Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Dara terkejut melihat Dava sedang memandangi foto wanita yang cantik berkebaya maron dengan riasan tipis di ponselnya. Tapi nampak wajah kecewa pada wajah Dava jika terlihat dari samping.
Dara pun pelan-pelan meninggalkan kamar Dava. Dia urungkan niat untuk memanggil abangnya seperti perintah mamanya.
Ketika sampai di ruang makan, Dara berteriak memanggil mamanya.
" Mama... Mama.. " teriak Dara.
" Kamu ini apaan sih, anak gadis kok pake teriak-teriak segala di dalam rumah. Gak sopan itu, jangan diulangi lagi ya " ujar mama Wina.
“ Mana abangmu, bukannya tadi kamu di minta tolong untuk panggilin dia? “ tanya mama Wina.
“ Itu dia ma, bang Davanya lagi galau, mukanya kusut dan lecek kayak cucian belum di setrika. Kayaknya abang lagi jatuh cinta atau putus cinta gitu deh. Tadi waktu ku ketok pintunya, gak ada yang buka, terus aku buka dan masuk. Aku aja yang masuk ke kamarnya, dia gak tahu, dia malah lagi sibuk liatin foto cewek di ponselnya. “ jawab Lia sambil duduk siap untuk makan.
“ Kamu serius, Dava lagi liatin foto cewek? “ tanya mama Wira tampak senang.
" Serius pake banget, ma. Ceweknya cantik, putih, lagi pake kebaya warna maron, pokoknya top deh. " ujar Dara sambil mengacungkan dua jempolnya.
" Kalo putus cinta, kayaknya gak mungkin deh, Dava kan gak pernah cerita sama mama kalo dia punya pacar. Kalo jatuh cinta, itu mungkin, secara abangmu mana pernah dekat dengan cewek. Mungkin ini yang buat dia lagi bingung, gimana cara mendekatinya, dia kan gak punya pengalaman. " ucap mama Wina.
" Ya sudah, kalo gitu, kita bertiga aja dulu yang makan. Yang lagi kasmaran biarkan dulu dengan dunianya. Papa sudah lapar. " ucap papa Wira menyudahi pembicaraan Dara dan mama Wina.
" Baiklah, pa." ucap Dara.
Kemudian mereka bertiga duduk untuk makan. Mama Wina mengambilkan makanan untuk papa Wira. Selama makan, mereka hanya diam, hanya suara sendok bersentuhan dengan piring yang terdengar.
Akhirnya makan malam pun selesai. Dara pamit untuk kembali ke kamarnya, mau melanjutkan tugas kuliahnya. Papa Wira duduk di ruang keluarga sambil membaca koran. Mama Wina berniat menemui Dava.
Mama Wina di bantu ART, membereskan meja makan. Kemudian ia menyiapkan makanan untuk Dava yang di susun di atas nampan.
" Biar saya saja bu yang bawakan makanan untuk den Dava. " ucap ART.
" Gak apa-apa, biar saya saja. Mbak bisa beresin dapur terus istirahat. " ucap mama Wina.
" Baik bu. " ucap ART dan berlalu menuju dapur.
Kini mama Wina sedang menuju kr kamar Dava sambil membawa nampan berisi makanan untuk Dava.
Mendengar cerita dari Dara, tentang Dava yang sedang tertarik dengan perempuan, membuat mama Wina antusias sekali ingin membuktikan kebenarannya.
Selama ini mama Wira hampir putus asa karena tidak ada mendengar kedekatan Dava dengan seorang wanita.
Mama Wina memang mengetahui bahwa banyak wanita yang ingin mendekati Dava, baik itu tulus ingin berteman, atau sekendar ingin memanfaatkan kelebihan dari apa yang Dava miliki. Ingin memanfaatkan harta dan kedudukannya. Tapi belum pernah ia tahu bahwa Dava ada tertarik dengan salah sati dari mereka.
Tapi mama Wina dan papa Wira tidak pernah berniat menjodohkan anak-anaknya, Mereka membiarkan Dava dan Dara untuk menentukan pilihan sendiri. Mereka hanya menanamkan pilih yang seiman dan memiliki akhlak sopan santun dan anak yang baik, tidak peduli akan status sosial ekonominya.
“ Dava, buka pintunya, ini mama nak. “ ucap mama Wina dengar suara tegas sambil mengetuk pintu kamar Dava.
Sama seperti Dara tadi, mama Wina juga tidak mendengar suara apapun dari dalam, bahwa ada orang yang akan membuka pintu.
Akhirnya perlahan mama Wina membuka pintu kamar. Ia berjalan perlahan menuju putranya yang sedang memegang ponsel yang duduk di sofa di pojok kamar.
Nampan ia di letakkan di meja kecil sebelah sofa. Kemudian ia duduk di sebelah putranya.
Ia melihat ke arah ponsel Dava, di mana terdapat foto wanita dalam balutan kebaya maron, riasan tipis namun justru menampilkan kecantikan alaminya, seperti keterangan Dara tadi.
" Ternyata benar apa kata Dara, putraku sedang kasmaran tapi galau. " ucap mama Wina dalam hati.
Perlahan di tepuknya bahu putranya agar Dava sadar dari lamunannya. Usaha itu berhasil, Dava kaget melihat mamanya ada di sebelahnya.
Dia gelagapan melihat senyum tipis mamanya yang memandang ke arahnya. Dia merasa seperti tertangkap basah sedang melalukan hal yang salah.
“ Kamu kenapa bang, kok sepertinya kalut begitu? “ tanya mama Wina sambil mengusap telapak tangan putranya.
“ Enggak apa-apa ma. “ jawabnya sambil mengusap wajahnya.
“ Kalau ada masalah, boleh dong cerita sama mama. Jangan sampe itu bisa mengganggu kerjamu. Tadi aja Dara ke sini, manggil kamu untuk turun makan kamu pasti gak tau kan? “ ucap mama Wina.
“ Tadi Dara ke sini, mau ngapain? “ tanya Dava karna tadi ia tidak menyadari kedatangan Dara.
“ Mau panggil kamu makan tapi kamunya malah fokus sama itu ponsel. “ kata mama Wina.
Dava tak menyadari, sudah berapa lama ia memandangi foto Lia di ponselnya. Dirinya sedang merindukan Lia tapi tak bisa ia gapai.
“ Sebaiknya kamu makan dulu, baru bisa lanjut mikirnya atau liatin ponselnya. “ saran mama Wina sambil agak menggoda.
" Baik ma, tapi sebelumnya aku boleh tanya gak? " ucap Dava.
" Kamu mau tanya apa. " tanya mama Wina.
“ Ma, boleh aku tanya kan? “ ucap Dava setelah dia diam beberapa saat.
“ Apa yang mau kamu tanya, jika bisa, mama akan jawab. “ ucap mama Wina.
“ Jika aku mempunyai calon, apa papa dan mama mementingkan bibit bebet bobotnya? “ tanya Dava gusar.
“ Tentu dong, itu penting. “ jawab mama Wina.
“ Kenapa? Apa kamu sudah punya calon. “ lanjut mama Wina.
“ Ya... jangan gitu dong ma, gimana jika semua tidak sesuai dengan mau papa mama. “ ujar Dava pasrah.
“ Emang kamu kenapa, coba cerita sama mama. Apa itu tentang wanita yang fotonya ada di ponselmu? “ tanya mama Wina.
Akhirnya, Dava bercerita pada mamanya, bahwa ia sedang jatuh cinta pada Lia, wanita yang fotonya ada di ponselnya. Tapi Lia menolaknya karna merasa mereka jauh berbeda status sosialnya. Keluarga Dava berada jauh kedudukannya dari keluarga Lia. Lia pernah mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan putra keluarga orang berada. Bagi Lia tidak cukup hanya saling cinta antara laki-laki dan perempuannya, tapi penting juga restu orang tua agar hubungan itu dapat langgeng. Lia tidak mau tersakiti lagi karena penolakan keluarga laki-laki yang mencintainya.
" Emangnya siapa dia, sampe berani menolak putra mama yang tampannya kayak pangeran ini? “ tanya mama Wina bercanda, mencoba mengusir kegalauan hati putranya.
“ Mama, aku lagi gak main-main. “ jawab Dava kesal.
“ Iya deh, tapi kalian ketemunya di mana? “ tanya mama Wina.