Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Permisi..." ucap wanita cantik yang baru turun dari mobil mewah tersenyum ramah kepada Dania yang sudah duduk di jok depan di samping supir.
"Mencari siapa Non?" Tanya bibi yang berdiri di atas mobil pick up diantara tumpukan barang-barang.
"Apa benar ini rumah Dania?" Si wanita balik bertanya.
Mendengar namanya disebut, Dania menatap wanita itu lekat. "Sherly..." Dania kaget rupanya yang datang adalah sahabatnya ketika kuliah dulu. "Sebentar Pak" Dania turun dari pick up.
"Dania... Loe?" Sherly melongo ketika menatap tubuh sahabatnya nyaris tidak mengenali. Badan kurus, jalan pincang, wajah kusam tak dirawat, padahal ketika Dania menikah beberapa bulan yang lalu Sherly menyempatkan diri untuk datang dari luar negeri. Namun, saat itu tubuh Dania segar bugar selayaknya seorang model. Setelah pernikahan itu Sherly tidak pulang ke Indonesia dan akhirnya syok melihat perubahan Dania.
"Kenapa kamu kaget Sherly? Apa karena aku sekarang jelek?" Tanya Dania ketika sudah berhadapan dengan Sherly. Dania sudah menebak bahwa Sherly mempunyai perasaan yang sama dengan teman-teman kuliah, model, dan juga semua orang yang Dania kenal tidak mengenali dirinya lagi karena tidak seperti dulu.
"Dania..." pelukan hangat dari Sherly tetapi air matanya mengalir. Sherly tidak menyangka jika setelah kecelakaan, fisik Dania bisa berubah seperti ini. Hingga beberapa menit keduanya menangis akhirnya Sherly melepas pelukan.
"Maafkan aku Dania, aku tidak bisa pulang ketika kamu kecelakaan" Sherly menyesal saat mendengar Dania kecelakaan tidak bisa menjenguk karena dia ambil kuliah s2 diluar negeri dan ketika itu sedang ujian semester.
"Nggak apa-apa..." Dania tidak mempermasalahkan itu. Selama menikah Dania dengan Sherly masih sering komunikasi online, tetapi tidak pernah berbagi cerita tentang keadaannya.
Sherly memandangi rumah luas lantai satu nampak sepi, lalu berpaling ke mobil pick up. "Kamu mau kemana Dania?" Sherly jelas tahu jika Dania akan pindah karena barang-barang sudah di atas pick up, tetapi mau kemana? Itu yang menjadi pertanyaan Sherly.
"Aku mau pindah, Sher" Dania minta maaf karena harus pergi. Sebenarnya ia masih ingin ngobrol lama dengan Sherly, tetapi perasaannya tidak enak dengan supir yang sudah menunggu lama.
"Suami kamu mana?" Sherly merasa aneh karena Felix tidak mengantar Dania pindahan.
"Dia lagi kerja Sher, sudah ya, aku berangkat" Dania berjalan pincang hendak naik pick up.
Sherly menatap Dania yang akan masuk ke mobil pick up hatinya bertanya-tanya. Semua orang tahu bahwa Felix adalah pengusah kaya raya, tetapi mengapa? Pria itu membiarkan istrinya pindahan sendiri. Sherly juga tahu bahwa Felix mempunyai mobil mewah, tetapi mengapa membiarkan istrinya naik pick up. Mengapa, mengapa, dan mengapa? Banyak pertanyaan di kepala Sherly yang masih berdiri mematung.
Mendengar mobil distarter, Sherly cepat-cepat berlari mendekati Dania. "Nia... sebaiknya kamu naik mobil aku saja" Sherly ingin mengantar sahabatnya pindahan.
"Tidak usah Sher"
"Kamu tidak mengizinkan aku untuk melihat rumah kamu yang baru" Sherly bukan hanya ingin mengantar sahabatnya itu, tetapi juga ingin tahu dimana tempat tinggal Dania yang baru.
"Baiklah..." Dania mengangguk lalu turun dari pick up, kemudian pindah ke mobil Sherly. Dalam perjalanan Dania menceritakan yang indah-indah tentang hidupnya, tidak mau menceritakan bahwa saat ini sang suami sedang diambang kebangkrutan.
***************
Rumah lantai satu kini sudah pindah ke pemilik lain, yaitu Sifa. Wanita itu memeriksa satu persatu ruangan dan berakhir di kamar utama yang luas. Dia memang sudah bisa memiliki sedikit demi sedikit harta yang Felik miliki. Namun, dadanya terasa ada benda yang mengganjal.
Sifa duduk di lantai meluruskan kaki, memindai sekeliling kamar yang masih kosong. Tiba-tiba saja air matanya jatuh. Sifa merasa menjadi orang jahat, karena tengah menari di atas penderitaan orang lain. Dia merasa menjadi orang paling kejam, karena terosepsi merebut harta Felix. Sebenarnya apa yang ia lakukan ini bertentangan dengan hati nurani. Namun, apakah salah jika dia memberi pelajaran orang yang sudah membuat hidupnya hancur?
Dalam agama yang ia yakini jelas tidak menganjurkan umatnya memiliki sifat pendendam seperti dirinya. Harusnya dia bisa bersabar menghadapinya. Namun, walaupun Sifa sudah mencoba untuk bersabar, rasa kesal dan sakit hati itu tidak bisa dia hilangkan begitu saja.
Sifa menyusut air matanya lalu beranjak menemui lima anak buahnya yang sedang berkumpul di ruang tamu setelah melihat-lihat kamar.
"Sifa... rumah kamu besar sekali" seru Siti begitu Sifa bergabung dengan Siti, Lita, Ema, Lusi dan Tita. Sifa hanya tersenyum sebagai tanda respon kepada Siti.
"Siti dan kalian semua, besok kita tidak usah kos lagi" Sifa mengatakan, bahwa besok akan mengajak mereka pindah ke rumah ini dan meneruskan usahanya di tempat ini yang lebih luas tentunya.
"Yaayyy..." Siti dan keempat temanya berseru riang. Mereka tentu senang karena tidak harus mengeluarkan uang untuk membayar kos.
Sifa ikut senang melihat lima temanya antusias. Ya, sebagai ganti karena Sifa telah membuat Felix terlunta-lunta di luar rumah ini, tetapi setidaknya bisa membuat hati keempat mahasiswi ini senang.
Tiga hari kemudian setelah pindah ke rumah itu, aktivitas produksi dan distribusi berjalan lancar. Sifa mengatur jadwal kepada anak buahnya agar bekerja secara profesional, tetapi tidak mengganggu jam kuliah.
Pagi itu Sifa berangkat kuliah berboncengan dengan Siti yang sudah semester empat itu. Tiba di kampus mereka berpisah, masuk kelas masing-masing karena Sifa masih semester satu.
Sifa bergabung dengan mahasiswi yang sama. Setelah bercengkrama dengan teman-teman Sifa lantas mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Hingga tiba jam istirahat, Sifa bersama temanya pergi ke kantin hendak memesan minuman.
"Sif, selesai jam kuliah kedua ada narasumber dari perusahaan terkenal loh, kita hadir ya" Pitaloka membuka percakapan ketika sudah memesan juece buah segar.
"Sebenarnya aku mau hadir Pit, tapi hari ini sibuk banget" Sifa sebenarnya ingin menimba ilmu di luar jam kuliah, tetapi dia harus membantu teman-teman.
"Ayo dong Sif, please..." Pitaloka memelas.
"Pembicarannya darimana memang?" Tanya Sifa lalu menyedot jus mangga begitu penjual meletakkan di meja.
"Dari pt Felix grup"
"Uhuk-uhuk" Sifa tersedak minuman hingga batuk-batuk mendengar nama Felix.
"Pelan-pelan dong Sifa" Pitaloka mengingatkan Sifa agar minum jangan terburu-buru.
Sifa menarik tissue guna mengusap mulut. Felix menjadi pembicara? Apa yang akan dipaparkan bos bejat yang menjelma menjadi pria bijak dan banyak disanjung oleh banyak orang itu?
"Okay aku akan hadir" Sifa tertarik juga karena ingin mendengar bagaimana cara Felik untuk menipu para mahasiswa, padahal perbuatan buruknya selama ini sudah tercatat di memori Sifa tanpa publik ketahui.
"Nah... gitu dong" Pitaloka tersenyum. Mereka habiskan minuman, kemudian mengikuti jam kuliah berikutnya.
Waktu berganti siang, tiba pula waktunya para mahasiswa berkumpul di auditorium. Di depan mimbar, seorang pria yang mengenakan jas hitam segera naik ke tempat tersebut menjadi pusat perhatian para mahasiswa. Ia pegang mikrofon sembari mengetuk-ngetuk dengan jari telunjuk yang dia tekuk sebelum berbicara. Sedetik kemudian pria yang tak lain adalah Felix itu mulai berbicara sesuai tema. Yaitu: Pemimpin Perusahaan yang Baik.
"Sebagai seorang pemimpin, kalian harus memiliki perasaan penuh kasih. Jika kalian mempunyai kriteria ini maka kalian akan menghadirkan suasana saling menghargai antara pemimpin perusahaan itu sendiri dengan anak buah. Karena mereka akan terkena mental terus menerus jika pemimpinnya bertindak semena-mena" papar Felix mampu membuat para mahasiswa fokus mendengarkan.
Felix merasa lega karena tatapan semua mahasiswa tertuju kepadanya. Felix menyapu pandanganya keseluruh ruangan auditorium.
Prak!
Tiba-tiba saja tangannya gemetar hingga mikrofon jatuh dari tangan ketika tatapannya jatuh kepada wanita yang dia kenal.
...~Bersambung~...