tidak salahkan aku mencintai papa angkatku? aku rasa tidak, walaupun kami terpaut umur belasan Tahuh, tapi aku rasa kami sangat serasi.
tak masalah dia hanya menganggapku anak, tapi aku pastikan dia hanya akan melihat aku. dan akan aku singkirkan wanita yang berniat mendekat pada ayah angkatku sekaligus lelaki yang aku cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah kertas
Keesokan harinya
"Morning." Alena menyapa keluarganya dengan tersenyum, hingga Ken yang sedang sarapan langsung tersedak, semua menatap Alena dengan aneh, untuk pertama kalinya setelah 2 bulan berlalu Alena turun di pagi hari dan sepertinya akan sarapan bersama mereka, sebab biasanya Alena akan keluar dari kamar ketika semua sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing tentu saja Alena menghindari untuk bertemu dengan keluarganya.
"A-Alena!" Panggil Nana. Wanita itu bahkan hampir menjatuhkan gelas yang dia pegang ketika melihat putrinya tersenyum padanya, Alena menghampiri ibunya kemudian mencium pipi sang ibu lalu mendudukkan diri di sebelah Nana. Jujur Alena tidak nyaman melakukan ini, dia tidak terbiasa dengan sikap seperti ini. Tapi dari semalam Alena sudah berniat untuk berubah seperti Alena dulu, karena dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih atas apa yang dia lakukan.
"kau baik-baik saja, apa ada yang mengganggumu? Apa ada yang ...." Nana rasanya tidak sanggup lagi meneruskan ucapannya, tentu saja wanita itu bukannya senang dia malah takut. Nana takut Alena tertekan atas suatu hal lalu melakukan hal nekat dan bersikap seperti ini hanya untuk menutupi apa yang akan putrinya lakukan.
"No, aku baik-baik saja, aku sehat, dan aku akan berusaha menjadi Alena yang dulu, memang tidak mudah tapi jika tidak dibiasakan, aku akan terus terperangkap dalam luka. Kalian tidak usah khawatir, aku akan berusaha berdamai dengan diriku sendiri, dengan masa lalu, dan aku juga akan berusaha berdamai dengan papa darius, aku akan menyapanya walaupun tidak akan terlalu dekat."
Alena menjawab dengan riang, Tapi semua tahu mata Alena masih menyimpan luka yang sangat dalam, karena semua yang berada di meja kan itu bisa merasakan kesedihan gadis itu.
"Pelan-pelan saja, oke," ucap Jayden hingga Alena menggangguk.
****
Suasana ricuh terjadi di luar kelas, hingga Alena dan teman-temannya mengerutkan keningnya ketika terdengar suara tembakan yang sangat nyaring, seketika semua bersembunyi di bawah meja begitupun dengan Alena, semuanya menutup kuping karena suara sirine dan juga suara tembakan saling bertautan.
Rupanya di kampus Alena ada penembakan brutal yang dilakukan oleh salah mahasiswa di sana, dan beruntung polisi berhasil melumpuhkan orang itu. Tapi ternyata orang itu tidak sendiri ada beberapa temannya yang juga ikut dalam penemb akan secara brutal, itu sebabnya di luar kelas Alena polisi dan para mahasiswa itu sedang baku tembak.
Dan tentu saja semua yang berada di kelas ketakutan, begitu pun dengan Alena. Wanita itu meringkuk di sisi memegang telinganya dengan tubuh yang gemetar, hingga setelah 20 menit berlalu tidak terdengar lagi suara tembakan, dan terdengar suara derap langkah yang masuk ke kelas mereka.
"Semua aman, tidak usah khawatir." Terdengar suara polisi yang berbicara, hingga tiba-tiba jantung Alena berdetak sangat kencang karena ternyata yang berbicara itu adalah Darius.
Ya, Darius memang bergabung di dalam penanganan insiden barusan, ketika tersangka sudah dilumpuhkan dia menyusul ke semua kelas memberitahukan bahwa semuanya aman.
Mendengar suara polisi yang mengatakan bahwa semuanya aman, semua mahasiswi langsung keluar dari tempat persembunyian mereka. Sedangkan Alena masih diam membeku, wanita itu memang ingin berdamai dengan masa lalu termasuk dia ingin bersikap seperti biasa pada Darius, tapi ketika mendengar suara lelaki secara langsung tentu saja tidak semudah yang ia niatkan. Faktanya mendengar suara lelaki itu saja membuat dada Alena bergemuruh.
"Silahkan keluar dari kelas ini." Semua mahasiswa dan mahasiswi langsung mengambil tas mereka masing-masing, lalu keluar dengan cepat karena tentu saja mereka masih trauma dengan apa yang terjadi barusan.
Saat Darius akan menyisir sekitar kelas, tiba-tiba Darius menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang sedang bersembunyi di meja, baru saja Darius akan mendekat, tiba-tiba Darius menghentikan langkahnya kalah dia melihat ternyata yang bersembunyi adalah Alena.
Jujur, Darius tidak tahu Alena berkuliah di karena semenjak Natal, Darius tidak berkabar lagi dengan keluarga Jayden, bahkan Ken juga tidak membalas pesannya selama 2 bulan ini.
"Alena!" Panggil Darius ketika sudah dekat di tempat Alena, hingga Alena yang sedang memejamkan matanya langsung membuka mata, wanita itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Ayo lawan Alena, lawan ketakutanmu." Alena membatin, dengan cepat dia pun bangkit dari lantai karena dia tidak mau Darius membantunya untuk berdiri.
"Hai, papa," ucap Alena. Kini kedua tatapan ayah dan anak angkat itu saling menatap, Alena menantang dirinya untuk menatap wajah Darius dengan waktu yang lama. Namun ternyata tidak bisa, ada sesuatu yang ingin Alena ledakan dalam tubuhnya setiap melihat iris mata lelaki itu.
"Keluarlah, ini sudah aman," ucap Darius, dia tahu Alena tidak nyaman dengannya. Tentu saja sebagai seorang ayah dia ingin memeluk putrinya, tapi dia berusaha untuk menahan diri.
"Baik, papa sampai jumpa." Dengan cepat, Alena pun mengambil tasnya, kemudian dia berbalik. Karena terlalu terburu-buru, ada satu barang yang terjatuh dari tas Alena.
Hingga Darius pun mengambilnya, "Alena!" Panggil Darius ketika sudah mengambil kertas di tangannya, kertas yang merupakan kertas hasil USG yang terjatuh dari tas Alena.
Alena langsung berbalik ketika mendengar panggilan Darius. "Ini kertas USG milikmu?" Tanya Darius.
Dengan cepat Alena menggeleng. "Tidak, itu hasil USG milik kucingku, tadi kucingku pendarahan dan rupanya kucingku sedang hamil, sepertinya kucingku terlalu banyak memakan vitamin sampai overdosis jadi dia kehilangan dua anaknya." Alena langsung mengambil kertas itu dari tangan Darius.
"Kalau begitu permisi papa." Alena pun dengan cepat keluar dari kelas, sedangkan Darius masih dia mematung.
Aku masih selalu sedih kalau tentang Alena 🥹🥹 lebih sedih lagi ga ada 100 komen,