandra, kenapa selalu berakhir dengan kemarahan ya?" gumam Arsyilla heran.

Rivandra kaget saat melihat Zaen sedang berusaha mencari tempat persembunyian di balik pintu balkon. Rivandra menekan tombol down di pintu lift.

"Sejak kapan kamu ada di sini?"

Pintu lift terbuka, Rivandra dan Zaen segera masuk.

"Sejak kamu berteriak gak jelas." jawab Zaen sambil tertawa.

"Kamu menguping?"

"Aku gak sengaja. Aku pikir kamu mau terjun dari atap gedung. Karena itu aku menyusulmu ke atas."

"Kamu pikir aku sepicik itu?!"

Zaen hanya tertawa mendengarnya. Keduanya menjadi terdiam.

"Apa kamu tidak mau memikirkan usulan Syilla untuk berlibur dengannya? Aku sudah bilang, sesekali turuti lah hatimu, Rivan. Jangan terlalu kejam pada dirimu sendiri. Aku yakin Katty pun juga sedang bersenang-senang di Paris. Sebelum akhirnya kalian harus menikah."

"Kamu sudah tahu jawabannya, Zaen. Aku tidak mau menyakiti siapapun."

"Kamu hanya menyakiti dirimu! Kamu tahu kalau Syilla takut padamu. Di antara kalian, hanya kamu yang menyayanginya. Syilla tidak punya perasaan apapun padamu kecuali rasa hormat pegawai pada atasannya. Liburan kalian tidak akan berpengaruh apapun untuk Syilla. Tapi, setidaknya, kamu bisa merasakan bahagia itu."

Pintu lift terbuka. Ada Shayna yang menatap keduanya bingung di depan lift. Karena keduanya tidak ada yang bergerak.

"Kalau kamu gak bisa membahagiakan dirimu sendiri, bagaimana kamu akan membahagiakan orang lain?!" seru Zaen sambil keluar dari lift dan masih sempatnya mencubit pipi Shayna sebelum masuk ke lift.

"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa sampai seserius itu? Apa maksud Kak Zaen dengan membahagiakan orang lain?" tanya Shayna penasaran.

"Urusan laki-laki. Kamu tidak usah kepo dengan urusan orang lain." hardik Rivandra.

Shayna mengerucutkan bibirnya kesal.

"Apa kamu tahu kalau Arsyilla akan kuliah lagi?" tanya Rivandra.

"Benarkah? Dimana? Aku akan mengunjunginya nanti." jawab Shayna senang.

Rivandra tersenyum, karena apa yang dikatakannya pada Arsyilla memang benar. Shayna sudah mempunyai niat untuk mengunjunginya.

"Yang aku tahu, dia sedang mencari tahu, di negara mana yang tidak bisa kamu datangi."

"Apa? Awas saja sampai berniat meninggalkan aku!" ancam Shayna kesal. "Boleh aku menemui Syilla?"

"Ini bukan jam istirahat!"

Shayna menghela nafas panjang. Karena Rivandra tidak mengijinkannya menemui Arsyilla.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!