Hukuman utk penabrak ternyata tidak bisa menyentuhnya, dengan angkuhnya pria itu menutupi kasus tabrakan dengan sejumlah uang. Akan tetapi adik korban tidak menyetujuinya, justru memaksa penabrak menikahi anak korban, Salma. Dengan terpaksa Kavin, pria arogan menikahinya.
Rasa benci kepada si pelaku sudah tertanam di hati Salma namun sayang tidak bisa dilampiaskan. Karena Kavin sudah meninggalkan acara akad nikah, sebelum mereka berdua akan di pertemukan. Tragis nasib Salma dan Kavin yang tidak tahu jelas nama dan wajah pasangannya.
"Baguslah kalau perlu mati dijalan sekalian! Salma tidak perlu melihat pria itu!!" emosi gadis itu.
Doanya seketika terkabul, tapi apa yang mati??
Akankah nikah paksa tiga tahun lalu terkuak setelah sekian lama Salma dan Kavin tidak bertemu? Dan sekarang di pertemukan kembali sebagai Bos dan Karyawan.
Ini bukan kisah romantis, tapi kisah dua orang yang saling membenci. Apakah mereka melanjutkan rumah tangganya? atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kavin bertanya-tanya
Mansion Adiputra
Ruang Kerja Kavin
Bersyukurlah Tuan masih bisa berdiri tegak di hadapan saya, tidak seperti bapak saya yang tidak lagi berdiri di hadapan saya, karena meninggal di tabrak pria yang tidak bertanggung jawab. Semoga pria itu sudah mati!
Pria arogan itu menangkup kedua tangannya di atas meja, pikirannya masih tergiang-ngiang dengan kalimat Salma tadi siang di kantor. Rupanya hal itu mengusik ketenteraman hati pria itu.
Kembali lagi dengan masa lalu empat tahun yang telah terlewati.
“Ari, kamu masih mentransfer uang untuk anak korban?” tanya Kavin.
“Masih rutin tiap bulan Tuan, saya selalu mentransfer sebesar lima juta tiap bulannya, sesuai pesan Tuan Kavin sendiri.”
Kavin kembali termenung...
Setelah sekian lama berlalu, Ari agak heran tumben Tuannya bertanya tentang uang transferan untuk anak korban.
“Adakah yang bisa saya bantu lagi Tuan Kavin?”
“Kapan terakhir kamu ke pabrik saya yang ada di desa?”
“Sekitar dua tahun yang lalu Tuan.”
“Kamu sempat mampir ke rumah korban?”
“Sempat ke rumahnya sesuai perintah Tuan untuk mengantarkan uang.”
“Kamu bertemu dengannya?”
“Bertemu dengan siapa Tuan?” balik bertanya Ari.
“Ya bertemu dengan anak korbannya, memangnya siapa lagi yang saya maksud!!” jawab Kavin jengkel, merasa asistennya pura-pura tidak mengerti.
“Gadis itu sudah tidak ada di desa, saya hanya bertemu dengan Pamannya saja.”
“Kamu tidak tanya ke mana perginya gadis itu?”
“Bertanya Tuan, tapi Pamannya tidak tahu ke mana keponakannya pergi.” Di saat itu memang Ari tidak tahu dan Paman Didit pun tidak memberitahukan keberadaan gadis itu.
“Dan kamu tidak berusaha mencari gadis itu, si anak korban!” seru Kavin.
“Dulu waktu saya melapor ke Tuan, katanya biarkan saja. Kenapa hari ini Tuan Kavin bertanya kembali?” balik bertanya.
“Saya bertanya sama kamu, kamu balik tanya lagi dengan saya....ck!” jawab ketus Kavin. Pria arogan itu semakin jengkel di buatnya.
“Memangnya ada apa dengan anak korban, apakah Tuan ingin menemuinya saat ini?”
Jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja kerjanya, mencari jawaban yang sebenarnya yang di inginkannya.
“Kamu pernah melihat gadis anak korban itu kan?” belum menjawab pertanyaan Ari, tapi kembali bertanya-tanya Kavin.
Kepala Ari mengangguk pelan,” pernah Tuan saat mengurus korban meninggal di rumahnya,” jawab jujur Ari.
“Seperti apa rupanya?”
Rupanya!...tumben Tuan Kavin bertanya.
“Jika saya berkata jujur apakah Tuan akan percaya?”
“Ari, dari tadi kamu berbelit-belit. Cepat ceritakan bagaimana rupanya?” ujar Kavin dengan kasarnya.
Jangan sampai Tuan Kavin minta lihat buku nikahnya dengan Salma, bisa perang dunia ke-3.....batin Ari mulai sedikit cemas.
“Anak korban, punya paras wajah yang sangat cantik, iris matanya agak abu-abu, rambutnya warna coklat, kulit putih, hidung mancung, tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi cukup ideal dengan postur tu—“
“Stop Ari!” seru Kavin, agak gak percaya dengan ciri-ciri yang di sebutkan Ari.
“Jangan ngawur kalau kasih ciri-ciri seperti itu. Mana ada gadis desa, ciri-cirinya seperti itu. Kamu kayak kasih gambaran seorang model atau artis saja, saya tidak percaya!!” kesal Kavin.
Gadis itu memang seperti artis, Tuan Kavin!
“Dari awal saya sudah bilang, pasti Tuan tidak akan percaya,” balas Ari, menyesal juga sudah bilang jujur. Harusnya sang asisten bilang wajahnya biasa saja atau jeleklah, warna kulit sawo mateng, tubuh pendek gendut, hidung pesek, wajah jerawatan, iris mata hitam, rambut pendek kribo, biar seneng tuh hati Tuannya.
“Sekarang kamu suruh orang datang ke desa, dan mengecek anak korban ada di sana atau tidak!!” perintah Kavin dengan tegasnya.
“Baik Tuan Kavin, tapi kalau boleh tau untuk apa yang Tuan mengeceknya. Bukannya urusan dengan keluarga korban sudah tidak ada lagi?” penasaran Ari.
“Kamu tidak perlu tahu urusannya," ketus Kavin.
“Bagaimana kalau anak korban tidak ada, dan ternyata sudah menikah dengan orang lain?”
DEG
Menikah dengan orang lain...
“Mana mungkin dia bisa menikah lagi, pernikahan saya dengannya sudah sah secara negara. Enak aja dia menikah lagi ...dia bisa enak-enakkan sama laki-laki lain. Sedangkan saya di sini tidak bisa melakukan hal itu!!” geram Kavin.
“Ya namanya di kampung ya begitu Tuan, secara agama tiga bulan berturut-turut tidak ada nafkah batin dari suami secara tidak langsung sudah jatuh talak satu. Apalagi kalau anak korban tidak tahu jika sudah di daftarkan pernikahannya secara sah, dan kembali nikah secara siri juga bisa terjadi,” balas Ari dengan sengajanya.
BRAK!!
Kavin berdiri dari kursinya lalu tangannya menggebrak meja kerjanya.
Kedua bahu Ari tergidik, kaget dengan suara gebrak meja, walau sering melihat amarah Tuannya, tetap aja sport jantung di buatnya.
“Tutup mulut kamu, Ari. Jangan bilang kalau dia nikah lagi, saya belum menceraikan dia, dan saya tidak akan menceraikan dia sampai saya kembali normal. Gara-gara menikahi dia, saya tidak bisa memiliki hasrat lagi. Kamu tahu itu kan!!” penuh emosi Kavin berkata.
“Maaf Tuan Kavin, saya hanya menduga saja. Tapi siapa tahu dugaan saya benar, atau jangan-jangan malah sekarang anak korban sudah punya anak,” sengaja Ari membuat Tuannya panas.
Anak korban ada di mansion ini Tuan Kavin, dan semoga Tuan tidak pernah tahu. Karena Tuan telah menyakitinya....Batin Ari.
Mendengar dugaan Kavin, membuat tambah emosi pria itu.
“Jangan pakai menduga-duga Ari, kamu belum mengeceknya. Dan satu lagi kamu selidiki tentang Salma,” perintah Kavin.
“Salma...,” ujar Ari mulai curiga dengan permintaan Kavin.
“Empat tahun yang lalu saya dan dia pernah bertemu di rumah sakit, dan dia bilang bapaknya meninggal karena kecelakaan di tabrak, tapi orangnya tidak bertanggung jawab. Saya ingin tahu tentang Salma selengkap-lengkapnya,” kata Kavin.
DEG
Jadi mereka berdua pernah bertemu....
Dan orang yang menabrak bapaknya adalah Tuan sendiri...
Bisa runyam ini....
“Baik Tuan nanti akan saya selidiki.” Ari harus mencari akal tentang identitas Salma.
“Rapikan berkas ini, setelahnya kamu bisa makan malam,” ujar Kavin yang masih terlihat emosi, lalu berlalu keluar dari ruang kerja.
“Baik Tuan."
🌻🌻
Ruang Makan
Mama Rossa sudah berada di ruang makan sendirian, dan para maid sedang menghidangkan makan malam di meja makan.
“Malam Mam,” sapa Kavin, yang baru datang.
“Malam Kavin, Yasmin ke mana, belum pulang?” tanya Mama Rossa.
“Ada makan malam dengan rekan bisnisnya,” jawab Kavin, sembari mendaratkan bokongnya di kursi.
“Memangnya harus tiap malam, makan malam dengan rekan bisnisnya sampai tak sempat meluangkan waktu makan dengan suami dan mertuanya, kalau papa kamu masih hidup, pasti sudah menegurnya,” tukas Mama Rossa.
“Mam, Yasmin juga memiliki perusahaan. Lagi pula saya mengizinkannya. Jadi tidak perlu di ributkan dan mengeluh,” balas Kavin.
Mama Rossa hanya bisa mendesah, ya mau bagaimana lagi. Yasmin menantu pilihan Mama Rossa bersama suaminya sendiri karena perjodohan dengan rekan bisnisnya, jadi jangan mengeluh.
*bersambung.....
Kakak Readers yang cantik dan ganteng jangan lupa tinggalin jejaknya.....please jangan seperti hantu 👻👻👻, yuuuk klik like nya, komennya untuk Kavin dan Salma.
Love you sekebon 🌻🌻🌻🌻*