NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Rivalitas di Dunia Bisnis

Keesokan paginya, Lieka bangun dengan semangat yang tinggi. Meskipun malam yang mereka habiskan bersama Tanier sangat intim dan penuh makna, pikiran Lieka tak bisa sepenuhnya terlepas dari tantangan yang ada di dunia bisnis. Dia merasa sangat bersemangat untuk menghadapi hari baru, tetapi kekhawatiran tentang ancaman dari Maya masih menggelayuti pikirannya.

Setelah berbenah diri dan mempersiapkan diri, Lieka menuju kantor dengan tekad. Dia ingin menunjukkan bahwa meskipun ada ancaman di luar sana, dia tetap bisa fokus dan berfungsi sebagai seorang CEO yang efektif.

Di kantor, suasana terasa lebih positif setelah keberhasilan presentasi. Semua orang tampak bersemangat dengan proyek baru yang mereka rencanakan. Tanier berada di sampingnya, membantunya dengan berbagai urusan yang perlu diselesaikan.

“Bagaimana kalau kita mengadakan rapat tim untuk membahas langkah selanjutnya?” usul Tanier saat mereka berada di ruang kerjanya.

Lieka setuju dan segera memanggil timnya. Di dalam rapat, mereka mulai membahas rincian proyek, mulai dari anggaran hingga jadwal kerja. Atmosfer kerja terasa kolaboratif, dengan semua orang memberikan masukan yang konstruktif.

Namun, saat rapat berlangsung, sebuah pesan masuk di ponsel Lieka. Dia melihat nama Maya tertera di layar, dan seketika perasaannya campur aduk. “Maya,” gumamnya pelan, mengingat kembali kata-kata menantang yang diucapkan Maya saat presentasi.

“Semua baik-baik saja?” tanya Tanier, melihat ekspresi Lieka yang tiba-tiba berubah.

“Ya, hanya pesan dari Maya,” jawab Lieka, berusaha tidak terlalu terbawa emosi. Dia membuka pesan tersebut dan membacanya: “Lieka, kita perlu bicara. Ini mengenai proyek yang baru saja kau presentasikan. Ada beberapa hal yang harus kau ketahui.”

Lieka merasa jantungnya berdebar. Dia tahu bahwa Maya tidak akan memberi kabar baik. Setelah rapat selesai, Lieka memutuskan untuk membalas pesan Maya. “Kita bisa bertemu siang ini. Di mana?”

Tanier yang mengamati perilakunya menambahkan, “Apakah kau yakin ingin bertemu dengannya? Mungkin lebih baik menghindarinya.”

Lieka menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tetap tenang. “Aku tidak bisa menghindar selamanya. Jika ada sesuatu yang ingin dia katakan, lebih baik aku mendengarnya langsung,” jawabnya mantap.

Pada waktu yang ditentukan, Lieka bertemu Maya di sebuah kafe kecil dekat kantor. Suasana kafe cukup tenang, tetapi hati Lieka berdebar-debar saat melihat Maya duduk di sudut dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“Terima kasih sudah datang, Lieka,” ucap Maya, terdengar sedikit lebih lembut daripada biasanya. “Aku tahu ini mungkin tidak menyenangkan, tetapi aku ingin memberitahumu tentang sesuatu yang penting.”

Lieka duduk di hadapannya, menyiapkan diri untuk mendengar. “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya, suaranya tegas meskipun hatinya bergetar.

Maya menatap Lieka dengan serius. “Aku mendengar bahwa ada beberapa investor yang tidak puas dengan arah perusahaan kita saat ini. Mereka berpikir bahwa proyek ini terlalu berisiko. Aku hanya ingin memberitahumu agar kau bisa bersiap untuk kemungkinan terburuk.”

Lieka terdiam sejenak, mencerna informasi itu. “Dan kau datang kemari untuk memberitahuku itu?” tanyanya skeptis. “Apa kau berharap aku akan berterima kasih padamu?”

Maya mengangkat tangan, berusaha untuk meredakan ketegangan. “Tidak, aku tidak mengharapkan itu. Aku hanya tidak ingin melihat perusahaan kita hancur karena ketidakpastian ini. Kita semua bekerja keras, dan aku ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik.”

Lieka merasa sedikit tersentuh oleh pengakuan Maya, tetapi tetap saja dia tidak bisa sepenuhnya mempercayainya. “Terima kasih atas informasinya, tetapi aku akan menangani ini. Jika ada yang perlu diubah, aku akan memastikan untuk berbicara dengan tim,” jawabnya, suaranya kembali tegas.

Setelah pertemuan itu, Lieka kembali ke kantor dengan pikiran yang berkecamuk. Dia tidak bisa membiarkan ketakutan akan ketidakpastian memengaruhi keputusan yang telah diambil. Dia berkumpul dengan timnya untuk mengevaluasi semua informasi yang ada dan mencari cara untuk menanggapi potensi masalah.

“Kita harus menyusun laporan yang jelas dan komprehensif tentang proyek ini,” kata Lieka kepada tim. “Jika kita dapat menunjukkan bahwa proyek ini berpotensi memberikan keuntungan yang signifikan, kita dapat meyakinkan para investor.”

Semua orang setuju dan langsung bekerja untuk menyusun laporan. Lieka merasa senang melihat timnya bekerja sama dengan baik. Setelah beberapa jam, laporan tersebut selesai, dan mereka semua tampak puas dengan hasilnya.

Tanier mendekati Lieka saat mereka berdua sedang istirahat. “Kau melakukan hal yang tepat dengan mengumpulkan tim. Aku tahu ini tidak mudah, tetapi kau menunjukkan kepemimpinan yang kuat,” puji Tanier.

Lieka tersenyum, tetapi rasa cemas masih menyelimuti hatinya. “Terima kasih, Tan. Tetapi kita harus tetap waspada. Aku tidak ingin ada yang terlewatkan,” jawabnya, mencoba untuk tidak terbawa suasana.

Setelah menyiapkan segala sesuatunya, Lieka memutuskan untuk menghubungi investor-investa untuk mendapatkan pandangan mereka tentang proyek yang sedang berjalan. Dia ingin memastikan bahwa semua orang berada di halaman yang sama.

Malam itu, saat mereka pulang, Tanier kembali mengajak Lieka untuk makan malam. “Kau pantas mendapatkan waktu untuk diri sendiri setelah semua kerja keras ini. Ayo kita pergi ke tempat yang kau suka,” ajaknya.

Lieka setuju. Mereka pergi ke restoran yang cozy, dan suasana romantis semakin membuatnya merasa tenang. Selama makan malam, mereka berbagi cerita tentang masa lalu, impian, dan harapan mereka untuk masa depan.

Saat makanan dihidangkan, Tanier menatap Lieka dengan tatapan lembut. “Aku ingin kau tahu bahwa aku selalu ada untukmu, tidak peduli seberapa sulit situasinya,” ucapnya, mengambil tangan Lieka.

Mendengar kata-kata itu, Lieka merasa hangat di hatinya. Dia tahu bahwa bersama Tanier, dia tidak perlu merasa sendirian dalam menghadapi dunia bisnis yang keras ini. Momen-momen seperti ini memberinya kekuatan untuk terus melangkah maju.

Malam itu berakhir dengan kedekatan yang lebih dalam. Setelah makan, mereka kembali ke apartemen Lieka, dan suasana menjadi lebih intim. Lieka merasa ingin berbagi lebih banyak dengan Tanier, tidak hanya dalam hal bisnis tetapi juga dalam hal emosional.

Setelah momen intim mereka, Lieka dan Tanier saling berpelukan dalam keheningan, merasakan kedekatan yang semakin dalam. Namun, meskipun malam terasa sempurna, pikiran Lieka tak bisa sepenuhnya lepas dari kekhawatiran yang menggelayuti benaknya. Dia tahu tantangan di depan masih besar, dan Maya adalah salah satu ancaman utama.

Keesokan harinya, Lieka kembali ke kantor dengan tekad baru. Dia memutuskan untuk tidak membiarkan ketakutannya menguasai dirinya. Dia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dia adalah CEO yang mampu menghadapi setiap rintangan. Namun, saat memasuki kantor, dia melihat beberapa wajah tegang di antara karyawan.

“Kenapa tampak seperti ada badai yang akan datang?” tanyanya, mengamati ekspresi cemas dari timnya.

“Maaf, Bu. Kami menerima berita bahwa ada rumor yang beredar di luar tentang proyek baru ini. Beberapa investor mempertanyakan keberlanjutannya,” jawab salah satu anggota tim, dengan nada khawatir.

Lieka merasakan dadanya sesak. “Rumor? Apa yang mereka katakan?”

Sebelum anggota tim itu bisa menjawab, Tanier sudah berdiri di samping Lieka, menambahkan, “Kita harus cepat menangani situasi ini. Mungkin kita bisa mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan posisi kita.”

Lieka mengangguk, menyadari bahwa itu adalah langkah yang tepat. “Baiklah, mari kita atur konferensi pers secepat mungkin. Kita perlu menjelaskan kepada publik dan para investor bahwa kita tetap berkomitmen pada proyek ini dan menjelaskan semua keuntungannya,” ujarnya tegas.

Mereka semua segera mempersiapkan konferensi pers. Lieka dan Tanier bekerja sama, mengumpulkan data dan menyiapkan presentasi yang kuat. Selama persiapan, Tanier selalu ada di sisi Lieka, memberikan dukungan yang dibutuhkan.

“Tenang, kau bisa melakukannya,” kata Tanier saat Lieka terlihat sedikit cemas sebelum konferensi pers dimulai.

“Aku harap semua ini berhasil,” Lieka menjawab, mencoba menenangkan diri.

Ketika konferensi pers dimulai, Lieka berdiri di depan para jurnalis dan investor, dengan Tanier di sampingnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan beban tanggung jawab yang ada di pundaknya.

“Terima kasih telah datang. Saya tahu saat ini banyak rumor yang beredar mengenai proyek kami. Saya di sini untuk menjelaskan bahwa proyek ini tidak hanya berpotensi untuk membawa keuntungan yang signifikan, tetapi juga merupakan langkah strategis bagi perusahaan kami ke depan,” ucapnya, berbicara dengan percaya diri.

Setelah menyampaikan presentasinya, Lieka menjawab pertanyaan dari para wartawan dengan tegas. Dia menjelaskan rencana jangka panjang dan bagaimana mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Para jurnalis tampak terkesan, dan suasana di ruangan mulai membaik.

Setelah konferensi pers, Lieka merasa lega. Mereka berhasil meredakan kekhawatiran yang ada dan menjelaskan posisi perusahaan dengan baik. Tanier menepuk bahunya, tersenyum. “Kau melakukannya dengan sangat baik. Aku tahu kau bisa,” katanya, memberikan pujian.

Namun, rasa lega Lieka hanya bertahan sebentar. Saat dia kembali ke kantornya, dia menemukan pesan lain dari Maya. “Kau mungkin bisa menipu publik, tetapi aku tahu kebenarannya. Aku akan memastikan bahwa semua orang tahu proyek ini tidak akan berhasil.”

Lieka merasa amarahnya membara. Dia tidak bisa membiarkan Maya mengacaukan segala usaha yang telah mereka lakukan. “Tan, aku harus melakukan sesuatu tentang Maya,” ujarnya, menatap Tanier dengan penuh ketegasan.

“Apa yang kau maksud?” tanya Tanier, khawatir melihat ekspresi Lieka.

“Dia terus menerus berusaha merusak reputasi kita. Mungkin aku perlu menghadapi dia secara langsung. Kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut,” jawab Lieka, suara tegas dengan tekad yang kuat.

Tanier mengangguk, mendukung keputusan Lieka. “Kalau begitu, mari kita buat rencana. Kita perlu berbicara dengan dia di tempat yang tepat, di mana tidak ada orang lain yang bisa mendengarkan.”

Lieka merasa terberdayakan oleh dukungan Tanier. Dia merencanakan pertemuan dengan Maya untuk membahas semua masalah ini secara langsung. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran yang tenang di luar kantor, di mana mereka bisa berbicara tanpa interupsi.

Hari berikutnya, Lieka merasa cemas menunggu pertemuan itu. Dia berpikir tentang apa yang akan dia katakan kepada Maya dan bagaimana dia akan mengatasi situasi ini. Meskipun ada rasa takut, dia tahu ini adalah langkah yang perlu diambil.

Saat Lieka tiba di restoran, dia melihat Maya sudah duduk di meja. Maya tampak tenang, tetapi Lieka tahu bahwa di balik wajahnya, ada sesuatu yang tersembunyi.

“Terima kasih sudah datang,” ucap Maya, sedikit menyeringai. “Aku sudah menunggu.”

Lieka menarik napas dalam-dalam. “Maya, aku ingin kita bicara dengan jujur. Aku tahu kau memiliki niat untuk merusak proyek ini, dan aku ingin tahu mengapa.”

Maya tersenyum sinis. “Kau harus tahu, aku melakukan ini untuk kebaikan perusahaan. Jika proyek ini benar-benar berisiko, aku tidak akan membiarkanmu membawanya ke arah yang salah.”

“Aku menghargai perhatianmu, tetapi kau tidak berhak mengintervensi proses yang sudah kami jalani. Kami telah mempersiapkan segala sesuatunya dan siap menghadapi tantangan. Jika kau memiliki masalah, katakan langsung padaku, jangan bersembunyi di balik rumor,” kata Lieka, mencoba mempertahankan ketenangan.

Maya terlihat semakin marah. “Kau tidak mengerti. Aku hanya mencoba melindungi perusahaan. Jika kau terus berjalan di jalur ini, semua orang akan menderita.”

Lieka merasa kemarahan mulai menggelegak dalam dirinya. “Kau tidak bisa terus-menerus menakut-nakuti semua orang dengan ancaman tanpa alasan yang jelas. Jika ada yang perlu dibicarakan, kita harus melakukannya secara profesional.”

Maya menatap Lieka dengan tajam. “Kau benar-benar berpikir bisa menjalankan semuanya sendiri? Ada banyak hal yang tidak kau ketahui.”

Lieka merasakan ketegangan di antara mereka. “Maya, aku bukan musuhmu. Aku hanya ingin kita semua bekerja sama untuk keberhasilan perusahaan. Jika ada yang ingin kau diskusikan, mari kita lakukan secara terbuka.”

Keduanya saling menatap dalam keheningan, suasana tegang di antara mereka. Namun, Lieka tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan Maya mengendalikan situasi. Dia harus menunjukkan kekuatannya sebagai CEO dan memimpin perusahaan ini dengan cara yang benar.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!