Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat dari Marini
Degup jantung Amel berdetak tak karuan setelah mobil hitam yang ditumpanginya sampai di halaman rumah ibunya. Keadaan di sekitar rumah terlihat ramai. Ada beberapa tetangga yang duduk di teras rumah dan di halaman samping.
"Nek, kenapa banyak orang di rumah ibu?" tanya Amel sebelum keluar dari mobil. "Aku mau di sini saja ya. Aku malu, Nek," ucap Amel.
"Kita harus turun. Tetaplah percaya diri. Kita harus memastikan keadaan ibumu baik-baik saja." Marini menatap Amel penuh harap. Wanita lanjut usia itu hanya ingin Marini dan Amel kembali menjalin hubungan baik seperti dulu.
"Baiklah," jawab Amel setelah berpikir beberapa menit. "Pak, tolong tunggu di sini ya. Nanti saya akan memberikan bayaran lebih," ucap Amel kepada sopir taksi online sebelum keluar dari mobil.
Kedatangan Amel dan Lilis berhasil membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangan. Mereka tercengang melihat perubahan drastis dari diri Amel. Gadis yang dulu dikenal kalem dan pemalu, kini telah berubah menjadi seorang wanita dewasa.
"Amel? Ini Amel 'kan?" sambut salah satu tetangga dekat Amel. "Ya Allah, akhirnya kita masih bisa bertemu, Nak. Masyaallah kemana saja selama ini?" tanya seorang wanita paruh baya sambil mengusap lengan Amel.
"Alhamdulillah, Bu. Saya tinggal di salah satu kota di Bandung." Amel sengaja berbohong untuk menutupi identitasnya. "Kalau boleh tahu, ini kok pada berkumpul di sini, ada apa ya?" tanya Amel sambil mengamati keadaan yang ada di sekeliling.
"Apa Marini tidak ada di rumah?" tanya Lilis kepada wanita yang ada di hadapan Amel.
"Nah, ini yang sedang kami khawatirkan, Bu. Sudah tiga hari kami tidak melihat bu Marini keluar dari rumah. Kami khawatir bu Marini sakit. Lampu teras ini pun dibiarkan menyala sepanjang hari. Kami mau mendobrak juga tidak berani," jelas wanita tersebut.
"Apa Ibu sudah berusaha mengetuk atau memanggil Marini?" tanya Lilis.
"Sudah, Bu. Kami bahkan sudah berulang kali memanggil bu Marini sambil mengetuk jendela kamarnya," jawab wanita tersebut.
Kali ini Lilis lah yang mencoba memanggil putrinya. Namun, usaha wanita lanjut usia itu tidak ada gunanya. Pada akhirnya Lilis menyuruh beberapa tetangga yang ada di sana untuk mendobrak pintu ruang tamu.
"Marini," teriak Lilis setelah pintu terbuka lebar.
"Bu," panggil Amel dengan suara yang cukup kencang.
Suasana di dalam rumah terasa sepi dan keadaannya berantakan. Beberapa barang berjatuhan di lantai. Amel menitikkan air mata karena tidak sanggup menghapus ingatan tentang kejadian kala itu. Hatinya terasa pedih setiap melangkahkan kakinya di sana. Jantungnya semakin berdegup tak karuan saat melewati kamarnya.
"Kenapa kamar ini sangat berantakan?" gumam Amel saat berdiri di ambang pintu. Dia memasuki kamar itu untuk melihat kondisinya. Amel membiarkan Lilis dan beberapa tetangga mencari Marini di dalam rumah.
Amel mengambil figura yang tergeletak di lantai. Dia mengusap kaca figura itu. Tatapannya tertuju pada sosok tampan yang terbingkai di sana. "Aku rindu, Yah," gumam Amel seraya tersenyum tipis.
Amel meletakkan figura tersebut di atas meja setelah mendengar kegaduhan dan jeritan Lilis dari arah belakang. Dia bergegas keluar dari kamar dan berlari menuju sumber suara. Amel membekap mulutnya tatkala melihat tubuh ibunya tergeletak di lantai dengan kondisi tangan berlumur darah.
"Ibu!" teriak Amel sambil bersimpuh di lantai dapur. Dia tergugu mendapati tubuh yang terbujur di lantai dapur. Sementara Lilis sudah dibopong beberapa tetangga karena pingsan.
"Kenapa Ibu pergi dengan cara seperti ini?" gumam Amel di sela-sela isak tangisnya. Amel memeluk erat tubuh Marini yang terasa dingin dengan erat.
Sekali lagi, Amel dihadapkan masalah yang besar. Kali ini kehancuran hati tak sebanding dengan kepahitan di masa lalu. Rasa sesal yang begitu dalam membelenggu hati. Kerinduan akan pelukan hangat seorang ibu tak dapat dirasakan untuk selamanya. Amel tergugu meratapi nasib buruk yang menimpanya saat ini. Marini mengakhiri hidupnya dengan cara menyayat kedua pergelangan tangannya. Darah segar masih mengalir dari pergelangan tangan itu. Lantai dapur pun dipenuhi darah. Kemungkinan Marini belum lama melakukan aksi tragisnya.
****
Duka mendalam dirasakan oleh Amel. Menjelang sore pemakaman Marini baru selesai. Amel, Lilis berserta kerabat yang lain baru kembali dari makam. Kesedihan terlihat jelas dari sorot mata semua orang yang ada di sana. Mereka tidak menyangka jika Marini melakukan semua ini.
Amel sangat terpukul atas kepergian ibunya. Rasa bersalah serta rasa sesal kian membelenggu hati. Air mata terkuras habis untuk menangisi kepergian Marini. Kini, gadis cantik itu beranjak dari ruang tamu. Dia berjalan menuju kamar ibunya untuk mencari sesuatu.
"Kenapa ibu harus meninggalkan aku? Kita belum bicara dan menghukum Yusuf, Bu. Aku belum minta maaf atas semua kesalahanku. Kenapa ibu melakukan semua ini?" gumam Amel sambil memeluk figura yang membingkai foto Marini.
Setelah cukup lama menumpahkan segala kesedihan, Amel beranjak dari tempatnya. Dia merapikan kamar yang sangat berantakan itu. Barang-barang Marini pun berserakan di lantai. "Buku apa ini?" gumam Amel saat menemukan buku di bawah kolong tempat tidur.
Amel membuka buku tersebut untuk memastikan tidak ada catatan penting di sana. Amel terduduk lemas di lantai setelah mengetahui banyak hal yang ditulis Marini di sana. Dia membaca beberapa lembar catatan yang ditulis Marini.
"Apa ibu mengalami depresi setelah tahu jika Yusuf melecehk4nku?" gumam Amel setelah membaca coretan tangan Marini.
Dalam lembaran tersebut, Marini menuliskan banyak permintaan maaf kepada Amel. Banyak hal yang disampaikan Marini di sana, termasuk kebenciannya kepada Yusuf. Perasaan Amel semakin tak karuan setelah membaca satu lembar yang mungkin menjadi tulisan terakhir Marini karena tertulis tanggal dua hari yang lalu.
Aku manusia yang tidak berguna.
Aku gagal menjadi seorang anak
Aku gagal menjadi seorang ibu
Aku gagal menjadi seorang istri
Aku gagal menjadi diriku sendiri.
Aku tidak bisa melindungi putriku.
Aku menyesal mempercayai pria seperti Yusuf. Kenapa baru sekarang semuanya terbongkar? Aku sangat malu atas semua yang terjadi. Aku tidak berani bertemu dengan orang lain.
Aku gagal menjadi manusia. Mungkin seharusnya aku mati saja daripada tidak berguna hidup di dunia ini.
Siapapun yang menemukan catatan ini jika aku sudah tidak ada di dunia ini, tolong sampaikan jika aku sangat mencintai Amel. Aku menyesal karena pernah membencinya. Sampaikan permintaan maafku. Jemputlah putriku agar dia bisa melihatku untuk yang terakhir kalinya. Katakan padanya, agar menjaga diri dari pria manapun. Katakan pada Amel untuk menjual rumah ini untuk membayar hutangku. Tapi jangan lupa beritahu dia jika bukan aku yang memakai uang-uang itu. Yusuf lah yang menjadikan semuanya kacau. Sekali lagi katakan kepada Amel jika aku sangat mencintanya.
Bandung, 13 September 2024
Marini Dewi Pertiwi
Amel tergugu membaca tulisan terakhir Marini. Tangannya bergetar setelah mengetahui penderitaan ibunya setelah kejadian di rumah Lilis kala itu. Amel sangat menyesal pernah menghardik ibunya karena Yusuf.
"Aku minta maaf, Bu. Tidak seharusnya aku bersikap kasar kepada ibu. Aku sangat mencintaimu, Bu. Aku merindukanmu," gumam Amel dengan suara yang bergetar. Tangisnya semakin menjadi setelah melanjutkan bacaan di lembaran lain.
...🌹TBC🌹...
Gatau kenapa aku kok sedih banget ya nulis part ini😭
Andra di posisikan orang yg akan meninggslkan Amel sukarela
Semoga keluarga Ansra mau menerima Amel setulus hati
Untung Andra sudah antisipasi dari awal..
dulu aku pernah bermimpi tinggi dpt laki2 tajir.yg hdp serba kecukupan.eee gk tau nya hayalan...😁😁