EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Cinta Terlarang
"Enggak perlu, Om. Kasihan Ara kecapekan bermain sama aku. Lebih baik langsung pulang saja. Kan besok pagi kita masih sekolah satu hari lagi sebelum libur akhir pekan," ujar Elang menolak secara halus.
"Kamu yakin, Nak. Bisa pulang sampai rumah baik-baik saja?"
Ada terbesit rasa khawatir dalam diri Langit. Entah mengapa, ia pun tak tahu. Hanya saja melihat Elang yang memiliki keterbatasan penglihatan tentu secara logika tak menutup kemungkinan di jalanan bisa saja ada orang yang jahat pada bocah spesial ini.
"Iya, Om. Tenang saja. Saya sudah tinggal di sini cukup lama. Jadi saya hafal kok jalannya dan kenal baik dengan warga yang tinggal di kampung ini. Aku pamit dulu ya, Om. Makasih banyak atas baju barunya dan semuanya. Semoga Om sehat selalu, dilancarkan rezekinya dan bahagia bersama Ara serta keluarga Om," ucap Elang tulus mendoakan Langit seraya berpamitan dengan menyodorkan tangannya.
"Aamiin..." jawab Langit.
Ia pun membalas uluran tangan Elang dan lagi-lagi Elang mencium tangan pria di hadapannya ini penuh takzim, yang sejatinya adalah ayah kandungnya sendiri yang hingga kini keduanya belum saling mengetahui kebenaran tersebut. Langit seketika merasakan haru menyeruak di dadanya. Ia pun mengelus rambut Elang dengan tangan yang lain saat Elang salim padanya.
Langit pun membuka pintu mobil untuk Elang dan membantu bocah ini turun.
"Hati-hati di jalan, Nak."
"Iya, Om. Da...da..." ucap Elang seraya melambaikan tangan dan tersenyum sumringah. Hatinya begitu bahagia hari ini. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Dirinya semakin mengagumi sosok Papa Ara yang menurutnya humble dan tidak memandang kasta orang lain.
Elang pun berjalan memasuki gang kecil seperti biasa menuju rumahnya yang cukup jauh dari ujung gang tersebut. Gang kecil yang tak bisa dilewati oleh mobil. Sebuah gang kampung yang padat akan rumah-rumah penduduk. Hanya ada beberapa rumah yang terlihat besar sisanya banyak rumah kos maupun petakan kontrakan di sana.
Langit begitu sedih melihat nasib Elang dan sosok ibu kandung bocah tersebut yang seakan menjalani kerasnya hidup. Ia tak mampu membayangkan bagaimana jika dirinya dan keluarganya yang tinggal di kampung kecil seperti ini.
Langit pun segera kembali masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pulang ke rumahnya yang ada di komplek dekat kampung tersebut. Saat mobil Langit melaju pergi, tak berselang lama motor Nanda memasuki kampung tersebut. Seakan semesta dan takdir belum mengizinkan keduanya bertemu untuk saat ini.
Nanda cukup terkejut melihat Elang tengah berjalan dari kejauhan saat dirinya sudah berada dalam gang. Ia melajukan motornya sedikit lebih cepat agar sampai pada posisi putranya berjalan.
Cittt...
Nanda pun mengerem saat sudah di dekat Elang.
"Anak Bunda dari mana? Kok jam segini masih bawa tas sekolah tapi enggak pakai seragam,"
"Eh, Bunda." Elang cukup terkejut bertemu sang Bunda di jalan.
"Naik," pinta Nanda.
"Iya, Bun." Elang pun langsung menuruti perintah Bundanya tanpa banyak basa-basi.
Seketika Nanda melajukan motornya kembali menuju rumah kontrakannya. Elang pun tak lupa berpegangan erat pada sang Bunda.
Setibanya di rumah, Elang menjelaskan jika dirinya baru pulang sore hari bukan karena keluyuran tidak jelas. Ia diajak Ara dan Papanya pergi ke Trans Studio Bandung. Elang tahu nama tempat yang ia datangi tadi karena Langit banyak bicara dan menjelaskan isi wahana-wahana di sana.
"Oh, ini Trans Studio Bandung ya Om. Aku pernah dengar dari internet cuma belum pernah ke sini. Soalnya masuk sini mahal ya, Om. Palingan aku diajakin Bunda ke wahana pasar malam. Murah meriah tapi aku udah seneng banget, Om."
Saat di Trans Studio Bandung, Elang dan Ara pun memakai baju mirip anak kembar yang dibelikan oleh Langit di sana. Seragam Elang tak lupa dimasukkan ke dalam tas sekolah. Dua bocah berbeda gender itu begitu kompak bermain bersama. Ara yang biasa pendiam justru banyak berceloteh pada Elang kala keduanya bermain. Langit memandang keduanya penuh haru dan bahagia.
"Begitu, Bun. Jadi baju dan celana ini yang beli Papanya Ara, temanku di sekolah. Orangnya baik banget, Bun. Aku tadi banyak main wahana di sana sama mereka," ujar Elang begitu antusias menceritakan keseruannya tadi bersama Langit dan Ara pada Nanda.
"Kamu yang minta dibelikan baju ini?" tanya Nanda dengan suara yang serius dan ditangkap jelas oleh Elang.
"Enggak, Bun. Aku sudah nolak tadi. Tapi Ara sama Papanya yang maksa aku buat terima. Bunda marah ya?"
Elang seketika menunduk di depan Nanda. Ia sangat tahu jika Bundanya pernah mengatakan sesusah apa pun diri kita jangan pernah mengemis atau meminta-minta pada orang lain.
Nanda tersadar jika tanpa sengaja ia menyudutkan putranya yang sebenarnya tak bersalah. Ia tak mau Elang terlena berteman dengan anak dari keluarga orang kaya. Sebagai ibu, dia khawatir putranya dimanfaatkan. Ia juga tak ingin Elang terbius dengan kemewahan semu yang diberikan oleh teman sekelasnya tersebut serta keluarga temannya tadi.
Dirinya tak ingin putranya dihina ke depannya. Dituduh berteman dengan anak orang kaya agar dapat mengambil hartanya. Terlebih anak tersebut perempuan dan Elang adalah anak laki-laki. Kerasnya kehidupan yang ia jalani membuatnya selalu waspada dan berjaga-jaga. Ia tak ingin putranya mengalami nasib yang sama seperti dirinya. Dihina karena miskin dan tak sederajat.
Sebab hinaan dari keluarga Langit dan juga pria di masa lalunya itu masih membekas di hatinya hingga sekarang. Tak tahu obatnya apa untuk menutup lubang atas luka yang telah menganga sejak lama di hatinya itu.
"Maafin Bunda ya, Nak. Bunda enggak marah kok sama Elang. Hanya saja kita perlu tahu diri dan menempatkan posisi di tempat yang seharusnya. Elang paham kan maksud Bunda," tutur Nanda penuh kelembutan seraya mendekap hangat putranya.
"Iya, Bun. Maafin aku juga yang mungkin lalai atas nasehat Bunda. Ke depan kalau keluarga Ara ngajak aku jalan lagi akan kutolak," ujar Elang. Ia sangat sayang sama Bundanya. Apa pun di hidupnya, nomor satu adalah sang Bunda. Tak ada yang lainnya.
☘️☘️
Bali.
Di atas ranjang ukuran king size di sebuah privat vila di wilayah Ubud, Bali, dua sejoli yang mendadak dimabuk kasmaran terlarang tengah menyatu dalam kondisi polos tanpa busana. Tanpa sengaja bertemu kembali beberapa waktu lalu di Bandung. Berujung keduanya bertukar nomor ponsel. Seketika ga*irah dan gelora cinta kembali muncul pada dua insan tersebut.
"Euggh..."
"Milikmu sangat menggigit sayang. Rasanya tak pernah berubah. Sungguh nikmat..." bisik mesra Edo di telinga Kayla yang kini sedang berada di bawah daksa tegapnya.
Tentu saja milik Kayla tetap rapat karena tak pernah terja*mah oleh Langit untuk memasuki rumah terdalam Kayla. Hanya Edo yang pernah memasukinya sebelum Kayla menikahi Langit. Dan kali ini yang kedua kalinya mereka melakukan kegiatan panas tersebut.
Langit impo*ten. Dan fakta ini Kayla tak memberitahukan pada Edo atau siapa pun. Tentu saja Kayla tak mau Edo salah paham bahwa ia mau disentuh karena Langit sedang sakit dan tak bisa memuaskan di atas ranjang. Ibarat kata Edo hanya sebatas sebagai pem*uas Kayla saja. So, rahasia itu disimpan Kayla secara rapat-rapat.
"Mas, a_ku mau sampai." Kayla begitu menikmati penyatuannya bersama Edo sampai-sampai tanpa sadar keduanya melakukan hingga beberapa ronde.
Saat keduanya memasuki kamar vila, Kayla yang justru beri*ngas lebih dulu untuk menarik Edo ke atas ranjang yang berakhir keduanya berbagi keringat. Kayla yang selama ini tak mendapatkan kepuasan di atas ranjang bersama Langit seakan berbuka puasa dengan sepuas-puasnya pada tubuh Edo.
Ia melupakan status Edo yang sudah beristri. Terlebih Silvia, istri Edo, adalah temannya sendiri. Bahkan ia tak mengingat Langit, suaminya maupun keluarga besar Langit. Di benaknya saat ini dirinya hanya ingin bersenang-senang dengan Edo, mantan kekasihnya.
"Ohh..."
"Argh..."
Keduanya pun mel0long panjang setelah mencapai puncaknya. Bibit masa depan milik Edo seketika tumpah ruah memenuhi rahim Kayla.
"Semoga benih kedua kita juga bertumbuh subur di sini seperti anak pertama kita. I love you sayang," bisik mesra Edo di telinga Kayla seraya tangannya mengelus lembut perut wanita yang menjadi mantan kekasihnya ini. Namun sepertinya Kayla akan berubah status menjadi wanita selingkuhannya.
Kayla begitu senang mencapai puncak madu asmara bersama Edo di atas ranjang. Namun ia tak menyangka Edo akan berharap anak padanya. Seketika rasa cemas menyergapnya. Ia menelan salivanya dalam-dalam.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
penyesalan sll ada dibelakang.