Divya G. Ratore gadis cerdas lulusan luar negri. Ia mempunyai karir yang cemerlang. Tidak dengan cintanya.
Ia selalu saja mengalah ,memberikan cintanya kepada orang lain. Sebenarnya ia sangat capek menjalani nya. Setelah selesai masalah yang satu, munculah yang lainnya. Divya lelah, sampai sampai ia berniat tidak ingin berkomitmen lagi.
Namun, siapa sangka Divya tiba - tiba di jodohkan dengan orang ia kenal. Namun, naas awal pernikahan nya sudah dimasuki oleh orang ketiga . Dan si*lnya orang ketiga itu tengah hamil janin milik suaminya. Kejadian itu ,ia bertemu dengan pria asing tapi, seperti orang yang kenal lama.
Akankan Divya bertahan dan menerima bayi dari wanita lain suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Anggraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berebut Durian
" Hancurkan segera!" perintah lantang seorang pria kepada bawahannya.
Bawahannya hanya bisa menuruti perintahnya saja. Kalau ada yang terlewat ataupun tidak sesuai ekspektasi pemimpin nya, maka habislah riwayat anak buahnya.
" Kota Jakarta merupakan kota indah dengan gedung - gedung tingginya. Banyak orang kaya yang tinggal di dalamnya. Namun, terlalu banyak penghianat yang tinggal di dalamnya,"matanya tajam memandangi pemandangan kota Jakarta yang indah oleh gedung-gedung tinggi.
Pria itu berbalik, menatap lukisan seorang gadis cantik berambut kriting yang begitu menggemaskan. Tatapannya berubah menjadi sendu.
"Ayah berjanji akan membalas mereka, my bee." Ternyata lukisan itu merupakan putri kecilnya.
Ctarrrrrr...
Ctarrrrrr...
" Ampun tuan Saqib! Saya gagal menjaga tahanan. Ampun tuan!" suaranya ter pekik kala cambuk melayang pada tubuhnya.
" Argh..." suara cambuk DNA teriakan menggema di ruangan hitam minim cahaya itu.
" Edward, aku sudah bilang sejak awal. Kamu tidak menggubris perintahku itu. Sekarang, rasakan lah hukuman mu!"Pria yang dipanggil tuan Saqib itu melayangkan cambuknya puluhan kali kepada Edward yang merupakan tangan kanannya.
"Argh.." Lirih Edward setelah cambukan terakhir di lanyangkan oleh bosnya.
"Lain kali, kalau kau membuat kesalahan lagi. Akan ada hukuman yang lebih berat lagi," setelah mengucapkan itu . Tuan Saqib berlalu dari ruangan itu.
Dipusat pembelanjaan. Divya tengah asyik memilih - milih buah- buahan segar.
" Em.. pasti enak bubur durian. Aku beli durian dulunya. Ada di sebelah mana ya buah itu?" tanya sesudah membayangkan bubur durian.
Divya mencari - cari letak buah berduri itu.
" Wah , ternyata ada di sudut." Divya berjalan menuju Durian yang berada di sudut.
Saat hendak mengambilnya. Ternyata, Durian itu di ambil terlebih dahulu oleh seorang pria.
" Hei! Aku yang lebih dulu melihatnya!" Divya tidak terima buah incarannya yang tinggal satu di ambil oleh orang lain.
Tanpa melihat kedua nya, Divya dan pria itu main tarik menarik buah durian itu .
Pria itu melihat kearah Divya. "Wanita ini yang tabrakan di jalan gedung apartemen itu ya," pria itu tersenyum,ia masih mengingat Divya walau sudah dua tahun lamanya.
" Maaf nona, saya yang lebih dulu menyentuhnya. Jadi, ini milik saya,"jawab pria itu datar kembali.
" Tidak bisa begitu dong! Itu durian milik saya,"mata Divya melotot melihat wajah pria asing didepannya. Pria itu juga menatap Divya. Pandangan mereka terkunci sekian detik.
"Pria tidak sopan itu," batin Divya yang mengingat kejadian dua tahun silam.
"Hiks..hiks..hiks..padahal aku sudah mengidamkan buah itu,hiks..hiks.." Tangisan Divya membuat pandangan Pria itu jadi khawatir. Bukan khawatir karena Divya menangis. Tapi, pria itu khawatir kalau orang sekitar menuduhnya berbuat aneh - aneh kepada wanita itu.
"Eh, jangan nangis! Bagaimana kalau kita kongsi aja, 50 50! Putraku sangat suka Durian . Kebetulan tidak ada yang tersisa, bagaimana?" tawar pria itu. Ia sudah berjanji kepada putra kecilnya, membawa durian kesukaannya.
Divya berhenti menangis .Ia berpikir keras untuk tawaran itu.
" Em, boleh juga si. Aku kan butuh separo aja untuk menambah citarasa bubur durian ku." pikirnya.
" Baiklah,tapi kamu yang bayar ya! Jangan ingkar!" tunjuk Divya kepada pria itu. Takut jika pria itu mengingkari.
" Iya," jawabnya datar.
Akhirnya, mereka menuju kasir. Pria itu hanya membawa satu durian saja.
Setelah pria itu membayar . Giliran Divya yang membayar belanjaannya. Ia membeli beras, megicom, telur, ayam,daging sapi, sayuran, beras ketan putih , gula merah, 2 kelapa, 5 air galon Lemineral, set piring ,garpu, sendok, tidka lupa ia membeli penggorengan listrik. Jaga - jaga siapa tahu, makanan di rumah suaminya sudah diracun oleh gundul buncit.
"Eh, suudzon deh," Divya terkekeh.
Pria tadi melihat wanita yang berdebat dengannya. Membeli bahan makanan segitu banyaknya. Ia mengernyitkan alisnya, heran.
" Ck, perempuan rakus," batinnya.
" Totalnya 10 juta enam ratus." Ucap kasir itu.
( Kira - kira segitu lah)
" Terimakasih," ucap Divya ramah.
Setelahnya ia keluar dari minimarket itu .
" Ayo, belah duriannya!" perintah Divya kepada pria itu.
" Berani' sekali dia," batin pria itu.
Baru kali ini, dia diperintah oleh orang lain. Selain Orang tua dan putranya.
" Dimana rumah mu?" Pria itu malah bertanya.
" Apa?? Kamu mau merampok rumahku?" tanya Divya curiga kepada pria tidak sopan itu.
dasar tokoh utamanya bodoh
udah tau dari awal cuman nurutin kemauan orang tua.kasih tau dong orang tuanya mana ada orang tua mau anaknya sengsara