Terjebak Cinta Polisi Tampan
Icha menunduk dengan telapak tangannya yang terbuka bertumpu pada kedua lututnya, sambil menahan nafasnya yang tersengal-sengal.
“Itu dia!”
Belum lagi keringatnya berhenti mengucur, terdengar suara teriakan dari belakang. Ia segera menoleh dan mendapati para pria berbadan besar yang tadi mengejarnya telah berhasil menemukannya lagi.
Ia segera bangkit berdiri dan berlari sekencang-kencangnya kembali dengan sisa tenaga yang masih ada.
Namun sepertinya itu tidak mungkin, laju lari para pria itu sungguh kencang. Kalau ia terus berjalan lurus maka sebentar saja, pasti dia sudah tertangkap.
Ia kembali berbelok ke gang kecil di komplek padat penduduk tersebut, kala tiba-tiba terlihat seorang lelaki keluar dari gang di depannya dan berpapasan dengannya.
Ia segera tahu, di depannya, tepat sebelum gang belok besar dan gang buntu itu, ada gang kecil di seberangnya.
Icha segera masuk ke dalam gang yang sebenarnya hanya muat satu orang itu, dan…
Bruk!
Ia tanpa sengaja menabrak badan seorang lelaki.
Tak kurang akal, Ia segera menyandarkan badannya ke tembok dan menarik kerah baju lelaki itu, kemudian memeluknya dengan erat.
“Apa yang..?” tanya lelaki itu tak selesai, karena tiba-tiba bibirnya sontak dicium oleh Icha yang begitu gupuh mendapati kemunculan para pria tadi yang mengejarnya itu, apalagi mereka terlihat berjalan pelan dan menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Sepertinya dia sudah berlari ke gang sana.”
Terdengar suara salah seorang dari mereka mengajak temannya ke gang belok besar tadi, diikuti derap langkah berlari mereka.
Mata Icha menilik ke arah mereka, kemudian menghela nafas panjang dengan posisi bibirnya yang masih menempel di bibir lelaki itu.
Ia kemudian segera melepas ciumannya, dan meringis kecut ke arah lelaki yang terlihat masih terkesiap kaget dan masih dipeluknya itu.
“Astaghfirullahaladzim, Ndan!”
Icha segera menoleh ke arah suara tersebut.
Terlihat seorang lelaki mulai memperpelan laju larinya hingga berangsur-angsur berjalan pelan ke arahnya, dan berhenti tepat di depan lelaki yang masih ia peluk tersebut tanpa sadar.
“Apa kau akan terus bermesraan di sini, dan membiarkan Korek kabur?”
“Hah!” gumam lelaki itu yang tampak masih terkesiap bingung, berbeda dengan Icha yang langsung melepaskan pelukannya.
Lelaki itu tersadar setelah beberapa saat dan langsung membalikkan badannya hendak pergi sambil mengumpat Icha dengan gumaman lirihnya, “Dasar Murahan!”
Icha yang membelalak kaget mendengarnya, sontak dengan berani menarik ke belakang kerah bagian belakang lelaki itu, sambil balik mengumpatnya balik, “Dasar lelaki mesum!”
Badan lelaki itu langsung tertarik ke belakang.
Tapi dengan sigapnya, dia segera berbalik memutar badannya dan mencengkram telapak tangan Icha hendak melintirnya, bahkan Icha spontan menutup matanya karena giris.
Untungnya, lelaki yang baru datang itu segera memegang lengan lelaki yang tadi dipeluknya tersebut sembari berkata, “tidak usah diladeni! Korek lebih penting.”
Telapak tangannya terasa dilepas oleh lelaki itu dengan cepat, Icha kemudian membuka matanya perlahan.
Lelaki itu terlihat telah berlari berbelok dengan cepat.
“Dasar mesum!” umpat Icha dengan kesal sekali lagi, membuatnya teringat akan peristiwa ciuman tadi.
Ia langsung menjerit lirih, sambil merengutkan wajahnya, dan menginjak-injak tanah tempatnya berpijak.
“Liat aja! lain kali, gue nggak akan ngelepasin lo,” gerutu Icha dengan kesal sambil mengusap-usap bibirnya dengan kasar.
Ia kemudian berjalan keluar menuju Jalan Raya, sambil memperhatikan sekitar Komplek pelacuran tersebut penuh was-was, kalau-kalau para pria itu menemukannya lagi.
Tak Berapa lama, ia telah sampai di pinggir jalan raya.
Ia segera berjalan menjauh dari Kompleks tersebut, dan mengeluarkan ponselnya.
“Halo Ndra, lo dimana?” tanyanya agak panik, Ia ingin segera keluar dari wilayah itu.
“......”
“Baguslah, cepat jemput gue! sudah ku kirim gps-nya,” perintahnya cepat kemudian segera mematikan ponselnya.
Ia segera menutup mulut dan hidungnya dengan rambut panjangnya yang sedari tadi tergerai lepas, sambil membalikkan badannya membelakangi jalan.
Pikirannya terus saja was-was.
“Dari mana saja kamu?”
Icha yang tengah berdiri di pinggir jalan itu tersentak kaget, ia langsung membalikkan badannya ke arah sahabatnya itu yang tengah menyusulnya dengan sepeda motor matic warna pink.
Gadis berkerudung hitam itu terlihat kesal.
“Ceritanya panjang, nanti saja gue ceritain, Ndra? Sekarang biarin gue naik dan bersandar di punggung lu sebentar, gue capek banget,” ucap Icha sambil memakai helm yang disodorkan oleh temannya.
Gadis itu terlihat iba, menatap ke arah pakaian Icha yang setengah basah.
“Apa kau tadi habis berlari, baumu sungguh menyengat?” tanya gadis itu terdengar seperti menggodanya. Tapi bagi Icha yang sudah mengenalnya, gadis itu lebih seperti mengorek-ngorek cerita darinya.
“Ini karena si nenek lampir itu. Awas saja! gue akan buat perhitungan sama dia sesampainya di rumah,” jawab Icha kesal, kemudian duduk di atas jok belakang sepeda motor tersebut.
******
Icha segera masuk ke dalam rumahnya yang terlihat tidak biasa itu, lampu rumah yang biasanya padam pada jam segitu, masih terlihat terang benderang.
Ia tahu ada yang tidak beres, tapi ia sungguh lelah dan tak mau terlalu memikirkannya.
‘Apa yang terjadi, biarlah terjadi’ pikirnya.
Segera ia buka pintu rumah tersebut.
“Dari mana saja kamu, malam-malam begini?”
Icha menghela nafas panjang, melihat wajah papinya yang merah padam itu.
Terlihat di belakang papinya itu, ibu tirinya yang hanya terpaut sepuluh taun darinya itu tengah tersenyum nyengir ke arahnya.
Namun ia sama sekali tak kaget, itu adalah hal yang wajar di rumahnya tersebut. Bahkan ia sama sekali tak kaget mendengar bentakan papinya itu dan justru malah melengos pergi.
Papinya itu langsung menarik tangannya, dan menatapnya dengan begitu tajam.
“Aisyah, lihat Papi!” bentak lelaki itu lagi.
Dengan malas, Icha menatap papinya tersebut sambil menyahut pelan, “apalagi sih Pi, Icha capek.”
“Sudah berkali-kali Papi bilang, namamu itu Aisyah bukan Icha,” hardik Papinya itu kembali dengan nada lebih tinggi.
Namun Icha hanya menghela nafas panjang mendengarnya, dan kembali membalikkan badannya sembari membungkukkan badannya ke depan dengan malas, hendak beranjak ke kamarnya.
Lelaki itu tampak semakin marah, ia meraih tangan Icha dan menariknya, bahkan sudah mengangkat tangannya dan hampir menampar Icha, kala tiba-tiba, ibu tirinya yang sedari tadi terlihat tersenyum berubah memasang wajah iba, kemudian menurunkan tangan suaminya tersebut.
“Sabar Pi, semuanya bisa dibicarakan baik-baik.”
Icha hanya melenguh pelan melihat sikap red-flag ibu tirinya itu.
“Sikap seperti apa itu Aisyah? Kau benar-benar tidak bisa menghormati orang tua, padahal ibu tirimu itu sudah sangat sabar padamu,” ucap Papinya tersebut benar-benar membuat Icha tertawa terbahak-bahak.
Plak!
Terdengar suara tamparan keras dari Papinya tersebut yang mendarat tiba-tiba ke pipinya dengan begitu kencang.
Icha langsung memegang pipi kirinya tersebut, sementara tangan kanannya mencengkeram rok mininya dengan sangat erat. Ia berusaha menguasai dirinya yang begitu dongkol dengan sikap Papinya tersebut.
Sementara Papinya terlihat begitu menyesal di samping ibu tirinya yang terlihat menikmati pemandangan tersebut.
“Sejak wanita ini ada di rumah ini, Papi selalu memukulku, ini ketiga kalinya Papi memukulku. Sampai Papi berani memukulku lagi, aku tidak akan tinggal diam!”
“Berani kamu, Aisyah! Dasar anak kurang ajar!” teriak Papinya mendengar ancaman Icha dan melihatnya membalikkan badan sambil berlari naik ke lantai atas menuju kamarnya tanpa menghormatinya sama sekali.
Brak
Icha langsung membanting pintu kamarnya sampai tertutup dengan keras. Ia kemudian menyandarkan badannya di belakang pintu tersebut dan menangis sesenggukkan seketika.
“Dia itu anak remaja, Papi harus lebih bisa bersabar!”
Sayup-sayup terdengar suara manipulatif dari Si nenek lampir itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
Hai ka
yu gabung bersama gc Cbm.
kita d sn akan belajar brg
caranya follow akun sy dl
nnti akn sy ksh undangan thx
2024-08-30
0
Sa'adiah
Aku mampir Thor .....
2024-08-29
1