Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Aku rindu. Bukan rindu pada seseorang namun rindu pada keluarga yang jalinannya mulai mengendur. Entah harus bagaimana agar ikatan itu tidak benar-benar lepas. Aku tak tahu.
🔥🔥🔥
"Neng istirahatlah. Tidurlah, kamu terlihat capek.." Nyai merebahkan tubuhnya di dipan .Aluna bingung dipan itu sempit. Bagaimana bisa dipakai buat dua orang.
" Memang kecil dipannya.Tapi cukup buat kita berdua. Apalagi tubuhmu kerempeng begitu..." Nyai kembali menyuruh Aluna yang terlihat ragu. Nyai seperti tahu apa yang dipikirkan Aluna.
"Iya nyai.." Aluna menjatuhkan tubuhnya di dipan tersebut. Dia memang capek dan mengantuk. Beberapa kali terlihat menguap.
Begitu tubuh Aluna menyentuh kasur tipis, dia merasa heran. Kasur itu terasa empuk dan juga lebar. Bahkan saat menengok ke kiri, di mana nyai tidur, terlihat masih ada ruang kosong di antara mereka.
Namun Aluna tidak berani berkomentar. Sejak masuk rumah ini, dia merasakan hawa dingin yang membuat bulu kuduk berdiri. Herannya, Aluna tidak bisa menolak untuk tidak masuk ke dalam rumah. Seperti ada kekuatan lain yang menariknya ke dalam.
" Tidur neng. Besok kamu harus pulang. " Ucap nyai lagi tanpa menoleh. Nyai terlihat tidur terlentang, menatap langit-langit kamar.
"Iya nyai.." Mata Aluna sudah tidak bisa dibuka. Rasa kantuk menyerangnya. Tadi, setelah minum wedang yang disediakan nyai, sebenarnya rasa kantuk itu langsung menyerang. Terlihat Aluna menguap beberapa kali. Namun dia tidak enak hati sebelum dipersilahkan untuk tidur.
" Neng, nama kamu siapa.."
" Aluna nyai.." Jawab Aluna singkat sambil terpejam. Matanya memang terpejam namun telinganya masih mendengar suara-suara di sekitarnya.
" Nama yang bagus.."
Setelah itu Aluna tidak mendengar suara apa-apa lagi. Terdengar nafas nya yang teratur. Pertanda dia sudah tidur pulas. Nyai menoleh dan tersenyum.
" Anak yang baik..." Ucapnya lirih. "Jadilah wanita kuat. Di depan masih banyak cobaan menghadang.." Nyai mengusap lengan Aluna. Kemudian memejamkan mata. Ikut tidur karena hari memang sudah malam. Mereka berdua tidur pulas.
🔥🔥🔥
Dengan langkah pasti Aluna melangkah. Kakinya begitu ringan menjejak bumi. Hatinya begitu lega. Semua sudah baik-baik saja. Semua apa yang dia rasakan seperti menguap begitu saja. Hilang bersama gelap yang berganti terang.
Aluna pulang ke rumah diantar Ujang. Sebenarnya dia menolak tapi mereka memaksa. Mereka tidak tega melihat keadaan Aluna.
Padahal Aluna baik-baik saja. Apalagi semalam bisa tidur pulas. Bangun pas adzan subuh. Itupun karena dibangunkan oleh nyai. Tidak tahu kenapa setelah minum wedang yang disuguhkan oleh nyai, tubuhnya terasa ringan. Rasa kantuk langsung datang dan dia bisa istirahat dengan tenang dan nyaman.
Aluna sangat bersyukur bertemu dengan keluarga yang sangat baik. Ditengah kemelut kehidupannya, dia masih menemukan orang-orang baik. Aluna sangat terharu dan juga bersyukur bisa bertemu mereka.
Aluna telah sampai di depan rumahnya. Dia melihat pintu masih tertutup rapat. Aluna menoleh, melihat ke arah rumah di sebelahnya. Terlihat pintu juga masih tertutup rapat. Bahkan lampu halaman masih menyala.
" Mungkin mereka masih tidur.." Gumam Aluna. Dia mencari kunci yang selalu dia bawa.
Saat pintu terbuka, dia sangat terkejut. Rumahnya sangat berantakan. Sampah bekas makanan ringan berserakan. Gelas, mangkok kotor teronggok di atas meja.
" Siapa lagi yang melakukan ini. Tidak mungkin orang lain bisa masuk. Pasti perbuatan Nina sama Andra.." Keluh Aluna.
" Anak itu kenapa berubah...." Aluna tidak bisa mengumpat dia hanya bisa menahan kekesalannya. Dia selalu memaafkan perbuatan kedua adik angkatnya tersebut.
Mungkin salah Aluna yang terlalu percaya dan memanjakan keduanya. Mereka adalah tetangga dekatnya yang sudah dia anggap seperti keluarga sendiri. Dulu mereka sangat manis, saat pertama kali mereka dipertemukan.
Bukan bertemu sebenarnya. Tapi menemukan pastinya. Kedua bocah yang terlihat kelaparan di jalanan dipungut dan diangkat sebagai adiknya. Saat itu Aluna baru pindah ke kampung tersebut. Dia merasa kasian karena nasibnya sama seperti dirinya dahulu.
Andra dan Nina saat itu sedang duduk di bawah pohon. Dia terlihat lelah dan lemas. Ternyata mereka belum makan sejak pagi. Mereka dikejar anjing setelah ketahuan memetik mangga tetangganya. Dari situlah Aluna mulai dekat dengan Andra dan juga Nina.
Mereka mencuri karena kelaparan. Ibunya belum memasak. Di rumahnya memang tidak ada yang di masak. Ibunya kerja serabutan. Sedangkan ayah Andra dan Nina sudah meninggal.
Aluna merasa kasian. Dan akhirnya Aluna menganggap keluarga mereka seperti keluarga. Selalu berbagi apa yang dia punya.
Aluna memberi kebebasan pada mereka untuk masuk sesuka hati ke rumahnya. Kecuali kamarnya yang akan selalu di kunci. Banyak barang berharga di sana. Walaupun bukan harta yang banyak, namun sesuatu yang sangat bernilai untuk Aluna. Dia tidak mau ada yang merusak ataupun mengambilnya.
Kekacauan rumahnya saat ini benar-benar yang paling berantakan. Benar-benar yang terparah sejauh ini. Rumah yang biasanya rapi terlihat seperti habis terkena tsunami. Sampah dan perkakas kotor tidak disimpan di tempat yang semestinya.
Aluna tidak habis pikir, bisa-bisanya mengacau rumah orang yang telah memberikan kepercayaan dan telah membantu mereka selama ini. Entah apa yang mereka lakukan hingga bisa sekacau ini.
" Harus ditegur kayaknya. Tidak bisa seperti ini terus.." Aluna mendengus kesal. Apalagi dengan keadaannya saat ini yang sedang tidak baik-baik saja. Bertambah lagi beban hidup yang harus dia tanggung.
Aluna hanya melewati tempat itu. Dia harus segera membersihkan diri dan segera berangkat bekerja. Dia tidak boleh terlambat. Kalau tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Hanya itu yang bisa membuat dirinya semangat untuk saat ini. Bekerja dan bekerja yang bisa mengalihkan semua yang dirasakannya.
" Biar nanti saja merapikannya." Gumamnya pelan. Dia segera mandi dan berdandan. Waktu cepat sekali berjalan. Dia harus segera sampai di tempat kerjanya.
" Mungkin harus aku ganti kunci rumah ini. Tidak mungkin seperti ini selamanya." Monolog Luna. Saat ini dia sedang merasa sangat lelah dengan keadaaan kehidupannya. Cobaan yang datang bertubi-tubi, membuatnya tidak bisa berpikir. Hatinya selalu gelisah dan tidak tenang.
Padahal tadi saat pulang, hatinya sudah tenang. Seperti mendapatkan cahaya dari rumah Abah dan nyai. Namun saat sampai rumah, melihat keadaan rumah , hatinya kembali berkecamuk.
Dia tidak paham, kenapa Orang yang dianggap saudara dan selalu ditolong malah seperti memanfaatkannya. Dia harus merubah kondisi ini. Dan harus tegas. Tidak mau lagi jadi tulang punggung keluarga angkatnya yang sepertinya malah mengandalkannya. Sebagai tetangga Aluna hanya sekedar membantu. Tidak harus menghandle semuanya.
" Haduh, ini baju belum disetrika lagi. Nina memang pemalas. Hanya membantu menyetrika baju saja tidak mau." Aluna menggerutu.
Aluna tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya. Dia gadis yang mandiri. Hanya saja dia berharap adik yang dia angkat tersebut mau mengerti dan bisa membantu pekerjaan di rumahnya.
Keadaan Aluna yang sedang tidak baik-baik saja, membuat semuanya terlihat tidak benar di matanya. Hari semua terlihat kacau di mata Aluna.
" Astaghfirullah.. Sudah jam tujuh. Semoga tidak terlambat..."
Biasanya Bram menjemputnya dan mereka akan berangkat bersama. Tempat kerja Aluna dan Bram searah. Dan mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Namun belakangan ini Bram berubah. Sudah jarang menjemputnya dengan alasan harus berangkat lebih pagi karena tugasnya semakin banyak.
Bram memang baru naik jabatan dua bulan lalu. Sehingga dia dituntut untuk lebih disiplin dan memberi contoh yang baik pada bawahannya. Itu yang dikatakan Bram. Aluna percaya saja. Dia tidak pernah berpikir terlalu jauh. Apalagi dia gadis yang mandiri tidak tergantung orang lain.
Aluna bergegas keluar rumah. Dia memakai baju yang ada saja. Yang penting terlihat rapi. Dia tidak boleh terlihat berantakan walaupun sebenarnya memang dia sedang berantakan.
" Love, apa perlu saya antar..."
Aluna terkejut mendengar suara itu. Kenapa harus hadir di saat seperti ini. Di saat dia buru-buru harus segera berangkat kerja.
" Love, kamu tidak melihat saya.."
Aluna tidak menghiraukan suara tersebut. Entah suara siapa. Belakangan ini dia merasa ada sesuatu yang aneh dari dirinya. Tiba-tiba banyak suara-suara yang datang mengganggunya. Memanggilnya dengan panggilan yang romantis yang membuat dirinya kebingungan.
Kali ini yang datang bang Jerry. Itu namanya sesuai pengakuannya. Entah siapa Meraka dan dari mana. Aluna tidak tahu.
" Love.. kamu kenapa. Kamu tidak menginginkan saya.." Suara tersebut mengikuti kemana Aluna melangkah.
" Love..." Jerry merajuk. Dia tidak pernah diabaikan seperti saat ini.
Aluna menoleh ke arah suara tersebut. Dia hanya memandang sekilas dan segera bergegas menuju motor meticnya. Aluna terlihat kesal dengan suara-suara itu.
" Love.. Kamu kenapa. Kamu mengabaikan saya. Apa salah saya.."
" Bang, kali ini saja jangan ganggu saya dulu. Saya buru-buru harus bekerja. Ok.. Nanti sepulang kerja kita berbincang. Saya tidak mau terlambat.."
Setelah berkata, Aluna segera melakukan motornya meninggalkan rumah menuju tempat kerjanya.
Jerry terdiam. Aluna tidak pernah seperti ini. Aluna selalu menyambut hangat setiap kali dia hadir. Aluna akan tersenyum bahagia dengan semua yang Jerry lakukan.
Jerry memandang Aluna sampai tidak terlihat. " Love apapun yang terjadi semoga kamu selalu baik-baik saja.." Jerry tersenyum. Kemudian dengan perlahan tubuhnya mengabur. Hilang ditelan kenyataan.
Dengan tenaga yang tersisa Aluna mengendarai motor meticnya dengan kecepatan tinggi. Hari sudah siang dia tidak mau terlambat. Dia seorang karyawan yang disiplin dengan waktu. Dia sangat memperhitungkan segalanya.
Lalu lintas cukup padat pagi ini. Apalagi ini hari Senin. Semua terasa seperti memburu waktu. Ingin lebih cepat sampai di tempat tujuan. Semua berlomba untuk saling mendahului. Mereka berlomba mengejar waktu.
Aluna sangat lincah mengendarai motornya. Dia bisa mencari celah sempit. Motornya berlari bak kancil meliuk-liuk melewati celah yang Akhirnya Aluna sampai juga ditempat kerjanya. Bergegas Aluna berjalan menuju ruangannya. Namun terlambat..
" Hai Lun.. Baru sampai..."
Aluna menoleh mendengar Alisha menyapanya. Sebenarnya dia ingin menghindarinya. Namun ternyata dia keduluan. Alisha telah melihatnya.
" Aku masuk ruangan dulu ya Lis.. Maaf ada yang harus aku kerjakan..." Aluna Segera berlalu. Dia ingin segera pergi dari tempat tersebut.
" Lun... Tunggu. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.." Alisha berlari berusaha mengejar Aluna.
" Maaf Lis, lain kali saja. Aku sudah di tunggu pak bos di ruangannya. Ada laporan yang harus saya sampaikan.."
Setengah berlari Aluna meninggalkan Alisha. Segera menuju ruangannya dan mengambil berkas yang diperlukan. Aluna tidak berbohong karena hari ini ada rapat di divisi nya.
Aluna bisa bernafas lega ketika bisa menjauh dari alisha. Dia pegang dadanya yang berdebar kencang menahan amarah. Bagaimana pun juga perkataan Alisha kemarin sangat melukainya.
" Lun, nanti siang kita rapat di luar.."
Bos besar lewat di sebelah Aluna dan dengan santainya berbisik di telinganya. Aluna terjengat. Dia diam tak bisa bereaksi apa-apa.
" Kenapa diam. Jangan lupa pukul sebelas tiga puluh di tempat parkir.." Bos besar berlalu pergi meninggalkan Aluna yang terdiam tidak berdaya. Padahal dia belum memberikan jawaban. Tapi apa kata bos besar adalah sebuah titah....
Bersambung
Bagaimana acara makan siang mereka ya...
Terima kasih buat yang sudah mampir dan memberi jejak.
Lopeeeee ❤️❤️❤️❤️❤️