Sekuel Jodoh Pilihan Abi
Menjadi anak piatu, Icha harus kehilangan figur ibu sekaligus ayah. Di tambah ibu tiri yang manipulatif, menjadikan dia sosok yang di kenal bandel.
Takdir menemukannya pada polisi dalam keadaan saling salah paham yang akhirnya menjebaknya sendiri dalam perjodohan dengan lelaki itu.
Bisakah Icha menemukan cinta sejati dalam diri lelaki yang dibencinya sekaligus membencinya?
Temukan kisah lengkapnya dalam novel comedy romance "Terjebak Cinta Polisi Ganteng"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki asing yang tak asing
Icha seketika terperangah diam mendapati bibirnya tak sengaja menyentuh, lebih tepatnya menabrak bibir komandan Furqon, saat ia sontak bangkit dari sofa yang tadi didudukinya dengan begitu gugup.
Lelaki yang awalnya ikut terkesiap itu kini mulai melumat habis bibir Icha, sementara Icha hanya bisa terpaku dan berangsur-angsur ikut hanyut di dalamnya. Ia bahkan mulai menutup matanya sekarang, sebagaimana suaminya itu.
I need somebody who can love me at my worst
Icha langsung menarik bibirnya dari lelaki itu, mendengar suara dering telepon suaminya tersebut.
Lelaki itu tampak membuka matanya perlahan, kemudian segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel tersebut.
Terlihat layar ponsel itu hanya tertulis nomor telepon tanpa nama penerima.
Anehnya, suaminya itu malah menutup panggilan tersebut.
‘Apa itu telepon dari Si nenek lampir?’ pikir Icha bertanya-tanya.
“Bukannya polisi harus stand by, mungkin saja itu telepon penting, kenapa kau malah menutupnya?” tanya Icha heran.
“Itu bukan telepon penting atau darurat, jadi aku tidak perlu menggubrisnya,” jawab suaminya enteng.
Sepertinya itu memang telepon dari ibu tirinya, Entah kenapa Ia terus memikirkannya, apalagi ekspresi lelaki itu terlihat mencurigakan.
“Bagaimana kau tahu itu penting atau tidak? kau saja belum mengangkatnya,” bantah Icha yang begitu penasaran.
“Karena bagiku, tidak ada yang lebih penting daripada kamu,” ujar lelaki itu terdengar menggodanya.
“Huweek!” gumam Icha seolah-olah ingin muntah dan berbalik.
Lelaki itu langsung menarik Icha kembali ke pelukannya.
Seketika Icha kembali membelalak kaget. Nafasnya yang terhela, terhenti berhembus.
“Kau berhutang dua ciuman padaku?” bisik lelaki itu rendah.
“Apa maksudmu?” tanya Icha sambil berusaha mendorong lelaki itu supaya melepaskan pelukannya.
“Waktu itu di gang, kau menciumku tanpa izin…,” ucap lelaki itu rendah.
Icha langsung membelalak mengingat ciuman pertama mereka sebelum menikah.
“Itu tak terhitung ciuman,” teriak Icha sambil terus berusaha melepaskan pelukan lelaki itu.
Namun bukannya menjawab pernyataan Icha, lelaki itu malah berkata, “dan barusan kau menciumku tanpa izin lagi…”
“Gila! Jel….”
Cup
Icha langsung membelalak kaget, bibirnya tiba-tiba dicium oleh lelaki itu, karena ia tak sengaja mengumpatnya kembali.
Lelaki itu kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Icha sembari berbisik lirih, “ini tak terhitung membalas, ini karena kau mengumpatku, jadi kau masih berhutang dua ciuman lagi padaku!”
‘Dasar licik!’ umpat Icha dalam hati sambil melirik tajam ke arah lelaki yang sekarang tengah menatapnya kembali tersebut.
“Jelas itu tadi adalah kecelakaan! Kenapa kau masih memperhitungkannya?” teriak Icha tak terima.
“Kau bahkan membuat surat perjanjian untuk memperhitungkan segalanya, kenapa aku tidak boleh?” tanya lelaki itu sambil mengangkat alisnya.
“Terserah!” ujar Icha dengan wajah cemberut, sambil mendorong lelaki itu sekali lagi.
Lelaki itu akhirnya melepaskan pelukannya, dan tersenyum lebar di hadapannya kemudian berjalan menyusulnya keluar dari rumah tersebut.
Icha menunggunya di dalam mobil, sambil menatap punggung lelaki itu yang terlihat mengunci pintu rumah tersebut.
Sekarang lelaki itu tampak membalikkan badannya, dan berjalan menuju mobil itu dengan tersenyum begitu hangat.
Ia segera menoleh ke depan kembali sambil berdehem beberapa kali untuk meredakan kegugupannya, padahal bahkan kaca mobil itu saja tertutup dan bayangannya tidak terlihat dari luar.
Icha hanya meliriknya masuk ke dalam mobil tersebut.
Kini lelaki itu tampak membuka pintu mobil.
Entah kenapa Icha bingung, Iya segera membuka tasnya dan seperti mencari sesuatu tanpa tujuan.
“Apa kau ketinggalan sesuatu?” tanya suaminya yang kini telah duduk di sampingnya dan menutup pintu itu dengan heran.
Icha menggelengkan kepala, kemudian duduk menatap kaca jendela mobil yang tepat berada di sampingnya itu.
“Kenapa lu gak jelas begini sih, Cha?” tanya Icha dalam hatinya heran sambil menyatukan alisnya.
“Oke, kita pergi sekarang!” ucap lelaki itu sambil menyalakan mobil tersebut.
“Terserah!” jawab Ica lirih dengan kesal.
Lelaki itu hanya tersenyum sembari menolehnya sebentar.
“Gawat! Kenapa semakin kesini lelaki ini semakin keliatan ganteng saja,” pikir Icha sambil terus menatap bayangan suaminya tersebut dari balik kaca jendela itu.
“Aku pasti sudah gila!” gumam Icha dalam hati, sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat, dan akhirnya memejamkan matanya sambil bersandar pada sandaran jok mobil yang didudukinya itu.
Namun hatinya yang terus berdebar, membuat pikirannya tidak tenang.
Akhirnya ia mengintip sedikit dan melihat suaminya itu yang tengah serius menyetir dari balik kaca jendela mobil tersebut.
Tanpa sadar, sedikit demi sedikit, matanya perlahan mulai terbuka semua.
Ia mulai memegangi dadanya yang terus berdetak aneh dan bertambah cepat itu.
“Ada apa denganku?” pikir Icha bingung sembari memandang bayangan suaminya itu semakin dalam, sampai kemudian ia melihat lelaki itu hendak menoleh ke arahnya.
Seketika, Icha memejamkan matanya kembali.
Terasa tangan lelaki itu mulai menggenggam tangan kanannya yang menjulur lepas di atas space jok itu.
Icha yang masih menghadapkan wajahnya ke jendela kaca tersebut, tak bisa menahan senyum berbinarnya.
Ia langsung menggigit bibir bawahnya, sambil menahan perasaannya yang semakin terasa aneh tersebut, dan dadanya yang semakin terasa sesak karena berdegup dengan tambah kencang.
‘Allah! Kenapa aku segugup dan sesenang ini’ pikir Icha, tak sadar menyebut nama Tuhannya kembali.
Tak Berapa lama kemudian…
“Icha!” panggil lelaki itu lembut.
Icha bahkan tak sadar bahwa mobil itu telah berhenti.
Ia kemudian berpura-pura menggeliat dan melepaskan tangannya dari lelaki itu.
“Kau pasti habis bermimpi indah sampai senyummu begitu lebar saat tidur tadi?” tanya lelaki itu membuat Icha langsung terkesiap kaget.
‘Jadi dari tadi lelaki itu memperhatikannya?’ pikir Icha.
“Bukan urusanmu, jawabnya ketus sambil menatapnya begitu tajam, berusaha menyembunyikan perasaannya.
Tapi lelaki itu malah tersenyum dan membuat hati Icha semakin meleleh.
Icha segera menggelengkan kepalanya dan menepis perasaannya itu.
“Jadi dari tadi kamu memperhatikanku?” tanya Icha terdengar menggodanya, yang sebenarnya begitu penasaran.
“Iya!” jawab lelaki itu tanpa jeda dengan menatapnya serius, membuat Icha terkesiap kembali.
Icha kembali berdehem dan segera keluar dari mobil tersebut, meninggalkan suaminya yang tersenyum melihat gelagatnya itu.
“Apa dia Playboy, kenapa dia begitu mudahnya mengucapkannya?” gumam Icha lirih, sambil mengipas tubuhnya yang tiba-tiba kegerahan itu.
Lelaki itu kemudian terdengar mengikutinya keluar dari mobil, dan segera mengajaknya masuk ke dalam pasar.
Icha berjalan di belakangnya.
Tanpa sadar, Ia terus memperhatikan punggung lelaki itu.
Tampak suaminya itu begitu cekatan membeli-beli barang, sesekali ia minta pendapat Icha. Tapi Icha yang tidak mengerti apa-apa tentang memasak dan pasar, hanya berbicara dengan ketus, “terserah!”
“Pacarnya ya, Ndan?” tanya salah satu ibu-ibu penjual sayur di pasar tersebut.
Suaminya itu hanya tersenyum.
“Dasar FOMO!” umpat Icha lirih dengan kesal.
Sepertinya suaminya mendengarnya, lelaki itu langsung melirik tajam ke arahnya seolah hendak mengatakan untuk berhenti mengumpat.
“Hem!” gumam Icha lirih sambil membuang muka ke arah lain.
“Tapi judes begitu, nggak mungkin pacarnya Komandan!”
Icha begitu tersinggung mendengar ucapan penjual itu.
Ia langsung menggigit bibirnya dengan kesal dan berbalik menatap penjual itu dengan tajam, hendak menghardiknya, saat tiba-tiba….
“AKH!”
Seorang lelaki menabraknya dengan begitu keras sampai terhuyung jatuh di lantai pasar itu.
Sekilas wajah lelaki yang sempat menoleh sebentar ke arahnya itu saat menabraknya, terlihat tidak asing.
“Kurang ajar!” teriak Icha begitu keras, namun lelaki itu tak menghiraukannya, bahkan berlari meninggalkannya begitu saja dengan begitu kencang.
Terlihat suaminya membelalak kaget, dan menunduk untuk membangunkannya sembari bertanya, “kamu tidak apa-apa?”
“Dasar Korek!” ujar penjual yang ikut menghampirinya itu itu terlihat marah juga.
‘Korek?----kenapa aku seperti pernah mendengar sebutan itu?’ Pikir Icha sambil menatap suaminya yang terlihat bingung memandang lelaki asing itu yang hilang dari lorong di pasar tersebut.
yu gabung bersama gc Cbm.
kita d sn akan belajar brg
caranya follow akun sy dl
nnti akn sy ksh undangan thx