Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Ginran menemani Kaiya dan menunggu sampai gadis itu ketiduran barulah ia pulang. Masih banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan kepada gadis itu, namun Ginran tahu dia harus sangat berhati-hati. Kaiya pasti akan menjadi sangat sensitif, apalagi kalau kembali mengorek masa lalunya.
Apa yang terjadi pada Kaiya sangat drastis. Meninggalkan trauma yang amat besar. Tentu Ginran ingin membuat Kaiya sembuh dari traumanya, namun segalanya harus dipikirkan dengan matang. Jangan sampai melukai Kaiya lagi. Untuk mengawalinya dia akan bertanya pada orang yang tahu persis kejadian itu.
Jason.
Nama laki-laki itu langsung muncul dalam benak Ginran. Meski masih marah pada lelaki itu yang pernah berencana melecehkan Kaiya, Ginran tidak memungkiri bahwa Jason juga adalah yang membantu Kaiya. Sampai gadis itu terlihat sangat dekat dengannya, berarti di masa lalu, lelaki itu pasti selalu ada untuk gadisnya ini.
Ginran menyesali tahun-tahun yang dilewati Kaiya tanpa dirinya. Tapi apa boleh buat, ia juga tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengubah semuanya. Pria itu menatap gadis di depannya yang sudah tertidur pulas. Ia pun tersenyum mengusap-usap puncak kepalanya penuh sayang.
"Tidur yang nyenyak manis, aku pulang dulu. Sampai ketemu besok." lalu Ginran berbisik lembut di telinga Kaiya, tak lupa memberi gadis itu kecupan sayang di keningnya dan keluar dari kamar tersebut.
Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Ginran sudah ada di apartemen Kaiya. Laki-laki itu terlihat sangat bersemangat dibanding sebelum-sebelumnya, wajahnya jauh lebih cerah dan penuh semangat. Ketampanannya semakin terpancar. Kaiya dapat melihat Ginran yang baik hati dan lemah lembut waktu masa remaja mereka telah kembali.
"Good morning sweety."
Cup.
Sapa Ginran begitu pintu apartemen Kaiya terbuka. Ia bahkan tak segan-segan memberikan ciuman selamat paginya di pipi Kaiya dan masuk begitu saja. Jelaslah Kaiya terheran-heran. Dia masih harus membiasakan diri dengan semua ini.
"Kamu belum siap-siap?" tanya Ginran yang kini duduk di sofa. Pandangannya tak lepas sedikitpun dari Kaiya. Gadis itu masih mengenakan baju tidur yang ia pakai semalam.
"Kemana?"
Ginran tertawa kecil.
"Kampus. Memangnya kemana lagi?"
Ah benar. Saking merasa yang terjadi dari kemaren itu seperti mimpi, Kaiya jadi lupa. Gadis itu ikut tertawa. Tawanya belum benar-benar lepas namun setidaknya itu sudah merupakan awal yang baik.
Kaiya pun masuk kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sekitar tiga puluh menit kemudian gadis itu keluar. Ia mengenakan pakaian kasual, kaos warna hijau dan jeans hitam, khas anak kuliahan kebanyakan. Tak ada polesan make-up di wajahnya. Ia hanya mengenakan skincare dan liptint biar wajahnya tampak lebih cerah.
Gayanya sederhana namun karena pada dasarnya gadis itu memiliki kecantikan alami, tanpa makeup dan penampilan sederhana sekalipun tak bisa menutupi kecantikannya. Terlebih lagi Ginran lebih menyukai gadis itu tanpa polesan apapun.
"Ayo tuan putriku yang cantik, kita pergi sekarang." ucap Ginran berdiri dan mengulurkan sebelah tangannya kepada Kaiya. Mulai hari ini dia akan terus memanjakan gadis ini.
Walau masih malu-malu, Kaiya pun menyambut uluran tangan Ginran.
Mereka keluar dari tempat itu, berangkat menuju kampus. Sampai di dekat gerbang, Kaiya menyuruh Ginran menghentikan mobilnya.
"Berhenti,"
"Kenapa, ada yang ketinggalan?" lelaki itu bertanya setelah mobilnya berhenti.
"A ... Aku turun di sini aja." gumam Kaiya. Ginran mengernyitkan dahi.
"Kenapa?"
"Aku ..." Kaiya merasa tidak enak kalau orang-orang melihatnya turun dari mobil Ginran. Sudah cukup mereka membuat satu kampus heboh kemarin.
"Kamu risih orang-orang akan melihat dan membicarakan kita?" Ginran bisa menebak apa yang gadis itu khawatirkan. Kaiya tidak menjawab, namun dengan diamnya gadis itu sudah menjawab pertanyaan Ginran.
Pria itu menggenggam tangan Kaiya erat. Gadis itu menatapnya.
"Jangan pikirkan kata orang. Fokuslah pada dirimu sendiri. Perkataan orang lain tidak penting, yang penting adalah kamu tidak terpengaruh sama mereka. Dan jangan lupa, kamu punya aku di sampingmu. Ada Darrel, Jiro dan Naomi juga. Kami semua akan selalu ada buat kamu. Bukanlah kesalahpahaman kita sudah berakhir? Jangan takut lagi ya?" tangan Ginran berpindah menyentuh kepala Kaiya.
Kaiya tersenyum tipis. Lalu menganggukkan kepala. Ia akan mencoba melakukan seperti yang dikatakan pria ini. Benar, dia masih punya mereka. Karena ada Ginran dan yang lain di sisinya, dia harus kuat. Seperti kata tantenya, Jason dan dokter Kean. Dia harus mencoba memulai hidup baru, tidak terpaku pada masa lalu yang kejam.
Ginran kembali menyalakan mesin mobilnya dan berjalan memasuki gerbang kampus. Sudah biasa baginya di lihat orang-orang saat memasuki gedung besar tersebut, terutama para cewek. Lebih tepatnya lagi cewek-cewek itu rata-rata ingin cari perhatiannya.
Kaca mobil Ginran, dan Kaiya senang karena tidak ada yang melihatnya di dalam mobil Ginran. Untuk sesaat ia masih selamat. Namun gadis itu cukup takjub melihat banyak cewek-cewek di sana yang tebar pesona. Jelas-jelas mereka sedang tebar pesona sama Ginran. Kaiya hanya bisa tercengang.
"Kenapa, pacarmu ini memang populer. Bukannya waktu SMA banyak juga yang begitu?" ucap Ginran bisa melihat Kaiya menatapnya dan menatap takjub orang-orang di depan sana.
"Tapi yang ini jauh lebih banyak dibanding dulu." kata Kaiya.
"Kamu cemburu?" mata Kaiya melebar.
"Siapa yang cemburu? Kan mereka cuma caper doang, itu wajar karena kamu tampan."
"Bagaimana kalau aku tiba-tiba tertarik sama salah satu di antara mereka?" pancing Ginran. Ia ingin melihat reaksi Kaiya.
Gadis itu terdiam sesaat. Matanya berkedip-kedip mencoba menghindari bertatapan dengan laki-laki itu.
"A ... Ka ... Kalau kamu tertarik sama salah dari cewek-cewek itu, itu hak kamu. Perasaan nggak bisa dipaksa." ucapnya. Dalam hati ia merasa tidak rela kalau Ginran benar-benar tertarik pada perempuan lain selain dirinya.
Ginran terkekeh lalu mengacak-acak rambut gadis itu.
"Bodoh, itu tidak mungkin terjadi. Kalau aku menyukai wanita lain, mana mungkin aku nungguin kamu bertahun-tahun ini seperti orang gila. Perempuan cantik dan menarik memang banyak, tapi hanya kamu yang bisa bikin aku tergila-gila."
Rasanya Kaiya ingin melompat-lompat mendengar ucapan Ginran. Senang sekali mendengar kalimat yang diucapkan oleh pria itu. Ia tidak sadar kalau Ginran sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya. Sekarang semua orang di sekitar situ bisa melihatnya dan langsung berbisik-bisik. Banyak yang sengaja menunjukkan tatapan iri mereka.
"Keluarlah, tuan putri."
Astaga. Kaiya malu sekali. Tapi ia mencoba bersikap tenang. Seperti kata Ginran tadi.
Jangan pikirkan kata orang. Fokuslah pada dirimu sendiri.
Fokus pada dirimu sendiri Kaiya, fokus.
pasti terlepas deh /Facepalm/